2

5 0 0
                                    

Alexandra merasa bersalah karena merasakan perasaan cinta yang tumbuh untuk Ethan, mengingat janji yang pernah dia buat untuk James. Rasa bersalah itu mengikatnya dalam pusaran kegelapan yang tak terhindarkan. "Aku tidak bisa percaya aku merasa seperti ini," gumam Alexandra, langkahnya terhenti sejenak di tengah hujan deras. 

"Aku berjanji untuk setia pada James, tapi mengapa hatiku terus terpaut pada Ethan?" Suaranya terdengar lemah di antara sorotan petir yang membelah langit. Sesekali, gemuruh petir itu seolah-olah memberi jawaban atas pertanyaan batinnya, menciptakan ilusi bahwa alam sendiri mencemooh keraguan dan kebimbangan yang melingkupi dirinya. 

Alexandra meraba-raba pikirannya, mencoba mencari jawaban di tengah kebingungannya. "Mungkin aku harus berbicara dengan Ethan," pikirnya, langkahnya kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah tua di tepi kota. Dia berharap bisa menemukan kedamaian dan kejelasan di antara derasnya hujan yang menyelimuti jalanan.

Ketika rasa cinta Alexandra terhadap Ethan semakin dalam, ia menyadari bahwa masa lalunya dengan James harus diungkapkan kepada Ethan. Namun, setiap kali dia hendak membicarakan hal itu, rasa takut akan penolakan membuatnya ragu dan menunda momen tersebut.

"Saya harus memberitahunya," gumam Alexandra pada dirinya sendiri saat duduk di tepi tempat tidur, matanya terpaku pada potret mereka berdua yang terpajang di meja. "Tapi bagaimana jika dia tidak bisa menerimanya? Bagaimana jika ini menghancurkan segalanya yang telah kami bangun bersama-sama?"

Suara langkah kaki ringan mendekat, dan Ethan muncul di ambang pintu dengan senyuman lembut di wajahnya. "Apa yang kau pikirkan, Sayang?" tanyanya sambil menghampiri Alexandra.

Alexandra menatap Ethan, melihat cahaya di matanya yang selalu membuat hatinya berdebar-debar. "Ethan, ada sesuatu yang harus aku katakan padamu," ucapnya perlahan, suaranya gemetar oleh ketidakpastian.

Ethan duduk di sampingnya, menggenggam tangan Alexandra dengan lembut. "Kau tahu bahwa kau bisa mempercayaiku, bukan? Apapun itu, kita bisa hadapi bersama-sama," katanya dengan penuh keyakinan.

Namun, Alexandra masih ragu. "Ini tentang masa laluku dengan James. Ada beberapa hal yang kuinginkan Ethan ketahui."

Ethan merasakan ketegangan dalam kata-kata Alexandra, tetapi dia tetap bersikeras. "Aku di sini, Sayang. Ceritakan padaku apa pun yang ada di hatimu."

Dalam pertarungan batin yang tak kunjung mereda, Alexandra merasa seperti dia tenggelam dalam lautan kebingungan dan rasa bersalah. Menekan perasaannya untuk Ethan terasa seperti pengkhianatan terhadap dirinya sendiri, namun ketakutan akan masa depan yang tidak pasti dan dendam masa lalu terus menghantui pikirannya. 

"Apa yang harus aku lakukan, Sarah?" gumam Alexandra pada sahabatnya melalui telepon, suaranya penuh kebingungan. "Aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi semuanya. Aku merasa seperti aku berada di persimpangan jalan dan tak tahu harus kemana." Sara, yang mendengar kegelisahan Alexandra dari ujung telepon, mencoba memberikan dukungan.

"Tenanglah, Lexa. Waktu akan memberikan jawabannya. Tapi kamu harus mendengarkan hatimu. Terkadang, keberanian sejati datang dari menerima ketidakpastian dan melangkah maju, meskipun takut. Kamu tahu apa yang benar untukmu." Mendengar kata-kata penyemangat dari sahabatnya, Alexandra merasa sedikit lega. "Terima kasih, Sarah. Aku akan mencoba untuk mendengarkan hatiku dan mengatasi rasa takutku. Semoga segalanya akan berjalan dengan baik."

Saat Alexandra akhirnya mengungkapkan kebenaran kepada Ethan, dia menyadari bahwa dia terlambat. Ethan telah pergi, meninggalkannya dalam kehampaan yang lebih dalam dari sebelumnya. Dengan mata berkaca-kaca dan suara serak, Alexandra berlutut di tengah hujan yang masih turun deras, menatap retak-retak jalan setapak di hadapannya tanpa tujuan yang pasti. 

"Ethan, maafkan aku," bisiknya dengan getir, berharap suaranya bisa menembus angin dan mencapai hati Ethan yang mungkin masih menggemetar di bawah guyuran hujan di tempat yang jauh. "Aku tak bermaksud menyembunyikan apapun darimu. Aku hanya takut kehilanganmu, tapi sekarang aku telah kehilanganmu lebih dari yang bisa kubayangkan." 

Namun, suaranya hanya terbawa angin, dan Alexandra tahu bahwa waktu tidak akan pernah bisa memutar kembali saat-saat indah yang mereka bagikan bersama.

Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang