Scene 6

290 37 15
                                    

[Cerita ini hanya hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tokoh/karakter dan tempat dalam cerita ini hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan]

*Mari mengungkap apa yang terjadi Di Balik Kamera

*Selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman-teman yang menjalankan.

*Di Balik Kamera akan menamani sahur kalian.

***

Suara gemericik air dari keran yang baru saja Amel putar menjadi satu-satunya suara saat itu. Perempuan dengan solekan wajah yang indah itu mencuci tangannya. Beberapa saat kemudian, knop keran kembali Amel putar, tangan mulusnya menarik dua helai tisu lalu menyeka tangannya hingga kering.

Amelia, perempuan berdarah campuran itu menatap dirinya sendiri melalui pantulan cermin. " Sudah di bilang pasti tidak kuat selalu saja memaksa diri. Sekarang sakit, dan hanya bisa menyalahkan diri sendiri" monolognya.

Kreeek

Pintu toilet terbuka. Bersamaan dengan itu, seorang perempuan dengan dress hitam melangkah masuk. Amel mematung saat mengetahui bahwa yang membuka pintu itu adalah Jenny. Wajah yang sudah dua minggu ia tak lihat itu kini terpampang nyata pada pantulan cermin.

Dengan ekspresi sedingin kutub selatan, Jenny berjalan menuju arah wastafel, tepat berada di samping Amel, perempuan itu berhenti. Suasana sangat hening. Jenny memutar knop keran, kini dalam sunyi itu mulai terdengar suara keran mengalir. Amel masih mematung, ia bahkan tak tau harus melakukan dan bersikap apa saat itu. Setelah mencuci tangan, Jenny berkaca, ia merapihkan rambut pendeknya yang tergerai.

Sepasang manik mata Amel yang berwarna coklat melirik pantulan bayangan di cermin. Wajah tanpa ekspresi Jenny membuat Amel kembali tertunduk. Ia tak berani menatap mata itu. Namun beberapa saat kemudian, Amel memberanikan diri, ia mengangkat wajahnya dan menatap Jenny.

" Jen" panggilnya

Jenny hanya melirik sekilas bayangan Amel melalui cermin. Tak ada sahutan darinya. Perempuan itu membalikan badan dan melangkah menuju pintu toilet.

" Dari miliyaran orang di bumi ini, kenapa harus lo yang buat nyaman?"

Jenny menghentikan langkah. Ia terdiam.

" Selamat untuk hubungan lo sama Bram. Kalian serasi" ucap Amel mengalihkan pembicaraan.

Dahi Jenny berekerut. Ia memutar badan, kedua tangannya kini ia lipat di dada. Sejenak, ia menatap tajam Amel. Perempuan yang ditatap itu segera membalikan badan. Melalui pantulan cermin, Jenny terus menatap Amel beberapa saat. Setelah memastikan bahwa perempuan itu tidak lagi menatapnya, Jenny meninggalkan toilet dengan langkah anggun.

Amel membuang nafas kasar melalui mulut. " Sedikit lagi, sedikit lagi Mel.." ucapnya geram pada diri sendiri.

Setelah hampir setengah jam ia berada di toilet, akhirnya Amel melangkah keluar dari toilet.

Klub malam ini begitu ramai, suasana hedonisme sangat terasa. Puluhan manusia mengisi ruangan, suara dentuman dari musik membuat suasana di ruang itu makin meriah. Dunia malam memang tidak begitu asing buat Amel, namun ia tetap merasa tak nyaman berada disana terlalu lama. Jikaulau tidak karena undangan ulang tahun Bram maka dapat dipastikan Amel tidak akan menghabiskan malamnya ditempat seperti ini.

Amel yang mulai bosan dengan situasi itu, ia memutuskan untuk keluar dari klub untuk menghirup udara malam. Ia mengarah pada sisi kanan klub, tempat dimana mobilnya terparkir. Namun, langkahnya terhenti saat ia melihat Jenny dan Riyu berada di depan. Dengan cepat Amel bersembunyi di antara mobil-mobil yang terparkir.

Di Balik KameraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang