Scene 4

336 41 6
                                    

[Cerita ini hanya hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tokoh/karakter dan tempat dalam cerita ini hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan]

*Mari mengungkap apa yang terjadi Di Balik Kamera

*Permintaan Maaf ; Mohon maaf atas keterlambatan mengupload, karena kondisi fisik yang sempat memburuk. Jaga kesehatan ya teman-teman. Semoga kalian sehat selalu. Selamat mambacaa, have a nice day :) 

***

Dari tempatnya, duduk di warung tenda di jejeran penjual jajanan, Jenny asyik memandangi jalan. Hawa malam yang sudah larut sangat dingin, ditambah angin yang berhembus lumayan kencang. Terasa sekali rintikan air mulai membasahi bumi.

Menjelang pukul sepuluh, lalu lintas mulai senyap. Hanya sesekali mobil atau motor melintas, lalu sunyi kembali menyergap untuk waktu yang cukup panjang. Jenny menyesap kopi hitam yang sudah mulai dingin. Perempuan berdarah campuran itu menaruh perhatian pada layar ponselnya yang menyala.

Helaan nafas terdengar.

" Ganggu banget ni orang" ucapnya saat notifikasi dari Amel menghiasi layar.

Namun sayangnya, puluhan notifikasi Amel masih belum mampu membuat Jenny niat untuk membalasnya. Jalanan yang senyap menarik penuh perhatian Jenny.

Jenny terdiam, merenung.

Hingga beberapa menit berlalu, suara kursi memecah lamunan. Jenny menoleh, Amel duduk disampingnya. Amel menarik kedua sudut bibirnya keatas. Mendadak Jenny terhipnotis dengan senyuman itu.

" Boleh gabung?" suara yang berhasil membuat Jenny tak mampu menolaknya.

Anggukan kecil menjadi jawabnya. Jenny melemparkan pandangan pada jalanan yang sepi, ia terdiam lagi sejenak. " Sama siapa kesini?" tanyanya.

" Sendiri"

" Jangan lagi"

Dahi Amel berkerut. " Apanya?"

" Sendirian. Bahaya"

" Kata-kata itu juga untuk lo"

Jenny menoleh memandangi Amel.

" Jangan pergi sendiri, bahaya. Kalau mau keluar villa, lo bisa ajak gue atau kalau lo benci banget sama gue setidaknya lo kasih tahu Kinan atau lainnya, jangan bikin orang panik"

" Gak ada alasan buat benci. Siapa yang panik?"

" Gue panik lo gak balik balik kamar. Gue kira lo ke isep bumi terus ilang"

Sudut kanan bibir Jenny terangkat. " Gue ilang, pada seneng kayaknya"

Mimik wajah datar tersirat diwajah Amel. " Gue gak seneng lo ilang"

" Kenapa?"

" Karena gue" Amel menjeda kalimatnya. Otaknya berputar mencari kata selanjutnya. " perlu lo sebagai partner syuting gue. Syutingnya masih ada sehari kalau lo hilang malam ini, besok gak bisa lanjut nih syuting" sambungnya

"O"

Sunyi mulai menyelimuti. Jenny dengan perhatiannya pada jalan mulai hanyut dalam pikirannya, sedangkan Amel memandang lekat wajah samping Jenny. Dibalik tawa yang ia liat didepan kamera, ada luka yang teramat dalam di hidup perempuan yang diamati Amel. Itu yang bisa Amel simpulkan dari guratan urat diwajah dan tangan Jenny.

Jatung Jenny berdetak kencang saat ia menyadari bahwa kedua bola mata indah Amel sedang memandangnya. Bukan hal mudah untuk bisa mengatur kerja pompa jantung berjalan normal saat Amel memandang lekat seperti ini.

Di Balik KameraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang