Chapter 5 : Nasty Jealous

6.8K 139 8
                                    

Ku dekati mobil itu, dan benar. Itu Shani, dapat kulihat dari kaca mobil yang diturunkannya.

"Ayo masuk, kita pulangnya bareng aja" 

Akupun langsung membuka pintu penumpang dan langsung masuk ke dalamnya. Nampak Shani sedang menatapku heran dari cermin depan mobil.

"Kenapa, Shan?" Tanyaku sembari mencari apakah ada sesuatu yang salah dari diriku?

"Did you just kiss someone?"

deg

Aku sedikit terkejut Shani bertanya hal itu. Seolah mengetahui apa yang telah aku lakukan di Gudang tadi.

"Bye, Anji!" Teriak seorang gadis berboncengan di motor dengan temannya. Gracia. Ia sempat melewati mobil kami dan melambaikan tangannya. Tak lupa juga dia memberikan love sign kepadaku. Aku membalasnya, berusaha membuyarkan ketegangan antara aku dan Shani.

"Itu kating aku. Dia yang ngospek angkatan tahun ini" Aku mencoba mengganti topik agar Shan tak lebih menginterogasiku.

"Ohh, Gracia? Kamu dekat dengan dia?" Entah mengapa nada bicara Shani menjadi lebih dingin. Mukanya terlihat seolah tak suka. Dan lagi, Shani mengetahui Gracia?

"Sebatas Senior junior aja sih, Shan. Emang kenapa?" Keningku mengerut heran dengan Shani yang saat ini terus menginterogasiku. Ada apa dengannya? Apakah ini karena kejadian beberapa hari lalu? Tapi mengapa?

"Hati-hati aja sama dia. She's not a good person" Ucap Shani lalu langsung menginjak pedal gas. Aku sedikit terpental tak siap.

Beberapa saat dalam perjalanan kami tak membuka suara sama sekali. Aku masih berpikir kenapa Shani menjadi seperti saat ini. Shani masih dengan muka yang terlihat tak senang.

Sesampainya kami di kost, Shani tak langsung mematikan mobil. Ia justru menahanku yang hendak membuka pintu.

Kami saling bertatapan. Shani yang saat ini memicingkan matanya kearahku membuatku sadar ada yang salah denganku.
Shani menyalakan lampu mobil lalu mengarahkan tangannya menyentuh bibirku. Jempolnya mengusap bagian samping bibirku. Aku baru sadar setelah melihat bercak merah pada jempolnya.

"Lipstick siapa ini?" Tanya Shani dengan nada datarnya membuatku merinding. Aku bimbang harus berkata jujur atau mencari alasan.

"T-tadi aku diospek. Jadi yang cowo harus make up"

"Kamu bohong, Nji? Kenapa make up cuma di bibir aja?"

Shit! alasan apa lagi yang harus aku katakan? Tanpa berpikir panjang, aku refleks mendekatinya lalu mencium bibirnya. Shani terasa sedikit kaget namun tak melawan. Ia justru menikmatinya.

mmhhh mmpphh

Desah Shani disela ciuman kami. Lidahku beradu dengan lidahnya yang cukup agresif.
Kurasakan tangannya mencekik leherku. Aku terkejut saat ia mencekik lalu menjauhkan kepalaku, memisahkan penyatuan bibir kami.

"Akkhh! Kenapa?" Tanyaku dengan sedikit kesakitan karena Shani mencekik terlalu keras.

"Siapa yang bertanggungjawab dengan lipstick ini?" Shani sedikit melonggarkan cekikannya.

Cukup lama aku berpikir untuk mengatakan yang sejujurnya, akhirnya aku memutuskan untuk mengakuinya.

"It's Gracia. Kenapa?" Ucapku sedikit emosi karena berpikir ini terlalu jauh bagi Shani untuk mencampuri urusanku. Wajahnya nampak shock. Aku yang emosi seketika heran dengan Shani yang tetiba menjadi sedih. Dapat kulihat air mata keluar dari matanya.

"Padahal aku udah berharap lebih ke kamu, Nji" Shani mendorong tubuhku hingga punggungku menabrak pintu mobil lalu ia keluar dari mobil. Dengn keras ia membanting pintu mobil saat menutupnya.

Private Sharehouse [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang