Chapter 10. Membayar Hutang

16 12 0
                                    

Lama mereka berdebat, kemudian Amilia pergi meninggalkan Gerry yang berdiri di
depan ruangan penyiaran.

Gerry menoleh dan mendapati Riana dan Cano sedang memperhatikan dirinya, kemudian dia pergi dari hadapan mereka.

Kembali ke Cano dan Riana, di sana Cano terlihat masih menyimpan dendam terhadap Gerry dan mencoba mengejarnya.

Tapi aksi itu di gagalkan oleh Riana, dengan menggenggam lengan Cano erat.

Mau kemana?!” kata Riana.

Ga usah aneh!? Kamu temenin aku masuk” imbuhnya.

Cano hanya bisa menuruti permintaan Riana, sambil bergandengan tangan mereka berdua bergegas masuk menuju ruangan penyiaran bersama.

Alangkah terkejutnya mereka berdua mendapati di dalam ruangan tersebut ada pak Tijono, pak Argas, dan beberapa teman-teman lainnya termasuk Intan yang sekarang bergabung di Komunitas Penyiaran.

Seisi ruangan terkejut saat melihat Riana menggandeng lengan Cano kedalam. Dan
mereka berdua pun juga tidak sadar kalau lengan mereka masih bergandengan.

Ooo ngono.. mentang-mentang wis pacaran, di umbar rono rene (Ooo gitu.. mentang-mentang udah pacaran, di umbar sana sini)” kata Pak Tijono.

Sontak Riana melepaskan pegangannya dari tangan Cano, mereka berdua pun hanya
tersipu malu. Terpancar dari muka mereka berdua yang memerah.

Ehh.. engga.. jangan salah paham dulu pak” Riana mengelak.

Hilih nyenye… ga usah malu-malu gitu loh na” Rima menggoda.

Apaan sih Rim!” Riana kesal.

Hasyah wis ora usah ribut.. ndang mulai rapatnya (Hasyah udah ga usah ribut, buruan mulai rapatnya)” jawab Pak Tijono.

Rapat pun dimulai di ruangan itu…..
Saat rapat berlangsung, ponsel Iqbal berdering.

Dengan cepat dia memohon izin untuk
menjawab panggilan telepon, pak Suherianto mengizinkannya.

Selang beberapa saat setelah Iqbal menjawab panggilan teleponnya, dia mulai bergabung kembali dalam rapat.

Setelah rapat selesai, tanpa basa basi Iqbal mendekati Cano perlahan untuk
mendiskusikan sesuatu pada Cano.

***

Dia ada di sana, siap bayar hutang ga lu cuk? Kondisi lu uda aman kan?” bisik Iqbal.

Cano paham apa yang di bisikan Iqbal kepadanya, dia hanya mengangguk saja.

Kemudian Cano berpamitan kepada yang lain, dengan alasan mereka harus segera
membantu ibu Cano menyiapkan acara arisan yang di adakan di rumah Cano.

Pak Suherianto, Pak Tijono dan Pak Argas tanpa ragu menyetujui permintaan mereka
berdua, sebaliknya dengan Dero, dia merasakan gerak gerik aneh dari mereka berdua.

Saat Iqbal berbisik ke Cano, Dero yang berada tidak jauh sempat mendengar
pembicaraan mereka berdua.

Cano dan Iqbal dengan tergesa-gesa meninggalkan ruangan penyiaran..

Dimana si bang*at itu bal? Siapa yang lu telpon tadi?” tanya Cano.

Dia di angkringan belakang parkiran lagi ngudut sama temennya.. gue di telpon sama Faris anak semester 3 yang satu kelas sama gue tadi” jawab Iqbal bersemangat.

Di tengah perjalanan, seseorang dari belakang menarik baju keduanya. Orang itu adalah Dero.

Cano dan Iqbal pun kaget melihat Dero yang ternyata diam-diam telah mengikuti mereka dari belakang.

Hubungan Tanpa Sinyal? #VOLUME 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang