9| Siap Menunggu

419 57 10
                                    

"Gimana Laut?" Arjuna bertanya, setelah melihat sosok Meitraya duduk di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana Laut?" Arjuna bertanya, setelah melihat sosok Meitraya duduk di depannya. Kelas sudah cukup ramai, karena kelas akan di mulai lima belas menit lagi.

Sejenak, Meitraya menghela napas sebelum memberikan balasan. "Harus rawat inap. Tensi darah rendah, stress, sama demam. Mama sendiri yang bakal pantau kondisi dia sampe beberapa hari ke depan."

"Lebih bagus gitu, dah. Biar ketahuan juga kenapa-kenapa nya."

Tak lama kemudian, sosok Amarta, Chanan dan Alvan datang dengan rusuh. Mereka berebut ingin duduk di samping Meitraya. "Rusuh lo bertiga!" Arjuna mendengkus kesal pada ketiganya.

Chanan mengabaikan kata-kata Arjuna barusan, karena kini fokusnya jatuh pada Meitraya. "Laut baik-baik aja, 'kan?"

"Aman. Cuma memang harus rawat inap sampe beberapa hari ke depan." Kemudian Meitraya kembali mengulangi penjelasan nya beberapa saat lalu. "Tapi kata nyokap, untuk dua hari ini Laut harus istirahat total, nggak boleh ketemu siapa-siapa. Nanti bakal gue kasih kabar kalau keadaan dia udah agak baikan." Karena Meitraya takut keempat temannya salah paham.

"Santai elah. Yang penting dia sehat dulu." Alvan membalas dengan lambaian tangan. "Agak kaget gue semalem dia tiba-tiba pingsan gitu. Memang sering begitu, ya?"

"Nggak sering, tapi udah beberapa kali begitu. Sejak sakit, imun tubuhnya juga jadi turun drastis kata nyokap. Stress dikit langsung bikin dia drop berhari-hari."

Keempat pemuda di sana mengangguk paham atas penjelasan Meitraya barusan. Lalu, Amarta membuka suara. "Tapi dia lagi kenapa? Ada masalah?"

"Nah itu dia, gue juga nggak tau." Meitraya bahkan sempat bertanya-tanya tentang penyebab dari kondisi Laut saat ini. Apa yang tengah membebani pikiran anak itu, sampai stress seperti ini?

"Nyokap bokap lo nggak ada jelasin sesuatu?" Amarta kembali bersuara.

"Belum. Tapi niatnya setelah pulang nanti ini gue mau tanya langsung ke bokap. Kayaknya memang ada sesuatu yang sengaja di sembunyiin dari gue."

"Tapi apa pun itu bro ...," Chanan yang duduk di samping kanan Meitraya, merangkul bahu pemuda itu erat. "Lo nggak boleh terpancing emosi. Mungkin, bokap nyokap lo juga punya alasan kenapa nggak jujur ke lo."

"Gue paham." Gawai nya tiba-tiba bergetar, yang mana langsung menyita perhatian Meitraya. Nama mamanya muncul di layar, mengirim beberapa pesan kepadanya. Mengatakan bahwa dirinya harus mengambil barang-barang milik Laut terlebih dahulu sebelum ke rumah sakit. Setelah membalas, Meitraya langsung mematikan gawai tersebut karena bersamaan dengan dosen nya yang sudah tiba.

Sebelum beranjak meninggalkan ruangan di mana Laut di rawat, untuk sekali lagi, Inaya memastikan semuanya aman. Dirinya ada tindakan operasi sebentar lagi, dan terpaksa meninggalkan Laut sendiri. Meskipun setengah jam lagi Meitraya akan datang. Hanya saja, hatinya tetap tak merasa tenang meninggalkan putranya itu sendirian.

LaMei Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang