16

10 0 0
                                    

Hazel memandang sekeliling

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hazel memandang sekeliling. Lantai dan
dinding yang putih memenuhi ruang. Dia dimana?

Dari jauh, kelihatan seorang wanita tua berjalan mendekatinya. Cahaya bersinar terang menyilaukan mata.

"S-siapa tu?" Soal Hazel.

Saat wajah itu menyapa penglihatan, Hazel terkaku. Wanita tua itu tersenyum manis padanya.

"M-mummy? I-is that y-you?"

Datin Dennisa mendepakan tangan. Hazel lantas memeluk tubuh itu. Hazel menangis semahunya. Dia sangat rindu susuk itu.

"Mummy kenapa tinggalkan Hazel?"

Datin Dennisa menepuk belakang tubuh anaknya.

"Mummy tak pernah tinggalkan Hazel. Mummy sentiasa ada"

Hazel memandang wajah Datin Dennisa penuh kerutan.

"M-mummy marahkan Hazel ke?"

"Kenapa pula? Mummy gembira sebab mummy masih ada Hazel"

Sayu hati Hazel.

"Hazel minta maaf, mummy"

"No, sayang. Mummy dengan daddy yang patut minta maaf. Disebabkan didikan kami, Hazel jadi mangsa"

Hazel menggeleng. Dia tak suka ibu bapanya menyalahkan diri mereka.

"Ini semua mimpi kan, mummy?"

Datin Dennisa tersenyum nipis.

"Hazel, dendam bukan segalanya. Dendam juga memakan diri kita. Hazel bahagia ke selama ni?" Soalan Datin Dennisa membuatkan gadis itu terdiam.

"Success is the best revenge" Ujar Hazel sambil menunduk.

"No. The best revenge is improve yourself. That's a success" Nasihat Datin Dennisa.

"Mummy sayang anak mummy" Datin Dennisa memeluk Hazel.

"Mummy!"

Hazel membalas pelukan seakan tidak mahu melepaskan tubuh wanita tua itu.

"Mummy tak boleh tinggalkan, Hazel!"

"Mummy!"

. . . . . . . .

Dia membuka mata. Terasa kosong mindanya. Airmata turun tatkala merenung siling hospital.

Hazel Darisa's : Her RevengeWhere stories live. Discover now