1

1.1K 95 9
                                    

Motor matic warna hitam strip biru itu berhenti di depan gerbang sebuah sekolah, pemuda yang duduk di jok belakang turun dari sana lalu mengulurkan tangan untuk menyalami dan mengecup punggung tangan pria manis yang mengantarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor matic warna hitam strip biru itu berhenti di depan gerbang sebuah sekolah, pemuda yang duduk di jok belakang turun dari sana lalu mengulurkan tangan untuk menyalami dan mengecup punggung tangan pria manis yang mengantarnya.

“Nanti papa jemputnya agak telat dikit gak papa ya, gala. Kemaren papa belom nyelesaiin nyabutin rumputnya, kalo dibiarin nanti kasian cabenya, nutrisinya diambil sama rumput” Kata pria tinggi dengan paras manis itu.

“Iya, pa, gak papa. Gala tungguin sampe dateng. Kalo emang masih lama, gala nebeng aksa aja” Balas si pria tinggi itu.

“Jangan nebeng ah, kasian aksa nanti malah puter balik”

Yang lebih muda menyengir,

“Yaudah masuk sana, katanya waktumu piket, kan?”

“Iya, pa”

Si pria manis tersenyum kemudian menepuk bahu si pemuda dan menyuruhnya masuk.

“Hati-hati, pa”

“Oke”

Pria manis bernama gulfy kanara itu mengacungkan ibu jarinya sejenak kemudian membelokkan motornya dan kembali melaju meninggalkan gerbang sekolah sang putra. Dia harus kembali pada rutinitasnya, merawat ladang.

Pawat melangkahkan kaki menuju halaman sekolah setelah melambaikan tangan kepada satu-satunya orang tua yang merawatnya. Kepalanya mendongak melihat ke lantai dua, tepatnya pada beberapa siswa dan siswi yang kini tengah saling berbisik.

Dia mengabaikan, jengah sekali pikirnya, sudah terlalu sering hal ini terjadi. Selama lebih dari empat bulan dia sekolah pada jenjang SMA, setiap pagi inilah yang dia dapatkan. Tidak semua siswa memandangnya demikian memang hanya segelintirnya saja, namun tetap saja hal itu membuat pawat sangat muak, inginnya mencongkel keluar mata para wanita genit serta beberapa pria doyan gosip yang bersama wanita-wanita itu.

“Sabar aja gala, lama kelamaan juga capek sendiri. Orang Cuma bisa nilai dari satu sisi aja karna males ngais informasi lebih banyak” Gumamnya kemudian membuang nafas berat.

Sampai di kelas di taruh tasnya di atas bangkunya, berlalu ke arah sudut kelas untuk mengambil sapu dan mulai membersihkan ruangan yang bentuknya sudah seperti tempat pembuangan sampah saking kotornya.

Namun belum sampai ijuk sapu itu bergerak menghempas debu dan teman-temannya, suara notifikasi pesan dari hp pawat menginterupsi. Dia tunda dulu acara piketnya dan membalas pesan grup di aplikasinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PAPANYA PAWAT (MEWGULF)~ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang