EXTRA CHAPTER

503 81 29
                                    

Gulf menatap sekelilingnya, tepatnya pada tiap ruang di rumah barunya bersama sang suami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gulf menatap sekelilingnya, tepatnya pada tiap ruang di rumah barunya bersama sang suami. Bersih, rapi, tidak luas namun juga tidak sempit, sederhana namun elegan. Dia suka. Rumah itu ada dua lantai. Lantai pertama berisi dua kamar tidur, ruang tengah, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Lantai dua berisi satu kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi, serta balkon yang mengarah langsung pada hamparan lautan luas.

“Kamu suka sama rumahnya, Na?” tanya mew ketika mereka sudah berada di kamar.

Ah, panggilan “Mas’ dan Pak’ sudah berubah rupanya.

“Suka, Mas. Suka banget hehe. Terimakasih.” Senyum cantik gulf kembang, kakinya berjinjit sedikit untuk menggapai bibir suaminya dengan bibirnya.

Mew berdebar tak karuan, Pasalnya, ini ciuman pertamanya dengan gulf. Dan GULF YANG MENGAMBIL START!! Catat! Istri manisnya yang mengambil start lebih dulu. Oh betapa memalukannya mew sebagai dominan.

Karena tak mau dianggap dominan lemah dan kalah dari submisive, mew menahan tengkuk gulf serta memeluk pinggang rampingnya lalu setelahnya ciuman yang semula hanya berupa kecupan itu berubah menjadi lumatan-lumatan lembut.

Si manis sedikit terkejut sebenarnya, namun cepat menguasai suasana dan menerima setiap service yang diberikan Si tampan.

“pah, dad, gala mau kamar yang bawah aj......”Ucapan pawat terpotong ketika matanya menangkap kedua orang tuanya tengah saling berpagut mesrah. Wajahnya sontak memerah dengan hidung yang mendadak nyeri seakan ada sesuatu yang hendak menyundul keluar.

Buru-buru remaja tujuh belas tahun itu menutup pintu kamar orang tuanya dan menenangkan degup jantungnya yang menggila.

“Ya Allah Gusti Pangeran mata suci hamba...” gumam pawat sambil memegangi dadanya yang masih bergemuruh.

Dalam hati dirinya memaki gulf dan mew yang tak menutup pintu kamar dengan sempurna. Darah segar keluar dari hidung pawat tanpa permisi, membuat si empunya kelabakan sendiri dan buru-buru mengusap cairan merah berbau agak amis itu.

“Si anjir pake mimisan segala dah ah. Udah macem tokoh komik.” Sekali lagi remaja malang itu menggerutu.

Dia lirik lagi kamar orang tuanya kemudian berlari menuju kamarnya sendiri yang terletak tepat di depan kamar orang tuanya.

Tisu terselip pada satu lubang hidung sedang bibirnya tak henti mengumpat karena otaknya belum bisa menghilangkan bayangan orang tuanya yang tengah berciuman.

“Astaghfirullahal mata gala berdosa bangeeeet!!” pawat mengusap matanya berkali-kali, berusaha menghilangan bayangan tak senonoh itu.

“Ya Allah jangan kutuk gala jadi batu ginjal karna misuhin papah sama daddy dalem hati. Kalo mau ngutuk gala mending jadi ohm pawat artis Thailand tapi versi tinggi aja Ya Allah.”

Remaja itu menendangi selimut di ujung tempat tidurnya, wajahnya bersembunyi pada seprai.

Satu menit kemudian dirinya bangkit dan menyambar ponsel. Dia buka grup chatnya dengan dua sahabatnya kemudian mengetikkan pesannya di sana.

PAPANYA PAWAT (MEWGULF)~ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang