Bella's POV
SECANGKIR kopi di hadapanku masih utuh ketika Laura datang. Dia tampak cantik dan bergaya dengan baju-bajunya yang bagus.
"Hai, Bel! Apa kau sudah lama menungguku?" tanya Laura. Ia menduduki kursi yang ada di hadapanku.
"Tidak, kopi yang kupesan baru saja datang. Kau mau minum apa?" tanyaku.
"Ehm, tunggu sebentar," Laura berjalan menjauhiku. Lalu berdiri di depan kasir untuk memesan minuman. Tak lama kemudian ia pun kembali.
"Jadi, apa yang mau kau bicarakan?" tanyaku langsung. Laura memang menyuruhku untuk datang ke cafe ini karena ingin menyampaikan sesuatu.
Laura meringis mendengar ucapanku, entah kenapa. "Begini, aku ingin mengajakmu pergi nanti malam."
"Nanti malam?" aku menyerngit, "Kemana?"
"Tempatnya aku kurang tau, tapi aku akan menjemputmu nanti. Jadi, kau siap-siap ya. Kita akan menonton balapan mobil secara live. Langsung di depan mata kita!" kata Laura, ia begitu semangat.
"Untuk apa? Kau tidak tau tempatnya lalu bagaimana kau menjemputku dan membawaku ke sana?"
"Eh? Nanti aku dan pacarku yang akan menjemputmu. Pacarku tau tempatnya, dan dia akan balapan nanti malam. Karena itulah aku mengajakmu untuk menemaniku melihatnya balapan."
"Pacarmu? Balapan?" tanyaku, memastikan kalau aku tidak salah dengar.
"Nona Steinly." panggil pelayan kasir, itu nama Laura. Ia segera berdiri dan mengambil minumannya.
"Jadi bagaimana? Kau mau kan? Ayolah?" bujuk Laura. Aku mulai berpikir, tidak ada salahnya menemani Laura nanti malam. Lagipula, besok tidak ada ulangan.
"Baiklah," jawabku kemudian. Laura memekik senang. Wajahnya tampak berbinar-binar. Apakah ia sesenang itu?
***
Malamnya, aku sudah siap dengan kaos putih polosku, celana jeans panjang, dan jaket biru putihku. Aku tidak mau kedinginan di luar sana meskipun ini belum musim dingin.
"Hye Ra?" suara Ibuku terdengar dari luar kamarku. Tak lama kemudian pintu kamarku terbuka dan tampaklah seorang wanita cantik yang usianya baru memasuki kepala 4.
"Kenapa Ma?" tanyaku.
"Kau mau pergi?"
Aku merapikan rambutku sebentar di depan kaca, lalu menoleh pada Ibuku yang sedang duduk di tepi kasurku. "Ya. Aku mau pergi bersama temanku. Hanya sebentar saja,"
"Kemana?"
"Ke rumah teman, kami mau mengerjakan tugas." kataku berbohong. Kalau ibu tau aku pergi malam-malam begini hanya untuk melihat balapan, ia pasti melarangku. Padahal aku sudah mengiyakan Laura tadi siang.
"Oh, begitu. Jangan pulang terlalu malam ya. Kau tau dimana rumah temanmu?"
Aku mengangkat bahuku, "Tidak. Tapi nanti Laura akan menjemputku. Dan kami ke sana bersama."
Ibuku berdiri dan mendekatiku. Ia menganggukkan kepalanya, "Baiklah, jaga dirimu baik-baik ya. Di luar sana berbahaya. Ini bukan Korea, sayang."
Aku ikutan mengangguk, "Ya. Aku tau, Ma."
Tak lama kemudian suara klakson mobil terdengar, aku segera berpamitan dengan Ibuku lalu berlari menuruni tangga.
Aku mengambil flatshoesku dan memakainya, lalu keluar dari rumah. Berjalan menuju sebuah mobil sport merah yang berhenti di depan rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies and Racing
Teen FictionKarena pekerjaan yang menuntut, keluarga kecil Hye Ra pindah ke San Fransisco. Awalnya memang terasa lebih baik ketika memilih untuk pindah ke San Francisco dibanding dengan tinggal di Korea. Tapi siapa sangka ia akan bertemu dengan seorang lelaki b...