This part is dedicated to my lovely reader Prmdhita
Thankyou yang udah mau baca cerita saja, tolong tinggalkan jejak kalian dong :3 itu akan sangat berarti untuk saya.***
Mulmed: Alyson.
Tebak nama aslinya siapa? XD
Enjoy this part!***
Bella's POV
"Dia Alyson." kata Laura.Mataku melotot mendengarnya. "Alyson? Alyson gadis lugu yang jatuh cinta pada Justin itu?"
"Iya," jawab Laura.
Alyson. Perempuan berpakaian norak dan terbuka itu menghampiri Justin dan langsung menggandeng tangannya.
Aku yakin siapapun pasti tidak suka diperlakukan seperti itu. Dan benar saja, Justin memaksa Alyson agar melepaskan tangannya.
"Kenapa dia berpakaian seperti itu? Tampaknya Alyson tidaklah lugu, Laura." kataku.
"Yah, dia dulu lugu, culun, dan polos. Tapi semenjak Justin berkata mereka tidak pernah pacaran sewaktu di kantin itu, Alyson berubah jadi perempuan murahan."
Aku meringis, "Separah itukah pesona Justin? Sampai perempuan pintar itu rela meninggalkan otaknya demi seorang lelaki brengsek?"
"Yah, kau boleh mencobanya kalau kau mau." kata Laura. Aku menyeringai lalu menatap Justin dengan tajam dari jauh. Dia masih berusaha melepaskan diri dari Alyson yang sekarang sedang memeluknya.
"Bagaimana kalau kita taruhan?" tanyaku.
"Taruhan apa?"
"Beri aku batas waktu. Aku akan meladeni perlakuan Justin tanpa akan jatuh cinta padanya," kataku.
"Cih, kalau kau kalah?" Laura melipat kedua tangannya di depan dadanya lalu menatapku.
Aku juga menatapnya, "Berarti itu kesialanku. Dan kalau aku menang bagaimana?"
Laura tersenyum sinis, "Kalau kau menang, aku akan berlari di sepanjang lintasan balap ini hanya dengan menggunakan bikini!"
"Baik!" aku tersenyum, sedikit tertawa karena ucapan Laura, "Lalu, sampai kapan?"
"Akhir September. Satu setengah bulan dari sekarang. Kalau kau bisa bertahan untuk tidak jatuh dalam pesona Justin, maka kau menang."
"Aku pasti akan membuatmu melakukan hal memalukan itu, Laura."
"Buktikan ucapanmu, Bella."
Aku menyeringai. Pada Justin yang sedang melihat ke arahku.
***
"Kau datang," ucap Justin. Dia menghampiriku yang sendirian dengan senyum iblisnya. Dan kali ini aku tidak memandangnya dengan tajam.
"Ya, tentu saja aku datang."
"Bukankah kemarin kau bilang tidak sudi datang ke sini, eh?" Justin menyenderkan badannya ke pohon yang ada di belakangnya. Lalu meneguk sekaleng bir yang entah dari mana didapatnya.
"Kau tidak main?" tanyaku, mengalihkan topik pembicaraan.
"Sebentar lagi," jawabnya. "Kenapa?"
Aku tersenyum miris, "Kau minum itu ketika sebentar lagi kau akan membawa mobil dengan kencang?"
"Ya. Kau mengkhawatirkanku?"
"Apa kau berharap?" tanyaku. Justin tertawa kecil, membuatku mematung beberapa detik karena tiba-tiba saja aku merinding mendengar suara tawanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies and Racing
Teen FictionKarena pekerjaan yang menuntut, keluarga kecil Hye Ra pindah ke San Fransisco. Awalnya memang terasa lebih baik ketika memilih untuk pindah ke San Francisco dibanding dengan tinggal di Korea. Tapi siapa sangka ia akan bertemu dengan seorang lelaki b...