Bella's POV
Aku terduduk di bangku yang di sediakan di wahana bermain ini dengan lemas. Lalu seseorang menyodorkanku sekaleng minuman dingin dan langsung kuterima.
Kemudian dia duduk di sampingku dan menikmati minumannya. Setelah itu ia menatapku, "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku, aku bermain."
Justin terkekeh, "Aku tau itu. Maksudku, untuk apa kau bermain di sini?"
"Menemani..." aku berpikir untuk membohonginya saja, "Menemani pacarku."
"Pacar?" mata Justin terlihat langsung melotot menatapku. "Siapa pacarmu?"
"Bukan urusanmu." aku segera berdiri dan hendak meninggalkannya tapi ia menarik tanganku hingga aku kembali terduduk.
"Kau mau kemana? Di sini ramai, nanti kau diculik."
"Bersamamu dengan bersama para penculik wanita juga sama saja." kataku.
"Apa kau bilang? Memangnya aku suka menculik wanita?"
"Entahlah, tapi kau menculikku."
"Menculikmu? Aku tidak-"
"Kau menculik hatiku, Justin. Sekarang diamlah dan biarkan aku pergi. Aku mau mencari kakakku."
"Kakak? Bukan pacar?"
Aigo, kenapa mulutku bodoh sekali. Aku segera memukul pelan kepalaku. "Ck, apa sih maumu? Masih belum puas mempermainkanku?"
"Jangan berteriak, Bella." ucap Justin. Dan aku baru sadar kalau suaraku barusan memang terdengar besar sampai-sampai orang di sekelilingku memperhatikan kami.
"Ikuti aku," Justin menarik tanganku dan terpaksa aku mengikutinya. Dan ternyata ia membawaku ke mobilnya.
Setelah beberapa menit di dalam mobil, aku dan Justin tidak juga saling bicara. Kami hanya diam dengan mesin mobil yang belum dinyalakan. Ia memang mau membuatku mati kekurangan oksigen.
"Jus-"
"Bel-"
Kami saling memanggil satu sama lain dengan waktu bersamaan, membuatku menghembuskan nafasku perlahan.
"Bicaralah duluan," kata Justin.
"Kau yang bicara. Untuk apa kau membawaku ke sini kalau kita hanya diam-diaman tidak jelas?"
Justin menghela nafasnya, "Aku tidak mengerti denganmu. Kenapa sikapmu tiba-tiba dingin lagi padaku padahal aku merasa tidak berbuat salah apapun padamu."
"Tidak salah? Lalu, apa hubunganmu dengan Laura?"
"Laura? Kenapa tiba-tiba menanyakannya?"
"Jawab saja pertanyaanku, Justin!" teriakku. Justin menutup telinganya dengan kedua tangannya, lalu melepaskannya kembali. "Oke, oke."
Dia menarik nafasnya lalu menghembuskannya lagi, "Dia mantanku. Mantan pacarku."
"Apa? Kapan?"
"Sudah lama. Mungkin setahun yang lalu." jawabnya.
Aku menganga tak percaya. Pantas saja, aku baru sadar kenapa Laura selalu membicarakan Justin seolah-olah perempuan itu tau segalanya tentang lelaki brengsek ini.
"Lalu, kenapa aku mendengar kau menyebut namanya sewaktu kau menelepon seseorang kemarin? Di rumahmu itu? Kau menelpon Laura kan?"
"Ya. Dia yang menelponku karena dia memintaku agar tidak menyakitimu. Dia memintaku untuk tidak mempermainkanmu seperti aku mempermainkannya dulu." ucap Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies and Racing
Teen FictionKarena pekerjaan yang menuntut, keluarga kecil Hye Ra pindah ke San Fransisco. Awalnya memang terasa lebih baik ketika memilih untuk pindah ke San Francisco dibanding dengan tinggal di Korea. Tapi siapa sangka ia akan bertemu dengan seorang lelaki b...