Two

152 11 2
                                    

This part is dedicated to @Prmdhita
Thanks dear for vote my story ;)
Really appreciate it!

***

Bella's POV

Aku memasuki ruang tamu dan melihat Ibu tertidur di atas sofa. Aku jadi merasa bersalah, harusnya aku tidak pergi saja malam ini. Aku juga tidak akan diperlakukan seperti itu kan dengan Justin apabila aku tidak pergi tadi.

Huft, memikirkan tentang kejadian tadi membuat kepalaku berdenyut sakit.

Aku mendekati ibuku yang tidurnya lelap sekali. Wajahnya yang mulai berkeriput itu adalah bukti bahwa ia sudah menjagaku dengan baik selama aku hidup.

"Ma," panggilku. Tapi ia tak kunjung bangun. Yang ada hanya deru nafasnya yang terdengar teratur dan santai.

Aku segera memasuki kamarnya dan mengambil selimut. Tapi ketika aku mau keluar, aku melihat sebuah bingkai foto kecil.

Aku tersenyum ketika menyadari itu adalah foto keluargaku. Aku mengusap wajah laki-laki dan perempuan di foto itu, aku sangat menyayangi kalian.

Lalu aku keluar dari kamar ibuku dengan selimut di tanganku. Aku berjalan menuju ruang tamu dan menyelimuti ibuku dengan perlahan. Setelah itu, aku naik ke lantai dua tempat kamarku berada.

Aku masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarku. Lalu melepas seluruh bajuku dan berdiri di bawah shower.

Aku memutar kerannya hingga air membasahi tubuhku. "Justin brengsek," gumamku.

Rasanya aku tak akan melupakan kejadian malam ini. Tubuhku kembali merinding ketika aku mengingat suaranya yang berbisik tepat di sebelah telingaku.

Tiba-tiba teleponku berbunyi. Aku segera memutar kerannya hingga air tak lagi keluar. Lalu mengambil handuk dan menutupi tubuhku.

Aku berjalan ke tempat aku menaruh baju-celanaku tadi dan merogoh saku celanaku dimana teleponku masih berbunyi.

Setelah melihat id caller-nya. Aku menekan tombol hijau, "Kenapa Laura?"

"Bella! Apa kau baik-baik saja?"

"Ya. Aku baik-baik saja. Apa kau sudah sampai di rumah?"

"Sudah. Kau bisa cerita padaku sekarang. Apa yang terjadi padamu tadi?"

"Aku," aku menimbang-nimbang untuk menceritakannya pada Laura. Tapi, "Justin hampir saja melecehkanku. Mungkin sudah, dengan kata-katanya."

"Apa?" Laura terdengar tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan barusan.

"Sewaktu kau menghampiri Mike tadi, Justin menarikku menjauh dari kerumunan. Lalu, yah begitulah. Kau bisa menebak bagaimana selanjutnya," kataku.

Aku tak mendengar suara apapun dari seberang sana. Aku menjauhkan telepon itu dari telingaku lalu melihat layarnya. Masih tersambung.

"Halo? Laura? Kau masih di sana?"

"Ya. Ya, aku masih di sini. Bella, dengar aku baik-baik. Apakah tadi ... Kau berhasil menolak Justin?"

"Tentu saja. Kenapa?"

"Bella. Kau harus hati-hati mulai dari sekarang. Justin itu,"

"Dia kenapa, Laura?" aku menggigit bibir bawahku, takut akan hal buruk yang akan aku dengar.

"Dia tidak akan melepaskanmu sampai kau mau menerimanya."

***

Aku terbangun ketika ibuku menggoyangkan tubuhku. Dan ternyata sudah pagi.

Ladies and RacingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang