Three

137 9 3
                                    

This part is dedicated to ohradioactive
Thanks for vote my story dear! ;)
Really appreciate it!

Btw, ada yang tau di mulmed itu siapa? Dia jadi Elvin di cerita ini. Yang tau komen ya ~~ ntar part selanjutnya aku dedikasiin buat yang jawab aha :D

Enjoy this part ~

***

Bella's POV

Aku turun dari mobil ibuku lalu berjalan menuju gerbang sekolahku.

Satpam sekolah yang menjaga gerbang itu tampak ramah. Ia tersenyum padaku dan murid-murid lain. Tapi kebanyakan murid mengabaikannya.

Setelah aku memasuki area sekolahan, aku mengedarkan pandanganku. Tidak ada satu pun yang aku kenal. Laura juga tidak kelihatan. Padahal biasanya kami datang di saat bersamaan dan sama-sama menuju ke kelas kami.

Terpaksa, aku berjalan sendirian menuju kelasku.

Ketika aku sedang menyusuri koridor sekolah, seseorang menghentikan langkahku.

"Hey, kita bertemu lagi." Justin.

Dia menyeringai padaku dan kubalas dengan tatapan tajam. Lalu aku berusaha melewatinya tapi ia sengaja menutup jalan.

"Minggir, bodoh," kataku. Justin malah tertawa.

"Dasar gila, aku bilang minggir!"

"Dengar Bella," ucapnya, seringaiannya makin melebar. "Mungkin malam itu memang belum saatnya kau menjadi milikku. Tapi, masih ada malam-malam lainnya kan?"

"Cih, aku tidak sudi datang ke tempat seperti itu lagi." aku kembali menerobos badannya tapi masih tidak bisa.

"Lalu? Ah, aku tau. Kau pasti pemalu kan. Baiklah, kita ke tempat sepi saja. Atau kita bisa juga memesan hotel?" ucapannya membuatku melotot.

"Kau gila!" aku memaksakan diriku untuk kembali menerobos dan kali ini berhasil. Aku segera melangkah meninggalkan Justin.

"Hey, hey, Bella. Aku hanya bercanda. Jangan seserius itu," katanya, ia kembali menutup jalanku.

"Apa maumu, brengsek?" tanyaku.

"Brengsek? Ini sekolah, sayang, kau harusnya tidak mengucapkan kata-kata itu."

Aku menyipitkan kedua mataku. Apa maksudnya? Dari tadi dia yang berbicara mengenai hal-hal kotor dan sekarang ia mengoreksi kata-kataku?

"Bella," panggilnya.

"Apa? Pergilah, aku tidak mau berurusan dengan orang sepertimu."

Justin tampak menyerngit, kemudian tatapannya datar. "Baik," ucapnya, lalu pergi meninggalkanku.

"Dasar aneh," gumamku. Aku lalu melanjutkan langkahku ke kelas.

***

"Kenapa bisa begitu ya?" Laura menggaruk tengkuknya yang aku yakin dilakukannya karena dia heran.

"Entahlah, aku tidak peduli dengannya. Setidaknya dia tidak menggangguku lagi."

Aku menceritakan kejadian sebelum masuk kelas tadi kepada Laura, dan ia sendiri bingung. Ada apa dengan Justin.

"Dulu, dia tidak pernah berhenti mengejar Alyson." gumam Laura.

"Siapa? Alyson?"

"Ya. Sebelum dirimu, ada satu perempuan lain yang pernah menolaknya dulu."

Laura pun menceritakan apa yang ia ketahui tentang perempuan bernama Alyson itu.

"Alyson itu siswi di sekolah kita juga dan dia satu angkatan dengan kita. Dari dulu dia selalu mendapatkan piala dan sertifikat karena kepintarannya. Dia juga pemalu dan selalu tertutup. Setauku, dia bertemu dengan Justin di perpustakaan.

Ladies and RacingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang