Eleven

135 5 2
                                    

Bella's POV

Aku termenung ketika malam menghampiriku. Kejadian tadi pagi sangatlah menyakiti hatiku. Aku harusnya sadar kalau ini adalah salahku sendiri karena telah menyukai Justin.

Tapi tetap saja aku tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya. Juga Laura. Aku bahkan menghindarinya seharian di sekolah tadi. Yang harusnya aku duduk di meja yang sama dengannya, terpaksa aku pindah ke meja Vidi yang duduk paling depan. Huh.

"Hye Ra bodoh! Bella bodoh! Semuanya bodoh! Nama-nama itu tidak bisa membuatku menjadi orang yang kuat! Argh!" aku menjambak rambutku frustasi. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Aku kehilangan sahabat dan orang yang kusukai di waktu yang sama...

Akhirnya aku mengambil ponselku dan menelpon seseorang.

"Ah, Hye Ra, kenapa menelponku?"

"Oppa, apa sedang sibuk?"

"Tidak. Aku tidak sibuk sekarang, kau kenapa? Apa ada masalah?"

Aku menghembuskan nafasku pelan, "Oppa, datanglah ke sini. Aku merindukanmu."

"Tidak bisa, Hye Ra." lalu dia tertawa, "Pekerjaan di sini sedang menumpuk, mungkin akan selesai bulan depan."

"Aigo, kenapa kau tidak bekerja di sini saja sih?" tanyaku.

"Sudahlah, tidak usah mempermasalahkan hal itu. Cerita saja di telpon, kau pasti sedang ada masalah kan. Beritahu padaku, aku akan mendengarkannya."

"Oppa. Hatiku dicuri orang lagi." kataku.

"Siapa lelaki beruntung itu?"

"Huh, sayangnya lelaki beruntung itu adalah lelaki brengsek, Kak. Kenapa tidak ada lelaki yang baik sepertimu di dunia ini? Kalau kau bukan kakakku, aku pasti sudah mencintaimu lebih dari apapun."

"Itulah rencana Tuhan, Hye Ra."

Lalu aku pun menceritakan tentang Justin kepada kakakku. Termasuk tentang aku tidur di rumah Justin kemarin. Tapi aku jujur padanya kalau aku memang tidak berbuat lebih selain hanya numpang tidur saja.

Aku memintanya untuk merahasiakannya dan berjanji. Ia juga memberiku beberapa saran dan menenangkanku agar aku tidak bersedih lagi.

Tak lupa, sebelum tidur, aku memintanya untuk menyanyikan sebuah lagu untukku. Dan ia bersedia.

Keesokan paginya, aku bangun dengan perasaan sedikit lebih tenang. Tapi rasanya pagi ini tubuhku sedikit lebih berat. Aku segera menoleh ke samping kananku dan mendapati kakakku tidur di sana dengan sebelah tangannya menindih tubuhku.

"Oppa?" aku segera memeluknya dan tertawa bahagia. Dia membuka matanya dan malah mengocehiku, "Hye Ra, jangan ganggu aku. Aku ngantuk."

"Bagaimana kau bisa di sini? Bukankah tadi malam kau masih di Korea?" tanyaku.

Kakakku tidak menjawab dan tetap menutup matanya. Aku segera menggoyang-goyangkan badannya agar ia meresponku.

"Hye Ra, aku baru tidur 2 jam hari ini, pergilah jangan ganggu tidurku."

Akhirnya aku tidak mengganggunya lagi, lalu beranjak dari kasurku menuju kamar mandi.

Setelah itu, aku turun ke bawah dan mendapati Ibuku sedang membuat sarapan.

"Ma, kenapa Hyun-oppa tiba-tiba di sini?" tanyaku.

Ibuku menatapku, "Mungkin kamu menyebut namanya tiga kali makanya dia ada di sini."

Aku mendengus karena candaan ibuku tidak lucu. "Ma, aku serius. Semalam aku teleponan dengannya dan sepertinya dia masih di Korea. Kenapa pagi ini dia sudah ada di sini?"

Ladies and RacingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang