Bella's POV
Bel rumahku berbunyi ketika aku sedang membantu Ibuku membuat kue kesukaanku.
"Hye Ra, coba kau lihat siapa yang datang," aku menuruti ucapan Ibuku lalu membersihkan tanganku.
Setelah itu aku berjalan menuju pintu rumahku dan mengecek cctv keamanan yang terletak di samping pintu masuk.
"Justin? Untuk apa dia ke sini?" gumamku.
Aku segera membuka pintu.
"Hey," sapa Justin, ia tersenyum manis padaku. Apa hari minggu adalah hari terbaiknya hingga ia tersenyum semanis itu padaku?
"Apa yang kau lakukan di sini? Dari mana kau tau rumahku?" tanyaku.
"Aku hanya ingin menyapa." dia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya. Lalu melirik ke dalam rumahku, "Apa ada orang di dalam?"
"Pe-Justin!" aku memaksa Justin agar tidak memasuki rumahku tapi ia dengan sikap tidak tau malu seenaknya saja menginjakkan kakinya di rumahku.
"Justin!" teriakku lagi.
"Hye Ra? Siapa yang datang?" kali ini Ibuku yang berteriak dengan bahasa koreanya. Tak lama kemudian Ibuku muncul dari arah belakang, ia langsung melihat wajah Justin yang hari ini sedikit lebih tampan dari biasanya.
Justin yang melihat ibuku segera menundukkan kepalanya tanda hormat, "Helo, Apa kabar? Namaku Justin. Pasti kau Ibu Bella karena kau terlihat sangat cantik seperti anakmu."
Aku mendengus mendengar kata-kata manis yang keluar dari mulutnya sedangkan ibuku malah tersipu malu. What the hell.
"Ayo, masuk, Justin. Aku dan Hye Ra sedang membuat kue kesukaannya." ucap Ibuku, kali ini dalam bahasa inggris, lalu berjalan masuk ke dalam.
Justin menoleh padaku, "Hye Ra? Siapa dia?"
Mataku meliriknya dengan tatapan sebal, "Nama Koreaku." lalu aku berjalan menuju dapur dan kurasa Justin mengikutiku dari belakang.
***
"Campur adonannya dengan potongan buah ini," kata Ibuku. Aku segera melaksanakan perintahnya. Kembali aku melirik Justin yang menjadi chef mendadak di dapur rumahku.
"Apa ini akan dimasukkan ke dalam sana?" tanya Justin pada Ibuku, ia menunjuk oven yang berada di belakangnya.
"Tentu saja. Tapi oleskan dulu mentega di sisinya agar lebih mudah." lalu Ibuku mengambil mentega dan memberikannya kepada Justin.
Justin pun mengoleskan mentega itu dengan kuas mentega. Ia tampak tidak sesuai dengan tampangnya yang seperti seorang preman.
Tapi melihatnya membantu kami membuat kue, aku jadi tersenyum sendiri. Aku tak menyangka sebelumnya kalau Justin adalah orang yang seperti ini. Kukira dia hanya bisa kasar dan sombong.
"Kenapa melihatiku? Apa aku salah memoleskannya?" tanya Justin, aku segera memasang tampang datar di mukaku lalu menggeleng pelan. "Tidak, tidak ada yang salah. Lanjutkanlah,"
Aku pun juga kembali melanjutkan bagianku. Perasaanku mengatakan kalau Justin sedang menatapku jadi aku meliriknya dan mendapati dia menyeringai ke arahku.
Huh, tidak bisakah sehari saja dia memberi kesan yang baik terus padaku?
"Ah, sepertinya kita kehabisan gula pasir. Apa sebaiknya Ibu beli dulu?" kata Ibuku tiba-tiba.
"Biar aku saja yang beli," ucapku dan ternyata Justin juga mengucapkan hal yang sama.
Ibuku tertawa, "Kalian berdua di rumah saja. Ibu akan ke warung sebentar untuk membeli gula pasir."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies and Racing
Teen FictionKarena pekerjaan yang menuntut, keluarga kecil Hye Ra pindah ke San Fransisco. Awalnya memang terasa lebih baik ketika memilih untuk pindah ke San Francisco dibanding dengan tinggal di Korea. Tapi siapa sangka ia akan bertemu dengan seorang lelaki b...