Bella's POV
Aku duduk diam di dalam mobil Justin. Entah kenapa, pagi ini moodku buruk sekali. Mungkin karena mimpiku semalam yang sangat aneh dan tidak masuk akal.
Volume suara lagu yang mengalun di mobil ini dikecilkan oleh Justin, lalu ia menatapku. "Kau kenapa?"
Aku menghela nafasku, "Tidak apa-apa."
"Apa lagi datang bulan?" tanyanya. Mataku langsung melotot mendengarnya dan kupukul pelan kepalanya.
Dia meringis, "Sakit, Bel. Kau kenapa sih hari ini? Ceritakan saja padaku."
"Bad dream." kataku.
"Mimpi buruk? Tentang apa? Kehilanganku?" candanya, seringaian muncul di wajahnya yang tampan itu.
"Itu malah mimpi yang indah!"
Justin tertawa kecil, "Kau mau tau apa mimpi terburuk yang pernah kualami?"
"Apa?"
"Kehilangan orang yang aku sayang." ucapnya. Aku memerhatikan ekspresinya. Tidak ada guratan canda yang biasanya tampak di wajahnya. Ia serius.
"Memangnya siapa yang kau sayang?" tanyaku. Biarlah dikata sok ingin tau, aku benar-benar penasaran apa playboy satu ini memang bisa menyayangi orang.
Dia tersenyum, tatapan matanya tertuju pada jalanan di depan kami yang mulai menyepi.
"Loh? Ini bukan jalan ke sekolah, Justin." kataku.
"Kita memang tidak ke sekolah. Itulah kenapa aku menyuruhmu membawa baju ganti."
Aku menganga tak percaya. Dia mau membawaku kemana? Jangan-jangan dia serius mau menjualku? Oh, tidak! Tapi, dia bilang dia tidak akan rela kalau aku bersama om-om kan?
"Sudahi pikiran negatifmu itu. Kita hanya akan pergi ke rumahku. Dan melakukan sesuatu yang menyenangkan di sana." ucapnya.
"Apa? Ke rumahmu? Apa yang menyenangkan? Kau jangan macam-macam ya!" aku mulai memberontak dan menjambak rambut Justin agar dia mau melepaskanku dan membiarkanku ke sekolah atau pulang ke rumah.
Aku terus-terusan mengganggunya dengan menarik-narik rambutnya yang ternyata lembut itu.
"Hey, hey, stop it! Arghh, sakit, Bella! Lepas! Aku tidak akan menyentuhmu! Aku tidak! Argh! Aku bersumpah, Bella, aku tidak akan menyentuhmu."
Akhirnya aku melepaskan tarikanku di rambutnya dan mulai duduk dengan baik di kursiku. Entah kenapa aku merasa sangat sedih. Aku menutup kedua wajahku dan menangis.
"Bella? Kau kenapa? Jangan menangis, aku berjanji tidak akan menyentuhmu, sayang." ucap Justin.
Suara isakanku semakin keras ketika ia bicara seperti itu. Aku merasa hari ini menyedihkan sekali hingga rasanya sedikit puas ketika aku mengeluarkan air mataku.
"Bella," aku merasa Justin menepikan mobilnya dan kemudian mesin mobil mati. Tanganku tiba-tiba ditarik olehnya hingga wajahku yang sudah basah karena air mata ini tampak olehnya.
"Aku tidak berniat melakukan hal buruk padamu. Tenanglah, aku minta maaf kalau aku membuatmu berpikir seperti itu."
Aku menghapus air mataku, lalu menetralkan deru nafasku. "Aku, aku takut kau seperti itu lagi."
"Lagi?" aku melihat kerutan di kening Justin. Apa dia sudah lupa dengan pertemuan pertama kami di tempat balap itu?
"Malam itu. Kau tidak ingat?" tanyaku.
Tampaknya Justin tersadar. Ia segera menggigit bibir bawahnya dan menatap ke arah jalanan di depan kami. Menghela nafasnya, lalu kembali menatapku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies and Racing
Fiksi RemajaKarena pekerjaan yang menuntut, keluarga kecil Hye Ra pindah ke San Fransisco. Awalnya memang terasa lebih baik ketika memilih untuk pindah ke San Francisco dibanding dengan tinggal di Korea. Tapi siapa sangka ia akan bertemu dengan seorang lelaki b...