Anak Angkat |°44th•

4.1K 29 0
                                    

VERSI LENGKAP ADA DI PLAYSTORE & KUBACA

Anak Angkat - 44th

Aku memegangi kepala ku yang terasa pening saat pertama kali membuka kedua mata ku. Netra ku berpendar bingung menatap langit-langit ruangan yang terasa asing bagi ku.

"Kamu sudah sadar, Sayang?" tanya sebuah suara yang sangat ku kenali.

"Mama.. " lirih ku saat melihat Mama Karina tengah berdiri di samping ku.

Tiba-tiba saja rasa takut kembali menyerang ku. Aku dengan tubuh gemetar, beringsut memeluk Mama Karina seakan mencari perlindungan.

"Mah.. Luna takut, Mah.. " isak ku dengan berderai air mata.

Dapat aku rasakan pelukan Mama Karina yang hangat. Membuat ku merasakan ketenangan yang mampu membuat rasa takut ku sedikit menghilang.

"Kamu tidak usah takut, Sayang. Alex sudah memberi pelajaran pada pemuda itu. Mama jamin dia tidak akan berani mengganggu kamu lagi." tutur Mama Karina sembari membelai rambut belakang ku dengan lembut.

"Alex?" aku mendongak, menatap penuh tanda tanya pada wanita itu.

Mama Karina tampak mengangguk dengan senyum hangatnya. Dia lantas mengurai pelukan kami, namun tidak melepaskan kedua lengan ku.

"Sebaiknya biar Alex yang menceritakan semuanya, Sayang." kata Mama Karina hendak beranjak dari samping ku.

"Tapi, Mah.. " lirih ku dengan raut ragu.
Mama Karina menoleh sembari mengulas senyum lembut.

"Alex tidak akan macam-macam sama kamu, Sayang. Percaya ya sama Mama." ujarnya lembut.

Melihat kesungguhan di dalam tatapan Mama Karina, aku akhirnya membiarkan wanita itu keluar dari kamar yang aku tempati. Lalu derap langkah lain yang terdengar mendekat membuat ku menatap ke arah daksa yang baru saja datang.

"L-Lo.. baik-baik aja kan, Lun?" tanya Alex tergagap. Kentara sekali jika dia merasa canggung berbicara dengan ku.

Sejujurnya bukan Alex saja yang mengalami hal tersebut. Aku sebenarnya juga merasa canggung berhadapan dengan Alex. Mengingat apa yang terjadi pada kami waktu itu.

"A-Aku baik-baik aja kok, Lex. Em, makasih ya karena udah nolongin aku." balas ku sedikit menjeda kalimat kedua ku.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk menatap ke arahnya. Dan ternyata Alex juga tengah menatap ku dengan tatapan tak terbaca.

"Soal kejadian waktu itu, gue.."

"Lex, aku nggak mau bahas itu lagi." aku mengintrupsi ucapannya yang hendak membahas kejadian waktu itu. Yang membuat aku kembali dilanda rasa takut. Sudah dua kali aku mengalami kejadian seperti itu. Dan salah satu tersangkanya ada di depan ku saat ini.

Terdengar helaan napas berat dari Alex. Setelahnya pemuda itu tiba-tiba saja menggenggam tangan ku dengan lembut. Aku memicingkan mata ku dengan tatapan curiga. Namun saat melihat netra milik Alex yang berpendar redup, membuat ku mencoba untuk tetap tenang.

"Gue bener-bener minta maaf sama lo, Lun. Itu semua gue lakuin karena gue kebawa emosi. Jujur, gue emang ada rasa sama lo. Tapi kalo lawannya Om Bram, gue nggak bakalan sanggup." ujar Alex panjang lebar.

Aku sontak melotot saat Alex menyebutkan nama Papa Bram. Apa jangan-jangan...

"Papa angkat lo ngancem bakal lakuin sesuatu ke gue kalo gue berani gangguin lo lagi. Kenapa muka lo kaya kaget gitu?" Alex menatap ku dengan alis terangkat. Mungkin dia heran dengan reaksi ku barusan.

Anak Angkat [AFFAIR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang