Anak Angkat - Prolog
•Aku menatap pemandangan di depan ku dengan tatapan sendu. Dimana terdapat sebuah keluarga kecil yang terlihat sangat bahagia. Ada seorang gadis seusia ku yang tampak tersenyum lebar ketika mendapat kejutan dari dua orang dewasa yang aku tebak adalah orang tuanya.
Saat ini aku tengah berada di salah satu café yang menjadi tempat ibu panti menitipkan roti-roti buatannya. Jika kalian mengira aku adalah salah satu pelanggan di café elit ini, kalian salah besar. Aku hanyalah seorang gadis sebatang kara yang tinggal di sebuah panti asuhan selama hampir 17 tahun lamanya.
Sore ini aku mendapat tugas dari ibu panti untuk mengantarkan roti-roti buatannya di café ini. Aku tidak pergi seorang diri, ada temanku Kamila yang membantu. Usia ku dan Kamila tidak berbeda jauh. Kami hanya berjarak beberapa bulan saja.
"Aku iri sama gadis itu." celetuk Kamila yang ternyata juga tengah memperhatikan keluarga yang aku perhatikan sejak tadi,
Aku menimpalinya dengan anggukan kecil. Segaris senyum sendu terbit tatkala gadis yang kami perhatikan mendapatkan pelukan penuh kasih sayang dari orang tuanya. Hal itu sukses membuat perasaan iri dan sedih semakin melanda hati ku.
"Udah, jangan diperhatiin terus. Kita memang nggak seberuntung gadis itu. Tapi seenggaknya Ibu panti masih mau merawat kita." kata Kamila menepuk pundak ku lembut. Menyadarkan ku dari keterdiaman ku.
Lagi-lagi aku hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Dan kembali sibuk menata roti-roti yang kami bawa di tempatnya. Setelah selesai, kami memutuskan untuk segera pulang karena Ibu panti pasti saat ini sedang kewalahan membagi makan untuk para adik-adik yang lain.
Perjalanan menuju panti asuhan tempat tinggal ku selama ini tidak terlalu jauh. Kami hanya perlu melewati jalan kecil yang ada di seberang jalan raya. Seharusnya kami tidak perlu menghabiskan waktu yang lama untuk sampai di panti. Namun ketika kami hendak menyeberang jalan, tiba-tiba saja terdapat mobil yang melaju kencang ke arah kami. Kemunculannya yang mendadak membuat ku refleks mendorong Kamila menjauh.
Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Aku hanya mendengar jeritan Kamila yang sangat kencang disusul dengan suara bedebum yang cukup keras. Tubuh ku tiba-tiba saja terasa melayang dan terpental cukup jauh dari posisi awal ku.
Di tengah kekalutan itu, aku mulai merasakan rasa nyeri yang sangat teramat di sekujur tubuh ku. Kepala ku mulai terasa pening dengan tubuh yang terasa sakit di beberapa bagian. Tatapan ku mulai berkunang-kunang, hingga akhirnya semua berubah menjadi gelap.
|•|
Aku tidak ingat apa yang terjadi padaku sebelumnya. Yang aku tahu ketika aku baru membuka mata, aku tengah berada di ruangan serba putih dengan selang infus yang menancap di lengan kiriku.
"Bu, Luna udah sadar." seru sebuah suara yang aku kenal dengan suara Kamila, sahabat ku.
Lalu terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahku. Aku masih terdiam, mencoba mencerna apa yang terjadi padaku saat ini. Sampai kemudian wajah Ibu panti berada tepat di atas wajah ku dengan raut penuh kekhawatiran.
"Luna? Syukurlah kamu sudah sadar, Nak." kata Ibu panti dengan raut lega.
Ternyata Ibu panti tidak sendiri, ada wajah lain yang juga tengah menatapku dengan tatapan penuh kelegaan. Aku tidak mengenal wajah itu, namun melihat wanita itu tersenyum lembut membuatku tanpa sadar membalas senyumannya walau terasa sulit.
"Hai, Luna. Maaf ya kamu harus mengalami semua ini. Tante benar-benar ceroboh sampai membuat kamu terluka seperti ini." ujar wanita cantik itu.
Aku hanya bergeming dan menatap wanita itu dengan seksama. Ucapannya tadi seolah tengah menyesali perbuatannya. Dan akhirnya setelah aku memahami sepertinya wanita inilah yang telah membuat aku seperti ini.
"Ng-Nggak papa kok, Tante. Luna juga minta maaf karena nggak hati-hati." balas ku mencoba untuk tersenyum. Bagaimana pun dia sudah mau bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya.
Wanita itu terlihat tersenyum lega setelah mendengar jawaban ku. Dia kemudian kembali berbicara dengan Ibu panti dan mengatakan semua biaya rumah sakit ku akan ditanggung olehnya. Tak hanya itu saja, wanita bernama Karina itu juga menjamin pengobatan ku hingga aku sembuh.
Singkat cerita, setelah aku dirawat di rumah sakit selama hampir satu minggu, aku akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Aku pikir Tante Karina akan lepas tanggung jawab setelah aku sembuh. Nyatanya wanita itu masih sering datang menjenguk ku di panti asuhan.
Kebaikan Tante Karina tidak hanya sebatas itu saja. Wanita itu mengajukan diri sebagai donatur tetap di panti asuhan tempat ku tinggal. Dia juga membantu mempromosikan kue buatan Ibu panti. Sehingga semakin banyak café-café yang memesan kue. Selalu ada keberuntungan di setiap musibah yang kita hadapi. Dan aku telah membuktikannya.
Minggu ini seperti biasa, kami akan sibuk membuat beberapa makanan enak untuk menyambut kedatangan Tante Karina. Namun tak seperti biasanya, wanita itu hari ini datang bersama seorang pria dewasa berwajah tampan yang ternyata adalah suaminya.
Awalnya semuanya berjalan seperti biasa. Tante Karina akan meluangkan waktunya untuk bermain dengan kami. Sampai akhirnya dia mengatakan maksud kedatangannya ke sini bersama sang suami. Tante Karina ingin mengadopsi salah satu anak dari panti. Aku yang mendengarnya dirundung rasa sedih karena wanita itu pasti akan memilih anak yang usianya di bawah ku.
"Luna. Sini, Sayang." panggilan bernada lembut itu membuat aku tersadar dari lamunan ku.
Dengan wajah bingung aku berjalan mendekati Tante Karina, dan mendudukkan diriku di sampingnya.
"Kamu mau kan tinggal sama Tante?" tanya Tante Karina menatap ku dengan raut harap.
Aku sontak saja mengerjap saat mendengar pertanyaan wanita itu. Apa aku tidak salah dengar? Apa Tante Karina baru saja mengajakku untuk tinggal bersamanya?
"Kami sepakat mau mengadopsi kamu, Luna." ujar Tante Karina dengan senyum yang terbit di bibirnya.
Setelah mendengar ucapannya itu, aku tak dapat membendung rasa haru ku. Tante Karina langsung memeluk ku dan membiarkan aku menumpahkan tangis bahagiaku di dalam dekapannya. Dan inilah awal perjalanan hidup ku sebagai anak angkat dari pasangan Karina Browller dan Stevanus Bramantyo.
***
Cerita yang sempet kehapus karena beberapa hal, dan aku coba post ulang beberapa part yang aman buat pembaca.
Buat yang mau baca versi lengkapnya udah ada di playstore dan app Kubaca ya guys..
Yang mau tanya² bisa DM/PC Valerie😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Angkat [AFFAIR]
RomanceLuna tidak pernah menyangka jika hubungannya bersama papa angkatnya akan menjadi serumit ini. Berawal dari Papa Bram yang memergokinya bermain 'sesuatu' saat tidak ada orang lain di rumah orang tua angkatnya. Lalu berlanjut pada ancaman Papa Bram ya...