~Roomate~

505 43 3
                                    

Tahun ajaran baru selalu penuh dengan banyaknya para murid di berbagai penjuru yang bersiap untuk kembali ke sekolah.

Entah dari jurusan apapun itu, semua sama. Yaitu ingin segera kembali berkumpul bersama teman-teman mereka.

Dan tahun ini, Rain merasakan rasa lelah juga sedikit kesal karena lagi-lagi dirinya terpilih menjadi salah satu panitia penerimaan siswa baru di sekolahnya.

Pemuda manis dengan senyum gigi kelinci itu sudah berulang kali menolak untuk mengikuti semua organisasi apapun di sekolahnya. Namun berulang kali pula, pihak sekolah berhasil menekannya dan membuat pemuda manis itu pada akhirnya mau melakukan tugasnya.

Sempat pemuda itu menolak dan berakhir dirinya mendapat nilai minus di semua mata pelajarannya. Rasanya seolah pihak sekolah telah mengkhianati hasil dirinya belajar dengan giat.

Jadilah sekarang Rain berdiri diam menatap jalannya upacara penerimaan siswa tahun ajaran baru kali ini.

" Ai Rain.. Kuperhatikan murid pindahan dari kelas sebelah selalu menatap ke arahmu." salah satu teman Rain yang juga seorang panitia mendekat dan sedikit berbisik lirih pada temannya

" Yang mana?" tanya Rain menaikkan salah satu alisnya

" Arah jam tiga. Tapi jangan menoleh. Dia sedang melihatmu secara intens." cegah temannya yang bernama Sky tersebut ketika Rain hampir saja menolehkan kepalanya searah dengan ucapan Sky

" Kalau tatapan bisa membunuhmu, mungkin kau sudah menjadi debu sekarang." tambah Sky yang masih mengamati pemuda itu dan temannya

" Sudah, Biarkan saja. Toh itu mata dia." sahut Rain cuek, membuat Sky menggerutu dengan sifat temannya yang satu ini



°°°

Rain kembali menyusuri lorong sekolahnya yang sepi. Kali ini dirinya terlambat pulang bukan karena banyaknya ekstrakulikuler yang dia ikuti. Melainkan karena salah satu guru favoritnya meminta dirinya untuk membantu mengecek beberapa lembar kerja siswa di ruang guru.

Masih ada beberapa murid yang tersisa di dalam lingkungan sekolah. Diantaranya anak-anak pemain basket juga beberapa murid pemandu sorak. Dan mungkin para anggota osis yang selalu sibuk entah melakukan apa, Rain tak yakin.

Matanya yang terlalu fokus pada buku di pegangannya, membuatnya tak menyadari kalau sebuah bola basket tengah mengarah kepadanya.

Duk

" Aakkhhh.." jerit Rain ketika bola tersebut tepat mengenai bahu kanannya

" Maaf.. Maafkan aku, Kau tak apa?"  sebuah uluran tangan membantu Rain berdiri

" Ya. Hanya terkejut dan sedikit sakit. Sshh.." ringis Rain yang merasakan denyutan di lengannya

Pemuda manis itu hanya merutuk di dalam hatinya. Kenapa bisa dirinya begitu sial hingga terkena lemparan bola.

" Kau yakin?" tanya pemuda yang kini ditatap oleh Rain

Wajah murid baru dari kelas sebelah. Dan Rain yakin pemuda inilah yang beberapa waktu lalu dimaksud oleh Sky. Tatapan bersalah juga khawatir tercetak jelas di wajah tampan itu. Rain bahkan bisa melihat kalau ada sinar penyesalan pada wajah tampan itu.

Eh?? Kenapa aku justru memujinya tampan??

Rain menggelengkan kepalanya mengingat bagaimana dirinya berpikir pemuda di hadapannya ini sangatlah tampan dengan wajah bersalahnya.

" Kau kenapa? Apa ada yang pusing?" tanya pemuda itu lagi, yang tak kunjung mendapat jawaban

" Tidak. Aku tak apa. Kalau begitu aku pergi dulu." Rain menyingkirkan tangan besar dengan otot halus yang terlihat di kedua tangan pemuda tersebut dari lengannya

Love Is Love (ONESHOOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang