One.

1.2K 73 11
                                    

Happy reading!!

Ini kisah tentang Khaotung Thanawat, yang akhirnya dipindahkan dari sekolahnya karena kasus bullying.
Kemudian, dia bertemu dengan mantan korbannya di sekolah lain.
Dimana disana, si mantan korban itu telah berubah menjadi bos sebuah kelompok siswa nakal.
Pawin berpikir betapa lucunya takdir, kasus Khaotung begitu besar, dan bahkan dia di cibir karena masih bisa sekolah padahal semua orang menolak kehadirannya, termasuk para siswa di sekolah barunya tersebut.

"Apa yang kau lihat?" Pawin mendorong kepala Khaotung dengan ujung sapu.

"Hentikan tatapan sombongmu itu, bajingan."

Khaotung memang kalah telak di kasus yang ia buat terakhir di sekolahmya, tapi bukan berarti dia tak lagi ganas.
Khaotung tarik sapu tersebut kemudian menendang perut Pawin hingga dia terjatuh ke lantai.
Melihat bos mereka di aniaya, jelas para anak buahnya marah kemudian memukuli Khaotung membabi buta.

Di gudang yang kosong tersebut, mereka ditemukan dengan sama sama dalam keadaan babak belur. Karena mereka adalah pelaku bullying, tidak ada yang disebutkan sebagai korban meski secara teknis Khaotung adalah korban mereka untuk saat ini, ia pun memiliki luka paling parah dari keempat siswa tersebut.

-----

"Baik pak, aku mengerti."

Seorang siswa dengan seragam rapi itu baru saja keluar dari ruang guru, kemudian dia perhatikan Pawin beserta anak buahnya termasuk Khaotung, sedang dihukum di lapangan.

Khaotung menatap First balik, keduanya belum mengenal satu sama lain meskipun berada di kelas yang sama.
Maklum, selain Khaotung anak baru dan semua siswa tahu siapa itu Khaotung, First maupun Khaotung sendiri tidak tertarik untuk berkenalan.

"Jika kau berbuat onar sekali lagi, bukankah kehidupan sekolahmu akan selesai?" Pawin kembali memancing emosi Khaotung.

"Hei, jika kau tidak suka akan keberadaanku, jangan lihat aku."

Pawin tertawa lalu meludah tepat ke sepatu Khaotung.

Pawin terlihat begitu bernafsu untuk mengganggu Khaotung, yang ia ketahui tidak bisa seberingas dulu karena masa jayanya telah habis.
Seorang Khaotung Thanawat yang begitu di takuti di Khatiran School, sekolah paling bergengsi se-Thailand justru berakhir di sekolah paling buruk, yang menerima Khaotung untuk memenuhi kurangnya siswa di sekolah tersebut.

Khaotung lalu menolehkan kepalanya pada Pawin, yang sekarang ini begitu berani menatapnya balik. Padahal, dulu Pawin selalu menangis setiap kali Khaotung memintanya untuk mengangkat kepala.

"Kau ingin semua orang tahu masa lalu kita? Betapa pecundangnya dirimu?"

Pawin pun menolehkan kepalanya pada Khaotung.

"Apa kau meniru semua yang aku lakukan disini?" Tanya Khaotung lagi.

"Kudengar kau bahkan mengunci seorang gadis di toilet seharian. Tidakkah itu membuatmu merasa teringat masa lalu?" Kali ini, pertanyaan Khaotung diselingi tawa.

"Lalu apa? Dia meniru dengan baik."

Khaotung menolehkan kepalanya pada salah satu anak buah Pawin yang membantu menjawab pertanyaan Khaotung.

"Hei, jika kau melawan saat ini. Kau akan semakin buruk," sambungnya.

Pawin lalu melanjutkan jika dirinya menjadi perunding, orang-orang akan mengerti bahwa dia adalah korban yang terluka karena masa lalu.

"Tapi kau, jika kau terus bersikap angkuh kau akan terlihat makin buruk. Juga, jika kau jadi korban perundungan, siapa yang akan bersimpati? Itu karma, dan aku yang akan melakukannya. Lagipula kau tak punya pilihan, bertahan atau berhenti sekolah." Pawin.
.
.
.
.

Be Nice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang