Eleven.

478 56 15
                                    

Happy reading!!

Khaotung ke rumahnya dulu sebelum pergi ke rumah First, dia mengganti pakaian sekolahnya lebih dulu dengan pakaian yang lebih santai.
Rumah terlihat sepi karena Mike masih berada di kantornya, Khaotung pun keluar lagi dari rumahnya dengan membawa tas kecil.
Suasana hatinya begitu baik sejak pulang dari rumah sakit, ia bahagia bukan kepalang mendapatkan maaf dari Prem.
Langkah kakinya pun dipercepat, ia ingin segera bercerita pada First tentang hubungannya dengan Prem saat ini.

Bruk.

Khaotung tidak sengaja berbenturan dengan seorang pria dewasa yang baru saja keluar dari gang.
Keduanya terjatuh, tapi Khaotung yang tubuhnya lebih kecil jatuh sampai pantatnya menyentuh tanah.
Pria dengan pakaian serba hitam itu hanya menatap Khaotung dengan datar, kemudian pergi dari sana tanpa membantu Khaotung.

"Hei!"

Khaotung jelas kesal, menurutnya pria itu salah.
Pria yang dipanggil itu lalu menghentikan langkah kakinya, kemudian berbalik menghadap Khaotung.

"Kau menabrakku, sialan."

Khaotung bangkit dari jatuhnya, kemudian berjalan dengan kesal menghampiri pria tersebut.

"Lalu apa?"

"Minta maaf padaku," ujar Khaotung.

Pria itu malah tertawa, kemudian mengatakan maaf sesuai yang Khaotung inginkan.

"Lain kali, perhatikan langkah kakimu. Mungkin hari ini aku tak sengaja menabrakmu, bagaimana jika itu kendaraan?"

Setelah mengatakan itu, pria tersebut lalu pergi dari hadapan Khaotung yang terlihat bingung, padahal dia yang menabraknya kenapa justru Khaotung yang diberi nasihat.

"Orang aneh," gumam Khaotung lalu kembali melanjutkan langkah kakinya menuju halte bus.
.
.
.
.
First sedang meregangkan tubuhnya saat ini, di teras rumahnya dengan ide dream stick di tangannya.
Pasar sangat ramai tadi, pinggang First rasanya mau patah karena pekerjaan yang diberikan ayahnya membuat dia terus membungkuk dan berjongkok.

"First!"

Dengan tangan masih mengusap-usap pinggang, First perhatikan Khaotung yang berlari menuju pintu pagarnya dengan senyum lebar.
Oh, dia tidak pernah melihat anak itu sebahagia ini tentunya.

"First!"

Lagi, Khaotung memanggilnya setelah berhasil membuka pintu pagar tersebut kemudian memeluk First yang sedikit tidak siap.

"Ahk, pinggangku."

Khaotung buru-buru menjauhkan tubuhnya setelah First mengerang kesakitan.

"Kenapa?" Tanya Khaotung dengan panik.

"Tidak apa-apa, kau kenapa kemari?"

Wajah panik Khaotung kemudian kembali berseri, ia langsung memberi tahu First tentang Prem yang memberikan maaf padanya.
First lalu berjalan ke teras sembari mendengarkan semua cerita Khaotung yang di utarakan dengan begitu bahagia, itu terdengar sangat baik untuk First.

"Kau yakin bisa membiayai semua kebutuhan Prem dan ayahnya selama di rumah sakit?" Tanya First.

"Tentu saja, jangan khawatir soal uang."

Khaotung lalu menolehkan ke dalam rumah. "Apa ayahmu didalam?"

"Tidak, masih di pasar."

Khaotung lalu duduk disamping First. "Kau punya satu lagi?" Tanyanya menunjuk kepada ice cream ditangan First.

"Ada, ayahku menyiapkannya untukmu juga."

Khaotung yang mendengar itu tertawa senang, kemudian dia pergi masuk ke dalam rumah untuk membawa ice creamnya.
First hanya mendecih melihat Khaotung seperti itu, tidak pernah terpikirkan juga olehnya bahwa Khaotung dan Joe akan sedekat ini.

Be Nice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang