Four.

431 61 3
                                    

Happy reading!!

First tidak mau menyia-nyiakan rasa pedulinya sekali lagi.
Dia tak mau merangkul seseorang lagi, setelah Pawin.
Tapi sisi baik hatinya menolak untuk berpaling dari Khaotung, yang walaupun dia adalah diktator sekolah di masa jayanya, kini dia hanyalah korban perundungan Pawin dan First menahan diri untuk tidak menolongnya.

Bagaimana jika Khaotung menjadi lebih kejam jika dia berada di pihaknya?
Bagaimana jika dia pun terseret di dalam nama Khaotung yang sudah tak terlihat lagi sisi positifnya?
Bagaimana jika Khaotung membunuh Pawin seperti bagaimana rumornya dia membunuh Jinam?
Tapi, bagaimana jika Pawin membunuh Khaotung?

Terlepas dari rasa kasihan dan pedulinya yang coba dia tahan, Joe datang dengan wajah penuh rasa sedihnya.
Pasalnya, bukan sekali dua kali dia secara tak sengaja melihat Khaotung di gerbang sekolah terlihat berantakan sembari menunggu jemputan.
Dia memaksa First untuk menolongnya. Katanya, tidak perlu mengusut tuntas siapa pelakunya, tapi jadilah temannya saja.

Apa Joe akan tetap seperti itu bila First beritahu bahwa siswa yang tertuduh membunuh siswa di Khatiran itu Khaotung? Siswa yang selalu ia khawatirkan siang dan malam tentang keselamatannya di Kirin.
Lagi, First pun memiliki banyak pikiran tentang stiker kucing yang dikirim oleh Khaotung.

Apa itu bentuk permintaan maaf atas luka lengannya tempo hari?
Apa Khaotung ingin berkenalan dengannya?
Apa Khaotung mengirimkan sinyal minta tolong padanya? Atau mungkin, dia hanya salah kirim?
.
.
.
.
"Ayo lihat di lapangan! Pawin dan Khaotung akan berduel! Sepertinya ini duel sampai mati!"

Jhen, First, dan Nanon terlihat terkejut saat seorang siswa datang ke kelas untuk mengajak mereka menonton.
Terlihat lorong kelas yang dipenuhi oleh para siswa yang berlarian menuju lapangan, ingin menyaksikan Khaotung yang katanya menunjukkan taringnya kembali setelah hampir dua Minggu di Kirin dan habis di siksa oleh Pawin.
Bahkan saat ini pun, Khaotung terlihat berantakan dengan seragam sekolah yang penuh lumpur dan wajah yang babak belur.
Berbeda sekali dengan Pawin, terlihat rapi dengan tongkat baseball ditangannya.

"Kau bilang apa? Kau ingin kembali ke masa lalu denganku?" Tanya Pawin.

Semua siswa sudah berkumpul di lapangan, hampir mengelilingi Khaotung dan Pawin, First dan dua temannya juga ada disana, ikut menonton.

"Apa kau tidak sadar? Kau tidak ada bedanya dengan aku. Kau dulu kuat karena mengandalkan dua kacungmu, mereka bahkan memegang sabuk hitam taekwondo. Betapa tidak adilnya."

Khaotung tertawa dengan keluhan Pawin. "Apa kau tidak menerima bahwa kacungmu hanyalah anak anak miskin yang tak pandai dalam apapun kecuali memukul sembarangan?"

"Jaga mulutmu!" Teriak Perth.

"Bukankah kita seharusnya pulang lebih awal hari ini?"

First bertanya pada Jhen, hari ini semua guru sudah pulang dan anak-anak seharusnya juga pulang. Tapi Perth dan Chimon sudah menyebarkan informasi soal 'pertandingan' ini, jadi anak anak yang belum pulang memutuskan untuk menunggu dan mereka yang sudah terlanjur keluar dari gedung sekolah berbondong-bondong kembali untuk sekedar menonton Khaotung yang katanya akan mati ditangan Pawin.

"Apa kita harus memanggil guru?" Tanya Jhen.

"Tidak, kita lihat dulu. Jika ada yang sekarat, kita laporkan pada polisi," jawab Nanon.

Pawin dan sikap barunya, tak bisa menahan rasa emosi.
Dia langsung menyerang Khaotung yang saat ini tak lagi perduli soal kertas ijazah yang menjadi keinginannya makanya bertahan walaupun Pawin mencoba membunuhnya berulang kali.
Khaotung mungkin dulunya lebih sering duduk tanpa mengotori tangannya untuk mengurusi sampah seperti Pawin, tapi bukan berarti dia lemah.

Be Nice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang