Two.

531 52 5
                                    

Happy reading!!

Kirin merupakan sekolah yang tak terkenal di kalangan sekolah-sekolah Thailand, tapi citranya cukup kuat bila di bandingkan dengan beberapa sekolah di lingkungan tersebut.
Kebanyakan guru disana adalah guru yang tak memiliki pilihan lain, guru yang berdidekasi untuk merubah sekolah menjadi lebih baik, dan ada guru yang bertahan karena berkuasa disana membuatnya santai.

Khaotung memutuskan semua hubungan pertemanannya dengan anak-anak Khatiran, menjadi pribadi baru sebagai siswa Kirin dengan catatan kriminal di punggungnya.
Ayah Khaotung adalah pengusaha ternama, ketika ia berulah jelas itu berdampak pada perusahaan ayahnya yang mengedepankan moral.

"Bersikap baiklah."

Khaotung diturunkan didepan gerbang sekolah tersebut, kemudian mobil sang ayah pergi dari sana.
Khaotung tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, perasaan waspada akan apa yang terjadi bila ia masuk ke dalam sekolah saat ini.
Khaotung menolak menyebut perasaan itu adalah rasa takut yang sering dirasakan para korbannya.

Perasaan gugup yang coba Khaotung sangkal itu terlihat jelas, orang-orang pun menatapnya dengan tatapan remeh.
Kakinya kemudian dipaksa melangkah memasuki halaman sekolah, langkah kaki yang terlihat dipercepat karena secara perlahan Khaotung pun kehilangan rasa tertariknya diperhatikan.
Dulu, dia begitu suka bagaimana orang-orang menatapnya berjalan di lorong sekolah Khatiran.

Khaotung dan Pawin memiliki kelas yang berbeda, jadi Pawin hanya bisa menatap kedatangan Khaotung dari jendela kelasnya dengan wajah datar.

"Kau tak menyambutnya?" Perth bertanya pada Pawin.

"Apa kau takut?" Kali ini, Chimon yang bertanya.

Perth lalu tertawa kemudian bercanda jika Pawin kemarin terlihat terkejut saat Khaotung tiba-tiba saja melawan.
Sekarang Perth mengerti bila melihat secara langsung, Khaotung memang terlihat mengerikan hingga tidak heran bisa dia berakhir membunuh seseorang.

"Kau yakin dia tak akan membunuh kita?" Tanya Perth lagi.

"Sebelum itu terjadi, apa kau tidak takut dia kembali merundungmu?" Sambungnya, tapi Pawin hanya diam saja.

-----

Bisa dibilang, kelas yang di pimpin oleh First adalah kelas yang berisi siswa siswa 'normal.' semua siswa di kelas ini adalah siswa siswa yang niat belajar, pintar, dan disiplin.
Kedatangan Khaotung jelas membuat kelas terasa tidak nyaman, walaupun mereka semua termasuk First tidak mencoba berkomunikasi dengannya, mereka tetap kesal pada Khaotung yang duduk tenang di bangkunya.

"Apa ada seseorang yang mau membawa buku-buku pelajaran kita di ruang guru?"

Seorang siswi berdiri dari duduknya, kemudian menatap teman-teman sekelasnya dan mereka menghela napas, mengeluh panas dan lelah.

"Guru Im meminta kita ke ruang guru~"

Gadis tersebut lalu menolehkan kepalanya pada Khaotung, yang terlihat termenung melihat lapangan sekolah dari jendela kelas.

"Hei, kau."

Khaotung menolehkan kepalanya pada gadis dengan nama Jhen tersebut.

"Bawakan buku kita dari ruang guru," suruh Jhen dengan nada suara yang lebih dingin.

"Kenapa tidak kau yang pergi?"

Jhen tertawa kecil. "Karena aku ingin kau yang pergi."

"Apa kau memandang rendah diriku?"

First menghentikan sejenak kegiatannya yang sedang menulis, matanya tetap tertuju pada bukunya, tapi sudut pandangnya jelas pergi pada Jhen yang melangkahkan kakinya ke bangku Khaotung.

Be Nice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang