Fiveteen. (End)

758 58 31
                                    

Happy reading!!!

Bermunculan postingan postingan para siswa Khatiran yang menerima permintaan maaf Khaotung.
Mereka juga menunjukkan beberapa barang yang diberikan oleh Khaotung.
Beberapa dari mereka menerima permintaan maaf Khaotung, beberapa masih mencemooh tindakannya.
Tapi yang paling menonjol dari semua itu adalah beberapa postingan yang akhirnya mau berbicara tentang beberapa kasus palsu.
Mereka mengatakan bahwa beberapa kasus yang di-posting sebagian besar adalah kasus palsu hanya untuk memberatkan Khaotung.
Korban Khaotung tidak sebanyak yang diberitakan, mereka yang mengikuti arus demi ribuan angka suka dalam postingan akhirnya pun meminta maaf pada Khaotung.

Sedikit demi sedikit, nama baik Khaotung mulai dibuat.
Bahkan saat ini Khaotung sedang mencoba melakukan sesuatu agar Prem dipindahkan ke sekolah yang lebih bagus lagi sebagai siswi penerima beasiswa.
Sebenarnya, Khaotung akan lebih mudah jika memasukan Prem ke Khatiran kembali tapi dia tidak mau Prem mengingat masa lalu, jadi dia meminta sekertaris ayahnya untuk mengerjakan perpindahan Prem ke sekolah lain.

"Bisakah kau pergi ke rumahku dan memberikan ini pada Nara?"

Khaotung menatap buku diary milik Jinam yang selama ini berada di tangan Jun, yang ia baca selama di penjara.
Khaotung datang untuk berkunjung, rasa bersalah masih menyelimutinya hingga membuat Khaotung merasa perlu menemui Jun jika ada waktu.

"Kau sudah membaca semuanya?" Tanya Khaotung.

"Dia memberikan cintanya pada semua orang, hingga lupa menyisakan rasa tersebut untuk dirinya sendiri." Jun menyimpulkan semua isi diary sang adik yang dipenuhi oleh kasih sayangnya terhadap Nara, dia dan juga rasa kasihan pada Khaotung.

"Aku akan berkunjung lagi Minggu depan."

Jun tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. "Jinam merasa kalian mirip, jadi aku senang jika kau datang seperti ini."

----

Jika Jun masih memiliki Nara dan Khaotung untuk berkunjung, yang mana selalu berhasil membuat Jun merasa berharga karena mereka menunggu kepulangannya.
Berbeda dengan Pawin, dia tak memiliki siapapun selain ayah dan ibunya yang selalu datang untuk mengomel.
Mereka menyesal karena mengikuti keinginan Pawin, hingga kini semuanya telah hancur.
Jangankan masa depan Pawin, perekonomian keluarganya pun hancur Karena dampak image buruk yang dibuat oleh anak semata wayangnya.

"Kau tahu? Kehidupanku terasa lebih mudah saat kau disini, berpikirlah lebih dewasa."

Pawin bahkan sudah tidak lagi bisa merengek meminta pada mereka untuk mengeluarkannya dari penjara ini.
Pawin menyadari kesalahannya, ia terlampau dibutakan kebencian dan rasa cemburu, hingga membawanya ke tempat semacam ini yang mana sebenarnya Pawin tidak terlibat dalam percobaan permbunuhan yang dilakukan Jun terhadap Khaotung.

Setelah itu, ayahnya Pawin lalu pamit dari ruang jenguk tersebut, pertemuan selama 10 menit itu hanya diisi oleh ayahnya yang menyesal memiliki anak seperti Pawin, dan Pawin diam saja, ia terlalu lelah untuk membalas kalimat ayahnya.

"Seorang lainnya ingin menjengukmu, tunggu sebentar."

Seorang polisi menghentikan Pawin yang hendak bangkit dari kursinya, terlihat Pawin kebingungan karena ayahnya sudah datang, jadi siapa yang mau menjenguknya? Ibunya? Beliau juga sudah datang.

Ceklek.

Terlihat seorang siswa dengan seragam Kirin, Pawin bahkan membeku melihat sosok tersebut.

"Kalian memiliki waktu 15 menit untuk berbicara," ujar sang polisi.

First Khanapan, menghela napas lalu duduk di kursi menghadap Pawin yang masih terkejut akan kedatangannya.

"Kenapa kau kemari?" Tanya Pawin, dia tak pernah berpikir siapapun akan datang kesini kecuali ayah dan ibunya. Apalagi berkhayal jika First akan datang, dia tak pernah melakukannya karena sudah tahu betul jika rasa benci First padanya bertambah setelah kasus ini.

Be Nice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang