Nine.

472 55 15
                                    

Happy reading!!

Kriiiing

Terlihat semua siswa mulai memasuki kelas masing-masing.
Termasuk, kelas First.
Semuanya sudah datang kecuali Khaotung.
First perhatikan bangku Khaotung cukup lama, kemudian kembali fokus ke papan tulis.
10 menit berlalu,  First terlihat tidak fokus pada pelajarannya setelah salah satu teman kelasnya mengatakan bahwa dia bertemu Khaotung di lorong, namun anehnya tak masuk ke kelas.

"Kau kenapa?"

First lalu menolehkan kepalanya pada Jhen, kemudian menggelengkan kepalanya.
Tapi Jhen tahu jika saat ini First sedang tidak fokus, Jhen juga melihat bangku Khaotung kemudian kembali menatap First.

"Kau penasaran kenapa anak itu tak masuk ke sekolah?"

First kembali menoleh pada Jhen kemudian meminta maaf, dia ingin tahu kenapa Khaotung membolos.
Jhen menghela napas, sifat peduli First sangat besar hingga anak pembuat onar seperti Khaotung saja dia khawatirkan.

"Dia pasti sedang makan enak di rumahnya, jangan terlalu khawatir."

30 menit kembali berlalu, First sesekali melihat jam arlojinya, berharap waktu jeda pelajaran lebih cepat dari biasanya.

"Aaahk! Apa itu!"

Semua siswa melihat ke jendela, termasuk First.
Sesuatu seperti benda hitam tiba-tiba saja jatuh dari lantai 3 atau mungkin lantai 4.

"Kupikir seseorang bunuh diri," celetuk salah satu siswa dengan nada bercanda.

First kemudian mengingat kembali Khaotung yang bersikap berbeda setelah Prem mengamuk padanya.
Dengan pemikiran paling buruknya, First buru-buru keluar dari kelas dan berlari menuju lantai tiga, kemudian First juga lanjut berlari menaiki tangga menuju lantai 4 dan 5, dia bahkan sempat terjatuh di tangga hingga membuat lututnya terluka, tapi dia tetap berlari hingga akhirnya sampai di atap dan mendobrak pintu atap.

Hal pertama yang First lihat adalah tas sekolah Khaotung, ia bawa tas tersebut sembari berkeliling mencari keberadaan Khaotung.
Hingga akhirnya, First pun melihat Khaotung sedang duduk dipojokan dengan keringat membasahi wajah dan pelipisnya.
First lalu menarik nafasnya, benar-benar lega melihat Khaotung masih hidup dan benda jatuh tadi berasal dari kelas di lantai 3 atau 4.
Mungkin karena panik juga, First baru merasa lelah dan merasakan akit pada lututnya saat berjalan mendekati Khaotung.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya First, kemudian melemparkan tasnya ke dada Khaotung.

First lalu menolehkan kepalanya pada pinggir pembatas, itu sangat tinggi.

"Kau..."

"Itu menakutkan," ucap Khaotung, lalu bangkit dari duduknya.

"Itu terlalu tinggi, aku takut jadi aku turun lagi," sambungnya.

First sampai tak bisa berkata-kata dengan pengakuan Khaotung.
Dia terlambat datang, tapi untungnya Tuhan juga memberikan rasa takut itu pada Khaotung.

"Jangan lakukan itu lagi, jangan datang kemari sendirian lagi," balas First.

Khaotung menatap First, kemudian menyadari jika lutut si ketua berdarah.

"Kau terluka," katanya sembari menunjuk lutut First yang seragamnya sedikit robek dan menunjukkan Lukas tersebut mengeluarkan cukup banyak darah.

Bukannya merespon kalimat Khaotung, First justru menarik Khaotung ke dalam pelukannya.

Khaotung  memang tidak pantas dimaafkan begitu saja oleh mereka, dia  harus berlutut dan bersumpah atas nama Tuhan untuk tidak lagi melakukannya, dan harus membayar semua luka Mereka, tapi First tidak mau Khaotung melakukan ini.

Be Nice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang