Ten.

435 53 11
                                    

Happy reading!!

First:/Mengirim stiker kucing hitam dengan tulisan 'Hello too.'

Khaotung berhenti sebentar di depan pintu kamarnya, melihat ekor kucing hitam itu bergoyang ke kanan dan ke kiri dengan begitu lucu.

First: Aku menunggu di kelas, beritahu aku jika kau sudah bersiap-siap.

Senyum Khaotung lalu timbul, tidak menyangka jika First akan menjadi sebegitu khawatir seperti ini.

Khaotung kemudian menolehkan kepalanya pada suara langkah kaki yang mendekati, itu Mike yang terlihat sudah siap dengan seragam kantornya.

"Kau tidak membuat masalah? Kau tidak memberiku pesan apapun jika kau akan menginap."

Khaotung menggelengkan kepalanya sembari memasukan ponselnya ke dalam saku seragamnya.

"Kau punya teman? Siapa?"

"Kenapa?"

"Aku harus tahu, dengan orang seperti apa kau berteman."

Khaotung lalu menghela napas dan menyebut nama First Khanapan. "Dia ketua kelas di kelasku."

"Ketua kelas?" Mike bertanya dengan mimik wajah tidak mempercayai anaknya, tidak mungkin Khaotung memiliki teman seperti itu.

"Ketua kelas atau pembuat onar?" Tanya Mike lalu pergi dari hadapan Khaotung sembari memanggil supirnya, ia akan langsung berangkat ke kantor. Selalu seperti itu, Khaotung tidak pernah makan bersama ayahnya di rumah, itu jadi terasa lebih aneh setelah Khaotung mengerti betapa berharganya makan malam bersama Joe dan First.

Khaotung lalu pergi masuk ke dalam kamar untuk segera bersiap-siap. Ini jadi terasa sedikit mmebuatnya bersemangat, saat tahu ada seseorang yang akan menunggunya di kelas.
Khaotung menjadi penuh senyum pagi ini, kembali dari rumah Joe ia terlihat kembali murung, sangat enggan sebenarnya untuk pergi dari sana, dia merasakan apa itu artinya keluarga dan menyukai bagaimana Joe tidak membedakan perlakuannya terhadap First dan juga dirinya.
Tapi kemudian, First kembali membuatnya merasakan kebahagiaan itu, dia akan menunggu Khaotung yang sebelumnya adalah orang yang paling ingin dihindarinya.
.
.
.

First terlihat memasuki kelas Pawin, dia ingin mencari Prem tapi gadis itu tidak ada di bangkunya.
Kemudian, First mengeluarkan ponselnya dan berbalik. Hendak menelpon Prem di kelasnya, namun secara tak sengaja dia justru bertabrakan dengan Pawin yang juga baru masuk ke dalam kelas.

"Sedang apa disini?" Tanya Pawin.

"Tidak ada," jawab First lalu melangkahkan kakinya, tapi Pawin segera menahannya.

"Aku akan membantumu," ujar Pawin lagi.

"Tidak apa-apa, aku bisa melakukannya sendiri."

Pawin masih saja tidak mau melepaskan tangannya dari lengan First. "Apa kau berteman dengan Khaotung?"

"Kenapa? Apa itu masalah untukmu?"

"Tentu saja," jawab Pawin dengan cepat. "Kenapa kau berteman dengan pembunuh?"

First dengan keras melepaskan lengannya dari cengkraman tangan Pawin, lalu ia tatap mantan temannya itu dengan tatapan tajam. "Berhenti menyebut seseorang dengan sebutan seperti itu sedangkan kau sendiri mencoba membunuhnya di depan puluhan orang."

Pawin terlihat terkejut dengan ucapan First. "Kalau begitu bagaimana dengan apa yang dia lakukan padaku dan pada para korbannya di masa lalu?"

First tak bisa menjawab apapun Karena Khaotung yang harus menjawabnya. Kemudian, ponsel First berdering.
Itu Khaotung yang memberitahunya bahwa dia sedang dalam perjalanan menuju kelas, First pun segera pergi dari kelas Pawin tanpa menjawab pertanyaannya.

Be Nice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang