Five.

479 61 5
                                    

Happy reading!!

"Jadi kau akan berhenti?"

"Ayahku sudah memperingatiku."

"Tidak. Aku bertanya tentang rencanamu kedepannya. Apa kau akan benar-benar berhenti?"

Pawin terlihat berpikir kemudian menghela napas sembari mendorong bahu siswi tersebut dari jalannya.
Siswi dengan rambut panjang itu mengepalkan tangannya, Pawin baru saja memberitahu dia bahwa dia akan berhenti sejenak mengganggu Khaotung di sekolah.

"Kalau begitu aku yang akan melakukannya kali ini."
.
.
.
.
Khaotung baru saja turun dari mobilnya ketika dia melihat First juga baru saja datang.
Sebenarnya, Khaotung ingin langsung pergi ke kelasnya namun Joe yang baik hati selalu menyempatkan diri untuk menyapa, bahkan dia memanggilnya untuk mendekat.

"Paman tidak tahu kenapa dia berbohong soal kalian tidak sekelas, Jhen baru saja memberitahu paman kemarin jika kalian sekelas. Paman pikir karena First tidak mau terlibat dalam masalahmu dengan Pawin, sebenarnya dia anak yang baik. Dia membantu semua temannya."

Khaotung menganggukkan kepalanya, dia juga tak masalah soal itu sebenarnya.

"Karena itu, Maafkan First ya?"

"Apa?" Khaotung terkejut mendengar Joe meminta maaf untuk anaknya, yang bahkan First tidak melakukan kesalahan apapun.

"Tidak perlu sampai meminta maaf," gumam Khaotung, mendadak dia merasa bersalah.

"Kita harus~ hei, minta maaf padanya."

Joe terlihat sedang marah saat ini pada First, dia memarahinya semalam karena First selalu menolak untuk membantu Khaotung dengan alasan alasan yang terdengar masuk akal untuk Joe, tapi rupanya itu semua bohong.

"Tidak perlu."

"Maafkan aku, aku tak bisa mengehentikan Pawin dan aku tidak mau terlibat dalam masalah kalian. Mulai sekarang, aku akan mencoba membantumu."

Khaotung mematung untuk sesaat, dia sering mendapatkan permintaan maaf seperti ini sebelumnya, dari para korbannya yang memohon untuk tidak diganggu olehnya.
Ini sudah sangat lama, Khaotung juga tidak diajarkan untuk menerima permintaan maaf seseorang.

"Bagus, sekarang pergi masuk ke kelas bersama."

"Ahk."

"Astaga, punggungmu terluka?"

Joe terlihat panik saat Khaotung mendadak kesakitan ketika dia menyentuh punggungnya untuk didorong bersama First pergi memasuki gedung sekolah.

"Apa Pawin memukul disana?"

Khaotung dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak, paman."

First terlihat penasaran, karena setahunya Pawin memang tak menyerang punggung Khaotung dan Khaotung tidak banyak menggunakan punggungnya sebagai pertahanan kemarin.
First jadi teringat akan ayahnya Khaotung, dia hanya berpikir bahwa mungkin Khaotung juga dipukuli dirumahnya.
Tidak, pikirkan ini.
Siapa yang mau bersikap lembut pada anak yang membuat seribu masalah disekolahnya?
Dia saja dipukul oleh Joe karena berbohong soal Khaotung bukan teman sekelasnya.

-----

Khaotung berjalan didepan First, Keduanya tak berbicara lagi sejak memasuki gedung sekolah hingga kini berjalan di lorong menuju kelas mereka.
Tapi kemudian keduanya terlihat heran melihat sekumpulan siswa termasuk Jhen dan Nanon di depan kelas mereka.

"Dia datang," ucap salah satu siswa menunjuk pada Khaotung yang terlihat keheranan.

Jhen lalu memanggil Khaotung untuk melihat apa yang mereka lihat juga.
Sebuah kertas dengan beberapa foto Khaotung saat menganiaya siswa lain di Khatiran.
Kertas itu berisikan protesan soal kenapa Khaotung diterima di sekolah padahal faktanya dia adalah pembunuh Jinam.

Be Nice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang