Fourteen.

651 62 11
                                    

Happy reading!!

Apa itu kasih sayang?

Duk.

First memperhatikan semangkuk daging yang diberikan ayahnya ke atas meja, kemudian ia melihat jika ayahnya hanya memakan sayur bening berisi tahu dan sawi.

"Ayah hari ini harus langsung ke pasar, bisakah kau pergi ke sekolah dengan bus?"

First menganggukkan kepalanya sembari menikmati sarapannya yang tak pernah kekurangan, walaupun dia termasuk anak miskin tapi ayahnya selalu membuat dia merasa berkecukupan.
Joe lalu memberikan uang jajan pada First, kemudian menimpa lagi uang tersebut dengan uang untuk digunakan sang anak menaiki kendaraan umum.

"Aku bisa membayarnya dengan uang jajan," ujar First. Kemudian, dia hanya mengambil uang jajannya saja.

"Tidak apa-apa, gunakan uang jajanmu untuk jajan." Joe buru-buru memasukan ongkos bus itu ke dalam saku seragam First, kemudian tersenyum dan mengatakan bahwa dia bisa memenuhi semua kebutuhan First jadi dia meminta First untuk tidak mengkhawatirkan keuangannya.

"Bagaimana dengan Khaotung?"

First menghentikan gerak bibirnya yang sedang mengunyah. "Dia lebih baik."

"Baguslah, tetaplah dampingi dia menjadi anak baik."

First kembali mengunyah makanannya kemudian menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, aku berjanji untuk itu."

----

First sedang duduk di halte bus, ditengah ramainya orang berlalu-lalang, pun kendaraan.
First terlihat merenung di tempat duduknya.
Apa itu kasih sayang?
Pertanyaan Khaotung malam itu masih belum ada jawabannya.
Bisakah Khaotung mengerti bila dia menjelaskan jika kasih sayang itu seperti ayah pada anaknya?
Daripada sakit hati, Khaotung mungkin akan bingung.

Khaotung: Beritahu aku jika kau sudah mau sampai di sekolah.

First menatap layar ponselnya cukup lama, hingga akhirnya dia memasukkan ponselnya ke dalam saku lagi setelah busnya datang.
First harus segera memberikan penjelasan pada Khaotung yang melupakan kisah manisnya bersama sang ibu, dan dia yang tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah.

-----

Sesampainya di gerbang sekolah, First dengan segera membalas pesan Khaotung tentang sampainya dia di area sekolah.
Khaotung yang mendapatkan pesan tersebut langsung keluar dari kelas, seperti First waktu itu.
Keduanya berlari di lorong kelas, menabrak beberapa siswa kemudian tersenyum saat melihat targetnya berada di antara para siswa di sekitar parkiran.

"First!"

First pun seperti Khaotung di hari itu, berdiri mematung ketika namanya di panggil.

"Aku sengaja berlari dari kelas untuk menjemputmu," ujar Khaotung dengan senyum lebarnya.

"Ayo," sambung Khaotung sembari menarik pergelangan tangan First untuk dibawa masuk ke dalam gedung sekolah.

First menyadari bahwa aura Khaotung semakin hari semakin lebih baik.
Wajahnya terus tersenyum, dan beberapa orang mulai berani mengajaknya untuk berbicara.
Tentunya, kasus percobaan pembunuhan terhadapnya oleh kakaknya Jinam dan Pawin sebagai salah satu pelakunya menyebar luas di sekolah Kirin, katanya itu juga menyebar di Khatiran.

"Aku ingin menjenguk kakaknya Jinam nanti, bisakah kau menemaniku?"

First menganggukkan kepalanya. "Tentu saja."
.
.
.
.
Mike berada di ruangannya saat ini, ia memperhatikan data informasi tentang Joe Khanapan beserta putranya.
Mike hanya tidak mau Khaotung bergaul dengan orang-orang yang salah lagi, jadi dia meminta asistennya untuk mencari tahu soal ayah dan anak itu.
Joe hanyalah penjual ayam potong di pasar, dan First pun cuma anak biasa di Khatiran. Dia adalah ketua kelas yang kelasnya cukup terkenal karena dari semua kelas di Kirin, kelas First adalah sekumpulan siswa dan siswi yang rajin belajar.

Be Nice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang