duaenam

11.5K 552 50
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Hanya dengan sedikit barang mewah saja bisa membuat manusia lupa akan segalanya, Berbangga dengan gagah meski semua itu sebenarnya hanya Fana

Happy reading


Karena tadi waktu Dzuhur, Ashar dan Magrib. Aisyah sholat sendiri kini saat sholat Isya ia di imamain oleh sang suami.

Setelah selesai salam sholat Rasya menghadap kearah gadisnya lalu mengecup lamat-lamat kening lalu kedua pipinya.

"Gus Rasya tadi sore habis darimana," Aisyah bertanya.

"Habis sowan ke pesantrenya Athar. Kenapa sayang?"

Aisyah menggeleng. "Cuma tanya."

Aisyah menggigit tanganya, ia tidak lupa dengan perkataan umi Ainun.

"Dosa ndo, kalo di tunda-tunda. Kamu siap menjadi istri maka kamu juga harus siap segalanya."

"Gus..." panggil Aisyah dengan lirih.

"Kenapa, hm?"

"Ibadah yok." Buru-buru Aisyah langsung menggerutuki mulutnya, ah kenapa harus ngomong kaya gitu si.

"Mau sholat sunnah taubat?"

Bibir Aisyah mengerucut. Suaminya tidak peka atau pura-pura tidak peka?

"Ishh, bukan ibadah sholat!"

"Terus? Mau ibadah apa. Hm,"

Laki-laki itu sebenarnya tau ibadah yang dimaksud istrinya hanya saja ia ingin mengerjainya. Aneh saja kenapa tiba-tiba ngajak ibadah.

Karena malu dan sudah kesal, Aisyah bangkit dari duduknya tapi kembali duduk karena Rasya menarik mukenahnya.

"Ayo."

"Hah! Ayo apa." Kaget Aisyah.

"Ibadah, sayang."

"I-ibadah apa," mendadak Aisyah menjadi gugup, padahal dirinya yang mulai.

•••


Setelah selesai sholat subuh berjamaah, Aisyah duduk di karpet bulu di depannya ada Rasya yang memegang mushaf Al-Qur'an.

"Saya mau melihat perkembangan hafalan Qur'an kamu," Rasya membuka pembicaraan, "bacakan surat Al Qasas," lanjutnya.

Aisyah mengangguk lalu mengingat-ingat bunyi ayat pertama nya.

"A'uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim, bismillahirrahmanirrahim."

"Tilka Aayaatul Kitaabil mubiin."

"Natluu 'alaika min naba-i Muusaa wa Fi'awna bilhaqqi liqawminy yu'miinuun,"

"Inna fir‘auna ‘alâ fil-ardli wa ja‘ala ahlahâ syiya‘ay yastadl‘ifu thâ'ifatam min-hum yudzabbiḫu abnâ'ahum wa yastaḫyî nisâ'ahum, innahû kâna minal-mufsidîn."

Sepanjang membacakan surat Al Qasas Aisyah memejamkan matanya agar fokus namun ia terlupa ayat selanjutnya, saat membuka mata dirinya dikejutkan karena Rasya memandangi wajahnya begitu dalam, berarti sejak tadi laki-laki itu fokus pada wajahnya nya?

"Kenapa berhenti," Rasya menaikan satu alisnya.

"Jangan di liatin!"

Rasya terkekeh pelan."Kamu cantik, humairah."

Blush!

"Tambah cantik kalo pipinya merah," laki-laki itu menekan-nekan pipi Aisyah.

"Gus Rasyaa!"

Rasya tertawa pelan. "Maaf, ayo lanjut. Humairah."

Aisyah menarik nafas dalam-dalam, membuang semua kesaltinganya.

"Wa nuriidu an namunna 'alal......alal alal emmm--"

"--alal laziinas tud'ifuu fil ardi wa naj'alahum a'immatanw wa naj'alahumul waarisiin," sambung Rasya.

Sampai dimana ayat terakhir

"Wa laa tad'u ma'al laahi ilaahan aakhar; laaa ilaaha illaa Huu; kullu shai'in haalikun illaa Wajhah; lahul hukkmu wa ilaihi turja'uun,"

"Sodaqallahuladzim,"

"MasyaAllah, shalihah," puji Rasya mengusap-usap surai Aisyah yang dibaluti mukenah.

"Gus mau tanya."

"Silahkan."

"Dulu waktu SMA saya pernah sholat dzuhur di masjid nah setelah selesai sholat, saya liat ada tai cicak di bawah sajadahnya, saya ngga tau kalo ada najisnya, kira-kira sholat nya sah ngga?"

"Menurut kalangan Syafi'iyah itu diperbolehkan dan sholatnya tetap sah," jawab Rasya.

"Kenapa tetap sah kan bawa najis?"

"Imam Nawawi mengatakan 'karena dalam praktek tersebut, kita tidak bersentuhan langsung dengan najis, dan di anggap tidak membawa benda najis atau pakaian yang menempel pada najis."

"Namun jika sajadahnya adalah sajadah yang tembus karena terlalu tipis misalnya. Maka di perinci 'jika najisnya terkena bagian badan atau baju yang di pakai maka sholatnya tidak sah' tapi jika 'tidak terkena bagian badan atau baju yang di pakai maka sholatnya tetap sah."

"Paham cinta?" Aisyah mengangguk. "paham."

"Wanita itu harus disibukkan dengan ilmu agama, jika tidak ia akan hanyut kedalam perasaan cinta yang akan membuat dirinya mendekati kehancuran," kata Rasya lagi.

"Maaf ya Gus, saya bukan perempuan yang tinggi ilmu agamanya, saya jauh dari kata paham agama," cicit Aisyah.

"Jangan bilang seperti itu humairah. Wallahi saya sangat bersyukur bisa mendapatkan istri seperti kamu, jika kamu bukan wanita yang paham agama maka sudah tugas saya menjadikan kamu wanita paham agama bersama saya."

"Pasti itu kata-kata manis doang kan Gus? Iya kan? Pasti kalo ada wanita yang lebih dari saya Gus Rasya bakal berpaling dan saya ditinggalin. Biasanya laki-laki gitu soalnya, manis diawal doang!"

Rasya menggeleng kepala bisa-bisanya Aisyah berkata seperti itu."sesuatu yang telah Allah takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain. Syah, jiwa ini takan mampu meninggalkan separuh jiwanya,"

Aisyah berusaha menahan agar tidak senyum, tapi tetap saja tidak bisa ditahan.

"Semoga Allah melindungi senyumanmu dan hatimu."






HAII VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA💙

RASYAISYAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang