duabelas

10.5K 548 34
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

هو مثل القمر الوحيد، وأنا مثل آلاف النجوم الذين يعجبون به

"Diα seperti bυlαn sαtυ-sαtυnyα, sedαngkαn αkυ seperti ribυαn bintαng yαng mengαgυminyα."


Happy reading


"Ustadzah Syahra," panggil ustadzah Ilma.

Syahra menoleh,"na'am ustadzah, ada apa?" Balasnya.

"Di suruh foto kopi kk sama bu nyai," Syahra berdecak padahal dirinya ingin melihat Rasya, gadis itu masih penasaran Rasya siapa yang umi Ainun maksud.

"Baik ustadzah, tapi saya ngga tau tempat fotokopiannya, bisa tolong anterin?" Ustadzah Ilmi mengangguk

"Boleh. Mari saya antar"

•••

Mobil yang dikendarai Rasya sudah sampai di gerbang pesantren, disana juga sudah banyak santri yang berbaris dengan bunyi hadroh. Hal itu membuat Aisyah malu karena ini baru kali pertamanya gadis itu datang ke pesantren.

"Gus," panggil Aisyah.

"Iya?"

"Saya malu, bisa ngga, kalo santrinya di suruh merem dulu,"

Rasya terkekeh pelan,"ada saya, tidak usah malu," katanya lalu membuka pintu mobil setelahnya berlari kecil memutari mobil dan membukakan pintu untuk sang istri.

Laki-laki itu berjalan dengan tangan yang bertautan dengan gadisnya. Sesampainya di ndalem, Rasya dan Aisyah disambut oleh kyai Amar, umi Ainun dan Agam.

"Assalamualaikum, abi, umi," Rasya dan Aisyah menyalimi punggung tangan umi Ainun dan kyai Amar.

Lalu Rasya memeluk Agam ala cowo-cowo pada umumnya.

"Waalaikumusalam, ayo masuk, langsung istirahat pasti cape habis perjalanan jauh," keduanya masuk kedalam.

Tatapan Agam tak lepas dari Aisyah, jujur saja laki-laki itu merasakan sakit saat orang yang dicintainya telah menjadi milik orang lain.

Aisyah mendadak canggung, perempuan itu baru tau jika Agam adalah adiknya Rasya.

"Gimana keadaan kamu ndo? Kata Rasya perut kamu sakit," ucap umi Ainun membuka pembicaraan.

"Alhamdulillah, udah mendingan ko mi,"

"Agam pamit ke pesantren dulu," setelah mengatakan itu Agam berlalu dari sana.

Aisyah menatap punggung Agam yang kian menjauh. "Ka Agam kenapa keliatan menghindar ya" batin Aisyah.

"Ekhm," deheman Rasya mampu membubarkan pandangan Aisyah terhadap Agam.

"Oh iya Sya, tadi ada pengajar baru buat gantiin ustadzah Rida. Coba kamu minta foto kopi kk soalnya tadi umi udah nyuruh buat fotokopi kk," kata umi Ainun kepada Rasya.

Rasya mengangguk, "dateng kapan mi,"tanya Rasya.

"Tadi siang,"

•••

Seperti yang umi Ainun suruh, kini Rasya akan menemui ustadzah baru yang dimaksud umi Ainun.

"Saya lupa ngga tanya namanya," monolog Rasya, lalu tak lama, ia melihat ustadzah Ilma yang kebetulan sedang lewat.

"Assalamualaikum,ustadzah, saya mau tanya, ustadzah baru disini, ada dimana ya?" tanya Rasya to the point.

"Waalaikumusalam Gus Rasya, maksud Gusnya ustadzah Syahra ya,"

Deg!

Rasya berfikir positif nama Syahra banyak kan. Pikirnya.

"I-iya," padahal Rasya juga tidak tau apakah ustdzah barunya bernama Syahra ataukah bukan.

"Oh itu ada di depan masjid Gus," balas ustadzah Ilma, menunjuk kearah masjid.

"Terimakasih ustadzah, assalamu'alaikum,"

"Waalaikumusalam,"

Rasya berjalan menuju masjid dengan perasaan campur aduk, apalagi saat mendengar nama yang kini sedang laki-laki itu lupakan. Sampai dimana Rasya sudah hampir sampai di masjid, Rasya melihat seorang wanita yang kini sedang memunggunginya.

"Assalamualaikum,ustadzah," panggil Rasya yang sudah berada dibelakang ustdzah tersebut.

"Waalaikumusa--," seketika badannya kaku, netranya terkunci saat melihat siapa yang berada di depannya.

"S-syahra," alangkah terkejutnya Rasya saat melihat siapa ustadzah baru yang akan mengajar di ponpesnya. Masa lalunya? Kenapa disaat dirinya sedang belajar mencintai istrinya justru masa lalunya kembali?

Mata Syahra mengerjap, gadis itu tidak menyangka dengan laki-laki di depannya itu adalah sosok lelaki yang ia rindukan dari dulu.

"Rasyaa," seru Syahra lalu memeluk erat laki-laki didepannya tanpa berfikir dua kali.

Tubuh laki-laki itu mendadak kaku seperti tidak bisa memberontak.

"Rasya, aku kangen banget sama kamu," Syahra memejamkan matanya, menikmati pelukan yang menurutnya sangat nyaman dan hangat.

"S-syahra, tolong menjauh kita bukan mahram!"

Syahra menggeleng. "Nggamau. Aku ngga mau jauh-jauh dari kamu lagi Sya,"

Dari kejauhan, seorang gadis bergamis cokelat berdiri dengan tatapan kekecewaan ia melihat pemandangan yang menurutnya membuat hatinya seperti ditusuk beribu-ribu pisau. Apakah gadis itu sudah mencintai suaminya? Tentu belum tapi ia sudah bisa menerima kehadirannya.

Tadi, Aisyah meminta ijin untuk jalan-jalan di sekitar pesantren, umi Ainun sudah melarang karena takut Aisyah kelelahan tapi dirinya kekeh karena bosan jika harus tidur-tiduran terus, di hotel dirinya juga sudah ful tidur.

Aisyah mengelilingi pesantren di temani salah satu santri yang mengabdi di ndalem, namun santri itu di panggil ustadzah, jadi Aisyah melanjutkan jalan sendiri tapi malah netranya tidak sengaja melihat kearah masjid.

Aisyah terkekeh hambar tangannya meremas gamisnya air matanya turun membasahi pipinya.

"Seharusnya saya tidak pernah menerima kamu dalam hidup saya Gus! Memang sudah benar jika saya membencimu bukan mencintaimu,"





Vote+komen setelah baca!

RASYAISYAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang