Bab 19

3 0 0
                                    

Suasana pagi yang cerah menyambut Hugo dan timnya saat mereka memasuki laboratorium forensik milik Jessica yang seorang ahli forensik yang berbakat.

Dengan hati-hati Jessica menunjukkan peluru yang telah keluar dari tubuh korban penembakan beberapa hari yang lalu. Peluru itu menjadi satu-satunya petunjuk yang mereka miliki untuk mengungkap identitas penembak misterius.

"Kita harus mencari tahu dari mana peluru ini berasal," ujar Liam dengan tekad yang terpancar dari matanya. "Mungkin ada jejak yang bisa kita ikuti."

"Kamu benar," jawab Roy.

Mereka berdua lekas berterimakasih atas kerja keras Jessica yang telah membantu mereka. Liam dan Roy segera keluar dan duduk didalam mobil.

"Bagaimana, apa kamu menemukan sesuatu dari peluru itu?" tanya Liam sambil melirik Roy yang sedang memeriksa karakteristik peluru .

Roy dengan serius, mengamati peluru tersebut. Lalu, dengan wajah lebih serius lagi Roy menatap Liam. "Ini bukan peluru sembarangan, Liam. Peluru ini cukup mahal dan tidak semua orang bisa membelinya," jawabnya.

Liam mengangguk mengerti. "Jadi, kemungkinan pelaku penembakan ini adalah orang yang tidak main-main. Kita harus mencari tahu lebih lanjut."

Tanpa ragu, Roy dan Liam memutuskan untuk pergi ke negara tetangga, di mana peluru tersebut diduga dibeli. Mereka tahu bahwa untuk menemukan jawaban, mereka harus mengikuti jejak peluru ini hingga ke akar-akarnya.

Setelah tiba di negara tetangga, Roy dan Liam mencari toko yang menjual peluru tersebut. Mereka menemukan satu toko yang terkenal sebagai pemasok peluru berkualitas tinggi. Dengan harapan besar, mereka memasuki toko tersebut.

"Saudara, kami mencari informasi tentang peluru ini," kata Roy kepada pemilik toko sambil menunjukan bungkusan plastik isi peluru.

Pemilik toko itu melihat peluru yang dibawa oleh pengawal Hugo dan mengangguk. "Peluru ini memang cukup langka dan mahal. Tidak semua orang bisa membelinya," ujarnya.

"Siapa yang membeli peluru itu?" tanya Roy.

Pemilik toko mengernyitkan keningnya, berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ya, ada seseorang yang membeli peluru seperti itu beberapa waktu yang lalu. Tapi maaf, saya tidak bisa memberikan informasi lebih lanjut."

Roy semakin penasaran dan terus mengajukan pertanyaan kepada pemilik toko, berharap dapat menemukan petunjuk yang lebih jelas. Hingga akhirnya, mereka meminta izin untuk melihat rekaman CCTV toko tersebut.

"Demi kepentingan penyelidikan ini, kami sangat membutuhkan akses ke rekaman CCTV Anda," kata Hugo dengan tegas.

Pemilik toko awalnya enggan memberikan informasi. Namun, setelah beberapa saat tawar-menawar, pemilik toko akhirnya setuju untuk memberikan izin untuk melihat rekaman CCTV.

Roy dan Liam dibawa ke ruang belakang toko dan terlihat monitor CCTV sedang menyala. Lalu, mereka duduk di kursi yang disediakan pemilik toko dan memutar rekaman tersebut.

Mata Roy dan Liam terpaku pada layar monitor. Mereka mencermati setiap detik rekaman, berharap dapat menemukan petunjuk yang berguna. Waktu terus berjalan, dan ketika hampir putus asa, tiba-tiba mereka melihat sosok yang mencurigakan.

"Ini'lah dia!" seru Liam dengan semangat. "Kita punya petunjuk baru!"

●•●•●•●        ●•●•●•●        ●•●•●•●

Kendaraan Hugo tiba didepan rumah Mia pada pagi hari. Dengan hati yang berdebar-debar, Hugo menatap rumah Mia. Dia ingin meminta maaf kepada orang tua Mia atas segala kesalahannya. Saat pintu rumah terbuka, Mia dengan senang hati menyambutnya.

"Hugo, apa yang membawamu ke sini?" tanya Mia dengan wajah penuh kejutan.

Hugo menatap Mia dengan penuh penyesalan. "Mia, aku ingin bertemu dengan orang tuamu. Aku ingin meminta maaf atas semua yang telah terjadi," ucapnya dengan suara serak.

Mia mengerti perasaan Hugo dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Suasana awalnya terasa tenang, tetapi ketika Hugo hendak melangkah masuk, Daniel, ayah Mia, melihatnya dan dengan cepat mendekatinya dengan wajah penuh kemarahan.

"Demi apa kau berani datang ke sini, Hugo? Kau telah membuat Mia menderita!" ujar Daniel dengan suara yang penuh amarah.

Hugo masih diam, tetapi akhirnya dengan berani ia mengucapkan permintaan maafnya. "Saya sangat menyesal atas semua yang telah terjadi. Saya tahu bahwa saya telah membuat Mia menderita dan mengkhianati kepercayaan Anda semua. Saya minta maaf dengan tulus," ucap Hugo dengan suara yang penuh penyesalan.

Hanya saja, orang tua Mia masih sulit memaafkannya. Mereka terlihat terpukul dan masih merasa sangat kesal dengan tindakan Hugo. Suasana di ruangan itu menjadi semakin tegang, dengan keheningan yang memenuhi udara.

"Saya berjanji akan menemukan pelaku sesungguhnya dan membersihkan nama Mia di konferensi pers nanti."

Perkataan yang Hugo katakan membuat Daniel berhenti marah. Mengingat Mia masih dicap sebagai pembunuh, dia tidak dapat berbuat banyak. Meski perasaannya masih sangat marah, tapi kali ini Hugo dengan sukarela ingin membantu menemukan tersangka.

.                                Bersambung...

Love's Unexpected PathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang