20

789 80 9
                                    




Setelah Aran dan fiony pulang kini Chiko sedang duduk disamping shani sambil mengelus perut shani yang besar

"Nak, ayo kalo sudah waktunya kalian lahir, kasihan mama nak,"

Sepanjang malam yang Chiko lakukan adalah mengelus perut shani, sementara shani sudah tidur, tadi saat dia datang shani sudah kontraksi lagi tapi belum juga ada perkembangan padahal ini sudah tgl yang di prediksi untuk lahiran

Lelaki itu penuh ketegaran di tengah kenyataan hidup yang begitu pelik, Chiko juga belum memberitahu shani tantang berita duka keluarga nya, biar nanti saja setelah lahiran suapaya shani fokus pada persalinan

Pagi ini setelah selesai sholat subuh, Chiko mendapatkan telpon dari bu Marni tetangga rumahnya yang meminta dia pulang, mau tak mau Chiko kembali meminta tolong pada fiony dan Aran untuk menemani shani di rumah sakit, setelah keduanya sampai Chiko segera menuju rumah

Pukul 7.00 Chiko sampai di rumah nya, tapi saat sampai ada begitu banyak ramai orang disana membuat  Chiko heran bukannya tahlil diadakan nanti malam

"Nak Chiko"

"Bu Marni ada apa bu?"

"Sing kuat yo nak, Sing ikhlas, bu aya tadi selepas sholat subuh di temukan sudah meninggal masih pakai mukena dan posisi nya masih dalam keadaan sujud nak Chiko"

Chiko memejamkan mata erat erat, mencoba menerima semua kenyataan yang terjadi. Tak ada air mata yang jatuh dari lelaki itu sedari kemarin hanya ada ketegaran dan ketenangan

Kini Chiko tengah memandang kedua makam orang tuanya yang masih basah, kemeja Chiko masih kotor penuh tanah merah setelah menguburkan sang ibu, Chiko begitu merasakan kelegaan dan kebahagiaan melihat kedua orang tuanya yang meninggal dalam keadaan khusnul katimah, dan cinta sejati yang dimiliki kedua orang tuanya yang begitu luar biasa benar benar berakhir dengan indah.

Chiko bangkit dan mengambil sendal jepit nya yang lengket dengan tanah merah, membawa tubuh lelahnya untuk melanjutkan tanggung jawab lainnya, Chiko pulang dan membersihkan diri setelahnya kembali ke rumah sakit

"Ra fio. Makasih ya udah memenin shani"
Ucap Chika saat mereka sudah di luar ruangan

"Sama sama chik, sebenarnya ada apa lu buru buru ke rumah?"

"Ibu menyusul bapak ra, tadi pagi setelah sholat subuh"

"Innalilahi wainailaihi roziun" Aran memeluk tubuh sahabatnya yang lebih tinggi itu

"Sabar, lu temen gue yang paling kuat,"

"Makasih ra"

"Turut berduka ya chik" ucap fiony sambil menyeka air matanya

"Makasih fio"

"Kita balik dulu, nanti kita kesini lagi"

"Iya ra Fio makasih ya"

"Sama sama Assalamualaikum"

"Waalikum salam"

Chiko memandang kedua pasangan suami istri itu sampai tak terlihat. Tiba tiba suara rintihan shani mengagetkan nya segera Chiko masuk ke dalam"

"Shan shan.... Kenapa sakit ya"

"Sakittt awww"

Tak lama dokter masuk dan memeriksa shani

"Gimana dok"

"Hmm, masih kontraksi palsu pak Chiko, sepertinya, jika sampai besok belum ada tanda tanda pembukaan lagi kita harus operasi caesar"

"Baik dok tolong lakukan yang terbaik"

"Baik pak kita permisi ya"

Chiko kembali kesisi shani yang sudah tenang

ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang