MPTA || 34. Menunggu Hari

853 61 10
                                    

— بسم الله الرحمن الرحيم —

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Cinta itu tidak dapat di nanti. Ambil dengan dengan penuh keberanian, atau lepaskan dia dengan penuh keikhlasan.
— Ali bin Abi Thalib

— Ali bin Abi Thalib

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Beberapa bulan telah berlalu. Saat ini Huma dan kawan-kawannya sedang berada di kantin, makan dan bercanda ria dengan santai setelah melewati ujian kenaikan kelas yang mampu membuat mereka gelisah. Untuk saat ini kelas dikosongkan tidak ada pelajaran sama sekali hal itu tentu menjadi kebahagiaan bagi para murid. Tinggal menunggu pembagian raport dan perpisahan kakak kelas mereka yaitu kelas 12.

Akhir-akhir ini juga Huma sudah belajar untuk istiqomah meski masih banyak yang mencaci dan menghinanya. Lelah? Tentu saja, tapi untungnya Huma mempunyai dua sahabat yang selalu mendukungnya dan memberikan semangat. Huma juga masih terus mencari keberadaan Raksa yang masih belum diketahui keberadaannya, hal itu tentu membuat Huma merasakan kesedihan ia sudah sangat rindu dengan kakak laki-lakinya itu, Huma juga tidak enak jika harus terus tinggal di rumah sahabatnya.

"Alhamdulillah banget ya, ujian kenaikan kelas udah dilewatin. Jadi tenang ini hati," ucap Bira memulai pembicaraan.

"Iya, Alhamdulillah."

"Kamu udah ketemu sama Abang, yang pernah kamu ceritain itu belum Hum?" tanya Bira, karena dulu Huma sempat bercerita tentang Abangnya itu.

Huma menunduk sedih lalu menggeleng. "Belum, saya nggak tau Abang ada di mana."

"Yang sabar aja Hum, gue yakin Abang lo pasti bakal balik lagi. Dia nggak akan ngebiarin adeknya sendirian," sahut Ura seraya mengucir rambut coklatnya, karena ia merasa kegerahan.

"Nah iya tuh, berdo'a aja," tambah Bira membuat Huma mengangguk.

"Kak Bira, kak Bira!" panggil salah satu adik kelas mereka yang tiba-tiba datang.

"Iya dek? Kenapa?"

"Kak Bira dipanggil sama Bu Nada," ucap siswi tadi membuat mereka mengerutkan keningnya bingung, kenapa Bu Nada memanggilnya.

"Mau ngapain ya? Makasii yaa dek," ujar Bira membuat siswi tadi tersenyum dan pergi dari sana.

"Aku pamit ya."

✦ ─⊹ ⃝☁️✧

Sedangkan di sisi lain. Bintara dan teman-temannya sedang berbincang-bincang tentang kampus yang akan menjadi jenjang pendidikan selanjutnya. Tidak terasa sudah tiga tahun mereka di sini, dan sekarang hanya tinggal menunggu pengumuman dan perpisahan.

My Promise To Allah [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang