Chapter 02

17 5 2
                                    

Udara pagi ini jauh lebih segar dibandingkan sebelumnya, cerah namun tetap saja matahari tidak terlalu jelas menerkam jalan, berbeda dengan Bekasi yang mataharinya terasa sejengkal di atas kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara pagi ini jauh lebih segar dibandingkan sebelumnya, cerah namun tetap saja matahari tidak terlalu jelas menerkam jalan, berbeda dengan Bekasi yang mataharinya terasa sejengkal di atas kepala.

"Bukan gue Jo, Lo tanya Gilang"

"Bacot Lo ting, sini balikin roko gue"

"Kaga sumpah, Demi Allah, Demi Rasulullah, Demikian..." Ucap pria bernama Celvin atau Kiting yang sejak tadi dituduh mencuri Rokok Gavin.

Mata Gavin tetap saja menatap Celvin penuh rasa curiga.

"Gausah ribut, nih roko siapa?" Tanya pria tua yang tiba-tiba keluar dari pintu rumah.

Sedari tadi ia mendengar keributan di teras rumahnya, ada tiga pemuda yang memang setiap hari selalu mampir untuk memperbaiki motor yang sebenarnya baik-baik saja.

"Eh roko saya Tuk" Gavin segera menarik sebungkus rokok dari tangan Pria tua yang biasa mereka sapa dengan sebutan Atuk.

"Lo fitnah aja gue terus, asal jangan sampe nyaingin fitnah dajjal" Gerutu Celvin yang merasa terzalimi.

"Lo sih pake senyam senyum segala, jangankan gue, Dajjal aja bakal curiga ting"

Gilang hanya menggelengkan kepalanya mendengar ocehan dari kedua temannya itu, namun ocehan mereka seketika terhenti saat melihat sebuah motor vespa berwarna hijau mint memasuki area perumahan itu.

"Wah ada ceweee" Kata Gavin.

"Itu saha?" Tanya Gilang saat melihat wanita memakai kupluk turun dari motornya dengan outfit jaket varsity warna hijau dan celana Levis.

Celvin menyipitkan matanya kebetulan ia tidak memakai kacamata, meskipun rabun pria itu memakai kacamata saat dalam perjalanan saja.

"Atuuuuukkk" teriakkk gadis itu sambil berlari ke arah pria tua yang sebelumnya memegang rokok Gavin.

Pria tua itu merupakan Atuk Nadine, ia segera memeluk Cucu perempuan satu-satunya yang hampir 5 tahun tidak bertemu.

"Sehat teh?"

"Alhamdulillah sehat Tuk, Nenek kemana ya Tuk?" tanya Nadine sambil melirik ke sekeliling rumah tersebut.

Namun fokusnya terhentikan saat lirikannya jatuh ke arah Celvin.

"Eh... Hai Cel! ketemu lagiii" Seru Nadine.

Mendengar sebutan Cel pria itu seketika tersenyum, kali pertama seseorang menyapanya dengan sebutan Cel, biasanya orang-orang memanggilnya Kel, Vin, Pin bahkan teman tongkrongan memanggilnya dengan sebutan kiting karena rambutnya yang keriting.

Monolog | TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang