Chapter 1

687 61 0
                                    

Disinilah dia, di ruangan berbau obat-obatan dengan dinding yang berwarna putih.

Dia—Zein Algathaza yang sekarang sudah memasuki tubuh dari Zeinoee Alfandovo Erlangga.

Zein kini masih berbaring lemas dengan tangan kanan yang sedang di infus.

Satu kata untuk Zein sekarang, Menyedihkan...

Eunghh...

Sedikit lengkuhan dari bibir milik Zein yang biasanya berwarna merah maroon, kini berganti warna peach cerah.

Semua dari dia berubah sekarang...

Wajahnya yang dulu tegas dan berwibawa, sekarang menjadi imut dan lembut.

Kulitnya yang dulu sawo matang dan erotis, sekarang menjadi putih bersih dan mulus.

Badannya yang dulu kekar dan atletis, sekarang menjadi menyusut dan mungkin lebih kecil 8cm dari sebelumnya.

Auranya yang dulu dominan, sekarang menjadi aura yang menggemaskan.

"Huh? Dimana ini?" monolog Zein lantaran tidak ada satu orang pun yang ada diruangan ini selain dirinya sendiri.

Saat Zein sedang memikirkan apa yang terjadi sekarang, tiba-tiba pintunya terbuka sendiri setelah itu ada pemuda yang mungkin Zein kenal dengannya.

Namun ada satu hal yang membuat Zein penasaran adalah mengapa dia bisa ada disini? Bukannya dia ada tugas untuk menjaga 'seseorang' yaa?

"Tuan muda! Anda sudah sadar!!" pekik orang itu sambil berjalan menuju nakas yang terdapat air, lalu memberikan air tersebut ke Zein.

"Ini tuan." ucap orang itu sambil menyodorkan gelas berisi air putih.

"Vion? Devion?" Zein merasa sedikit kenal dengan orang yang kini sedang dihadapannya itu, walaupun kepalanya pusing dan pandangannya kabur Zein masih bisa mengenali suara pria itu.

Namun disisi lain...

Deg!

Tubuh orang itupun langsung menegang atas ucapan yang baru saja keluar dari mulut yang bisa disebut tuan kecilnya itu.

"Ini sa-saya Deni tuan muda, bukan De-devion!" jelas orang itu yang kini mulai tergagap.

Zein kini sedang dilanda kesal lantaran tadi bukannya dia sedang tidur di kamarnya? Lah ini kok bisa nyasar ke rumah sakit? Mana tu orang manggil dia apa tadi? Tuan muda? Hei, dia dulu saja tidak pernah memanggilnya seperti itu!!

"Apa maksudmu dari tuan muda? Dan kau kenapa? Jelas-jelas kau Devion Orland kan? Dan juga katakan kenapa aku bisa disini!!" Zein kini sedang kesal berat lantaran orang itu—Devion Orland, tidak jujur kepadanya.

Berbeda dengan Zein, kini Vion sedang tertegun, tercengang, terspeechless karena ucapan yang dilontarkan untuknya barusan. Sungguh tidak bisa berkata-kata lagi dia!!

"Telfonkan kakakmu cepat! Kenapa aku bisa disini!? Dasar!!" perintah Zein terus menerus kepada Vion yang sedari tadi hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ba-bagaimana tuan muda bisa tau tentang saya? Apakah tuan besar memberitahukan?" tanya Vion dengan gugup lantaran tuan mudanya itu aneh.

Bagaimana tidak aneh? Orang yang nempatin raganya bukan jiwa asli dari Zeinoee, melainkan Zein yang statusnya adalah CEO perusahaan.

"Jangan panggil aku tuan muda! Aku bukan tuan mu, bukannya kau seharusnya menyamar di masion Erlangga!?" tanya Zein tegas.

Yaa Zein sebenarnya tau kenapa Vion bertingkah seperti itu, karena dirinya belum pernah menampakkan diri. Tapi mengapa Vion yang harusnya bertingkah tidak mengenalnya malah menjadi orang yang berlagak mengenalnya? Dan untuk tuan muda?

Tapi berbeda dengan sudut pandang Zein, Vion sekarang malah...

Mendengar hal itu Vion pun langsung terkaget lagi, apa maksud dari semua perkataannya? Apakah tuan kecilnya ini amnesia?

"Tuan, nama anda adalah Zeinoee Alfandovo Erlangga." ucap Vion dan sedikit menekankan kata Erlangga padanya, walaupun sedang gugup Vion nampaknya ingin mencoba tegas.

"APA!!?" seru Zein tak terima, apa-apaan ini?

Zein sampau berfikir apakah ini yang disebut transmigrasi? Tapi bukannya dia belum mati? Bukannya sebelum ini dia hanya tidur dikamarnya? Lalu, apa-apaan ini?

Saat sedang asiknya berfikir, tiba-tiba saja pintu yang tadi terbuka dan memperlihatkan seorang pria paruh baya dengan setelan khas seorang dokter menuju kearahnya.

"Tuan muda sudah bangun?" tanya pria itu dengan menepuk pelan bahu Zein, mungkin dia tau kalau ditepuk keras bakalan patah.

Lantaran dirinya juga tau kalau anak itu adalah anak yang sering sekali disepelekan oleh Max—teman seperjuangannya dulu.

Dia adalah Dr. Raffi Arnold Sanjaya—dokter pribadi dari keluarga Erlangga, lebih tepatnya Max menginginkannya menjadi dokter pribadinya.

Yaa Raffi sih mau-mau aja, toh lagian gajinya juga gede kok.





TBC
...ʕ•ε•ʔ...

The Mysterious ZeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang