Chapter 3

535 49 0
                                    

Kini mereka berdua—Zein dan Vion sudah berada didepan pagar mansion ke-III Erlangga ( tempat tinggal keluarga kecil dari Max ).

"Mari tuan." ujar Vion sambil menggenggam tangan kecil tuannya tersebut.
Lalu mereka berdua berjalan beriringan masuk menuju mansion itu dengan nyaman.

Setelah sampai didepan pintu masuk mansion tersebut bisa mereka berdua melihat canda tawa keluarga didepannya, sedangkan ia baru saja pulang dari rumah sakit tidak disambut. Zein berpikir apakah benar jika raga yang ia tempati adalah anak kandung dari keluarga ini?

'Puas banget yaa mereka?'  batin Zein meringis mengingat bahwa raga yang ia tempati ini hanyalah raga dari seorang anak yang tak pernah dianggap.

Melihat gerak-gerik dari tuan kecilnya itu, Vion juga sebenarnya merasa kasian kepadanya. Karena disini hanya Vion lah yang perhatian padanya, keluarganya serta para pembantu dan bodyguard lainnya hanya acuh saja terhadap tuan kecil ini.

'Andai saja tuan besar disini...'  batin Vion sendu melihat tuan kecilnya ini yang mungkin sakit hati, yaa mana mungkin anak yang tidak sakit hati melihat pemandangan ini.

"Gausah nangis..." bisik Vion kepada Zein sambil menggenggam erat dan mengelus halus tangan kecil tuannya disamping. Zein hanya mengangguk singkat lalu menarik tangan kekar milik Vion untuk masuk.

"Owh udah pulang lo?" ujar salah satu pemuda yang tak lain adalah kakak dari Zeinoee—Karelio Ghevara Erlangga, putra ke-2 dari Max.

"Kenapa ga mati aja sih? Ngerepotin!!" santai Naufal Ghaosan Erlangga, putra ke-3 dari Max.

Namun Zein hanya acuh saja mendengar pertanyaan menyebalkan itu.

"Kak Noee, kalau ditanya itu dijawab kak." ucap Utami—anak angkat Max menasehati, eh...atau memojokkan yaa?

Sontak Zein pun langsung berbalik badan menatap nyalang nan tajam wajah sok polos Utami itu, membuat sang empu ketakutan. Apa-apaan tatapannya itu? Bagaimana bisa?

"Apakah pertanyaan tak penting itu harus ku jawab, nona?" ejek Zein yang masih memberikan tatapan yang sama keadaan Utami, dengan menekankan kata 'nona' padanya.

'Gila bagaimana bisa?'  batin Utami takut karena tatapan yang ingin membunuh dari Zein.

"Ma-maaf... hiks " jawab Utami dengan tangisan yang dibuat-buat.

Emang dasar lonte 凸(-_-)凸

"ZEINOEE!!! Mana sopan santunmu!?" pekik pria paruh baya yang masih tampan—Maxilius Erlangga, ayah dari Zeinoee.

Zein pun menyeringai saat mendengar apa yang dikatakan pria bau tanah itu.

"Emangnya situ pernah ngajarin gw sopan santun, hmm?" sarkas Zein dengan bermaksud menyindir, Max pun kini bungkam sesaat.

Yaa memang benar dirinya tidak pernah mengajarkan apapun ke anak itu, orang ngobrol saja jarang.

"Deni, cepat seret anak itu!" titah Max sesudah selesai dari acara merenungnya, merenungi nasib awikwok.

Lalu Vion pun sedikit menarik tangan tuan kecilnya itu untuk berjalan saja tanpa memperdulikan, dan dengan langkah lumayan lambat untuk mengimbangi langkah kaki Zein.

Mereka menatap Zein dengan tatapan aneh, namun ada satu orang yang menatap mereka geram.
Edward Aldion Erlangga, putra sulung dari Max.

"Ada apa dengan bocah itu?" tanya Max pada anak-anaknya setelah kepergian Zein dan Vion.

"Ga tau Dadd, mungkin kesambet kali?" santai Karel dengan wajah tenangnya, walaupun dihatinya bertanya-tanya ada apa dengan anak pembawa sial itu?

"Mau nyari perhatian mungkin." jawab Naufal.

Mendengar kata itu Utami pun geram, apakah usaha yang dulu dia jalani akan sia-sia? Lalu bagaimana hidupnya jika 'bos'nya tau?

'Arghhh sialan!'  umpat Utami dalam hati, owh ayolah tidak mudah untuk mengambil perhatian dari keluarga ini baginya.

Disisi lain,

"Bang Vion~" mendengar panggilan itupun Vion langsung menutup ponselnya dan berbalik badan menghampiri tuan kecilnya itu yang sedang berbaring dikasur.

Dan satu lagi, Devion itu sudah Zein anggap srbagai abangnya sendiri. Jadi, kalau mereka sedang berdua bakalan santai ngomongnya.

"Yaa kenapa?"

"Udah bang ngabarin kakeknya?"

"Udah ini, baru saja."

Zein pun langsung duduk didekat Vion lalu tersenyum miring mendengar ucapan Vion barusan, tadi Vion sedang menghubungi kakeknya lantaran untuk memberitahukan bahwa cucu kesayangannya ini sudah keluar dari rumah sakit.

"Emang kenapa?" tanya Vion.

"Kita kemansion itu yuk! Dan jangan lupa buat ngabarin juga mereka untuk kesana, soalnya kita bakalan ngadain rapat khusus~ Whahahaha!!" jawab Zein dengan diakhiri tawa iblis menggelegar nyaring membuat Vion merinding.

"Ba-baiklah..." ujar Vio dengan gagap lantaran masih merinding melihat wajah usil milik tuan kecilnya.

'Wajahnya sih imut, tapi sifatnya 11 12 sama kayak iblis'  batin Vion merinding.

TBC
...ʕ•ε•ʔ...

The Mysterious ZeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang