Chapter 9

402 43 1
                                    

Tadi Zein balik turu lagi, jadi kini sudah memasuki jam istirahat.

Belum juga terbangun sepenuhnya, kini malah ada gebrakan dari atas mejanya yang tak Zein kenali pelakunya—soalnya dirinya tidak memakai bet nickname, lupa dipasang mungkin?

Tapi yaa kali,
Mungkin murid yang satu ini mbebel banget mungkin.

Zein menerjapkan matanya yang buram karena terlalu lama turu, lalu mendongak menatap orang yang ada didepannya sambil mengangkat satu alisnya.

"Siapa?" tanya Zein heran.

"Lah? Lo lupa sama gw, cupu?! Gila! Padahal lo dulu selalu tuh nyamperin gw." ucap pemuda yang tadi mendobrak bagian atas mejanya itu.

"Gw...amnesia," Zein merutuki dirinya sendiri yang nanggung banget nyari informasi tentang Zeinoee ini, kan sekarang dianya gatau siapa didepannya ini. Entah dirinya musuh Noee atau teman?

"Yang bener aja?! Ekhemm, gw Zayyan kalo lo lupa." ujar pemuda tersebut yang mengaku bernama 'Zayyan'.

"Hmm, ngapain?"

"Hah?" Zayyan cengo, ni anak maksudnya apaan dah?

"Ck, ngapain kemari? Pakek gebrak meja segala."

"Owh itu..." ucap Zayyan menggantung, lalu mendudukkan dirinya dikursi samping tempat Zein.

"...Btw, mana kacamata lo?" sambung Zayyan mengalihkan topik.

"Hilang."

"Owh ya? Kalo ini berapa?" kali ini, Zayyan memperlihatkan tangannya dengan kedua jari yang membentuk huruf  V kepada Zein.

"Ck, Gw itu minus! Bukan buta!! Walaupun sebenarnya engga sih'  jawab Zein dan yaa dengan kalimat akhir yang dia lanjutkan didalam hati, yakali.

Sedangkan Zayyan hanya terkekeh saja, menarik adalah kata yang mungkin bisa mendeskripsikan seorang Zein dihadapannya.

"Santai dong broo... Lo sekarang beda ya? Berani banget." ujar Zayyan lalu merangkul Zein yang menatapnya malas.

"Apa? Mau bully gw?" tak ayal Zein menanyakan itu, karena yaa gimanapun Noee dulu juga korban bullying. Toh, siapa tau ini orang juga salah satu pelakunya.

Bukannya fitnah sih kalo kata Zein mah, lebih tepatnya hanya waspada saja.

"Gw itu bukan tipikal orang pembully..." ucap Zayyan menggantung lagi lalu mulai mengambil pensil runcing yang ada didepan meja, yang membuat Zein menjadi was was.

"Kalau mau sih, gw bisa bunuh langsung tuh orang." sambung Zayyan santai tapi tidak dengan tatapannya dan pensil runcingnya yang ia gerakan seperti saat ingin menusuk.

'ngeri anjr' batin Zein dalam hati, siapa juga yang ga ngeri dengan tatapan bak elang itu? Walaupun Zein mantan assassin, aga laen ni anak serem gitu bawaannya.

Melihat Zein yang bergedik ngeri Zayyan pun menetralkan tatapannya dan terkekeh tipis-tipis, pensilnya pun diletakkan kembali ketempatnnya tadi.

"Canda elah, serius bener muka lo."

"Siapa juga yang ga ngeri anjr, kalo lo bahas kayak begituan!" bela Zein,

"Heleh, bilang aja lo takut kalo gw beneran bunuh lo."

"Iya juga sih..." cicit Zein, walaupun pelan tapi masih bisa didengar oleh Zayyan.

Zayyan yang mendengar itu pun langsung tertawa terbahak-bahak, sedangkan Zein kesal jadi langsung saja mukul tuh perut tanpa banyak cocot.

"Haduh~ sakit perut gw njir, hah... Siapa juga yang bakalan bunuh lo, kakek lo itu orang terpengaruh kalo lo lupa." ceplos Zayyan santai membuat Zein memincingkan matanya.

Bukannya status Noee yang notabenya bungsu Erlangga itu ga dipublis? Dan kenapa ni anak bisa tau? Mungkinkah dia bukan orang biasa? Atau mata-mata mungkin..?

"Tau darimana lo?" tanya Zein dengan nada yang sedikit mengintimidasi.

Zayyan yang ditanya begitu langsung panik dan gelagapan, waduhhh gimana sih kok dia bisa langsung keceplosan.

"Ma-maksud gw ... eumm, i-itu... Aaa–"

"AZAYY!!!" seru seseorang diambang pintu lalu langsung saja berlari kearah mereka berdua—engga deh lebih tepatnya Zayyan, dengan diikuti dua orang lainnya.

"Ck, di cariin kemana-mana ternyata malah kesini...eh?" sambungnya lalu menatap Zein dengan tatapan bingungnya.

Sedangkan Zein kini sedang fokus memperhatikan bet nama milik ke-3 pemuda itu,

Aaron Dewanata, pemuda yang tadi berbicara itu.

Ethan D'angelo dan juga Felix Rayn Mahatma.

'Yang bener aja! Ini mah mereka anak dari...'  teriak Zein didalam hati lalu mendongak menatap satu persatu ke-3 pemuda tersebut.

'Pantes aja tu anak tau kalo Noee itu bungsu Erlangga.'  sambung Zein memikirkan Zayyan, dan tak lama dari acara termenung itu dia pun langsung saja pergi meninggalkan ke-4 pemuda tadi.

Sedangkan mereka yang menatap kepergian Zein pun mengangguk mantap, tapi berbeda dengan Aaron.

"Lah? Kenapa tu bocah, Zay?" tanya Aaron kepada Zayyan, atau lebih tepatnya Glenn Zayyan Oktavion.

"Dia benar-benar, eumm...berubah." jawab Zayyan ragu.

"Owh ya?" sahut Aaron dan mendapat deheman keras dari Zayyan.

"Jadi bener kata om Vion, kalo dia beneran berubah? Dan menurutmu, Fel?" tanya Ethan kepada Felix dan hanya mendapat anggukan kaku dan patah-patah dari Felix.

Felix ragu tapi dia dapat melihat Zein tadi, sorot matanya tak seperti dulu yang ketakutan atau pun senang saat mendatangi mereka.

Tapi sorot mata Zein kini... sorot mata dengan penuh curiga, serta tatapannya yang setajam silet itu mampu membuat Felix seperti deja vu.

TBC
...ʕ•ε•ʔ...

The Mysterious ZeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang