Tibalah hari yang ditunggu - tunggu. Elviro tampak bersemangat sampai-sampai ia tidak bisa tidur. Jangan lupa lingkaran hitam di bawah matanya yang sudah jelas menandakan ia telah begadang semalaman.
El sudah mandi sejak pukul 04.00 wib lalu, dan sudah siap - siap untuk berangkat ke sekolah. Elviro memandang dirinya di cermin yang sudah menggunakan seragam barunya. Senyumnya tercetak jelas di wajah lelahnya. Ia mengantuk saat ini tetapi ia tidak mau mengacaukan hari pertamanya. Ia tidak ingin terlihat mengantuk oleh mama papanya. Yaa, itu rencananya.
Saat pukul 06.00 WIB, Dhirendra membangunkan El tanpa mengetuk pintu, karena pikirnya El belum bangun.
"Lho anak papa sudah rapi? Hadap sini, apakah sudah terlihat tampan?" , goda Papa kepada El.
Saat El berbalik badan menghadap ke Dhirendra. Dhirendra kaget dengan wajah anaknya.
"Apa??!!! Ada apa dengan matamu?", tanya Dhirendra.
"Papa", ucap El disertai senyuman dengan deretan gigi rapinya.
"Kau begadang???!!!!!", tanyanya dengan guratan marah yang tercetak jelas di wajah kakunya.
"Iya. Papa jangan marah dulu. El tidak akan mengantuk nanti di kelas", ucap El meyakinkan papanya.
Lho apa-apaan anaknya ini. Bukan masalah mengantuk di kelas nanti. Apa dia tidak paham, di kelas atau tidak ia harus tidur cukup. Baru hari pertama sekolah saja sudah begadang. Apa ia harus membatalkan sekolah anaknya saja?
"Tidak, lebih baik kau tidak perlu berangkat sekolah hari ini. Tetap di rumah saja", Ucap Dhirendra dengan tatapan tajamnya sarat penekanan di setiap katanya.
"Paa, why not? Ini hari yang El tunggu-tunggu", balas Elviro dengan bibir mengerucut tanda ia tidak setuju dengan ucapan Papanya.
Dhirendra diam dan berpikir apa ia harus meliburkan El di hari pertamanya bersekolah atau ia biarkan saja kali ini.
"Pa, jangan larang El berangkat sekolah hari ini. El janji akan baik-baik saja di sekolah" ucap El meyakinkan
"Tapi kau kurang istirahat El. Papa tidak mau mengambil resiko kau jatuh atau pingsan disana", jawab Dhirendra khawatir.
"El tidak akan jatuh atau pingsan. El janji", ucap El sambil mengarahkan jari kelingkingnya seperti pinky promise.
"Baiklah kalau kau merasa tidak enak badan, langsung hubungi papa", ucap Dhirendra menerima pinky promise dari El.
"Bagaimana papa bisa menolak dengan tingkahmu yang seperti ini, El", ucap Dhirendra dalam hati disertai dengan senyuman yang terpampang di wajahnya.
"Oh ya, besok pagi papa dan mama akan pergi ke Jogjakarta untuk Pertandingan antar Klub Basket Feroz dengan Torens", ucap Dhirendra
"Papa sama mama nginep atau langsung pulang?", tanya El.
"Lusa papa sudah di rumah Boy", jawab Dhirendra.
"Kamu ikut saja ya? Papa tidak tenang meninggalkanmu di rumah", sambung Dhirendra lagi.
"El sudah sekolah, jadi El di rumah saja", jawab El dengan yakin.
Tiba-tiba Calista datang dan masuk ke kamar El ikut berbincang.
"Benar, kamu ikut Mama saja yaa, sekolahmu izin dulu saja. Mama tidak mau baby bear ini sendirian", pinta Calista kepada El.
"Yaa, untuk masalah perizinan nanti papa izinkan ke gurumu", bujuk Dhirendra lagi.
"Tidak pa, pa. El akan menunggu papa dan mama di rumah. Di mansion ini ada pengawal dan maid. Jadi El tidak sendirian. El sudah 15 tahun, sudah besar, tidak masalah ditinggal pergi sebentar", sanggah El dengan percaya dirinya Ia berdiri menunjukkan bahwa dirinya sudah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVIRO [DISCONTINUED]
Teen FictionAnak laki-laki kesayangan Keluarga Feroz yang bernama Elviro Armando Feroz merupakan anak semata wayang dari pasangan Dhirendra Baga Feroz dan Calista Putri Mawarjan. Dia berusia 15 tahun, dengan tinggi 165 cm, yang memiliki ciri fisik rambut pluffy...