7 - Ketahuan Papa

236 16 0
                                    

Di Jogja, Calista merasa cemas. Hatinya tidak tenang teringat akan anaknya, Elviro yang berada di mansion.

"Honey, ayo kita siap-siap. Pesawat kita 2 jam lagi lho", ucap Dhirendra.

"Aku merasa khawatir sama El, apa dia baik-baik saja?", adu Calista.

"Sejujurnya aku juga merasa hal yang sama. Aku akan menghubungi Edo untuk menanyakan kabarnya", sambung Dhirendra lagi.

Di mansion Edo sudah kembali setelah ia pergi membeli alat lukis untuk tuan mudanya. Tetapi ia cemas tidak menemukan tuan mudanya di mansion. Hanya ada surat di kamarnya, yang berisi agar ia tidak perlu khawatir bahwa pukul 23.00 wib nanti El akan pulang. Namun ini sudah menunjukkan pukul 22.30 wib.

Edo bingung harus memberi tahu tuannya atau tidak. Tiba-tiba handphone nya bergetar, menunjukkan ada panggilan telepon dari tuan besarnya.

"Iya Tuan Besar

Maafkan saya Tuan, saya lalai menjaga Tuan Muda

Tuan Muda tidak ada di mansion dan hanya meninggalkan surat Tuan

Suratnya sudah saya kirimkan ke Tuan besar

Baik Tuan, saya akan cari Tuan Muda sampai dapat

Saya siap menerima konsekuensinya Tuan", jawaban Edo atas panggilan telepon dari Dhirendra.

*Back to Jogja

"Bagaimana Honey, El baik-baik saja?", tanya Calista.

"Tidak perlu dipikirkan, anak kita pasti baik-baik saja. Dia hanya pergi main, Edo akan menyusulnya", jawab Dhirendra, berusaha menenangkan istrinya, padahal dia sendiri sangat cemas akan keberadaan El sekarang.

*Di rumah sakit.

Di IGD, anak lelaki kesayangan keluarga Feroz berusaha meyakinkan temannya bahwa ia sudah baik-baik saja dan bisa segera pulang.

"Rish, aku mau pulang aja yaa, aku udah gak kenapa-napa"

"Gak, lo harus disini sampai kondisi lo kembali seperti semula. Luka lo masih basah, asal lo tahu", jawab Farish.

"Bay, boleh yaa pulang", bujuk El lagi yang masih belom menyerah.

"Apasih kok pulang. Gak gak, gak ada ya pulang pulang. Istirahat aja disini. Bentar lagi lo mau dipindahin ke kamar inap juga", sanggah Bayu.

El kepikiran untuk menghubungi Edo, asisten sekaligus pengawal pribadinya.

"Oh iyaa, hp aku mana yaa", tanya El.

"Mau apa? Hp lo ada di gue", jawab Farish, karena tadi ia menemukan hp El jatuh di aspal saat terjadi kecelakaan.

"Aku mau menghubungi paman Edo. Mau bilang aku ada disini", jawab El.

Selang beberapa menit, Edo datang ke rumah sakit tempat El dirawat sekarang.

"Tuan muda, apa yang terjadi?"

"Aku jatoh dari motor paman"

"Tuan saya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi tuan besar saat tahu kondisi anda"

"Ssstttt, paman sembunyikan kejadian ini dari papa dan mama. Ya ya yaa"

"Tapi, tuan muda -", ucapan Edo terpotong oleh El

"Paman, aku mohon. Lihat aku sudah baik-baik saja, ini tinggal nunggu inpusnya habis"

"Tapi kaki tuan muda bagaimana, tangan tuan muda juga lecet. Beruntung kepala tuan muda aman. Saya tidak mau mengambil resiko apabila terjadi sesuatu yang berbahaya pada kondisi tuan muda nantinya kalau saya menyembunyikan kondisi anda kepada tuan besar", jawab Edo panjang x lebar, menjelaskan bahwa ia juga sangat khawatir dengan kondisi tuan mudanya ini.

"Paman, papa mama pulang kapan?,

"Mungkin sekitar jam 2 dini hari tuan muda"

"Papa mama tahu kalau aku kabur dari rumah?"

"Yaa, karena mereka sempat menelpon saya tadi. Saya panik karena tuan muda tidak berada di rumah selepas saya pulang dari toko alat lukis tadi. Saya juga mengirimkan surat yang anda buat ke tuan besar"

"Apaa?? Dah lah aku pasrah kalau sudah begini", selepasnya El melihat Hp-nya. Dan yaa, tamatlah dia karena sudah 87 panggilan tak terjawab dan 49 pesan yang belum terbaca dari papa nya"

Rencananya untuk menyembunyikan kejadian tadi harus pupus. Karena papanya sudah tahu bahwa ia kabur, dan mungkin papanya juga sudah tau kalau ia jatuh dari motor karena ikut balapan. Dia merasa cemas sekarang

Tiba-tiba ada panggilan video dari papanya.

"El, mengapa tidak memberi kabar ke Papa kalau ingin keluar? Dan lagi, Edo tidak ikut bersamamu. Apa yang kamu lakukan? Kamu dimana sekarang?

Saat El hendak menjawab, tidak sengaja El menunjukkan tiang infus ke kamera handphone.

"Tunggu. Stop, arahkan kamera ke samping. Nah itu, apa?? Kamu sekarang di rumah sakit El? Apa yang terjadi? Apa yang sudah Papa lewatkan?", ucap Dhirendra lagi.

"Ehm, pa. El ja-jatuh dari motor. Maaf"

"Tunggu Papa, dan jelaskan semuanya. Arahkan kamera ke Edo El"

"Saya Tuan", jawab Edo.

"Kau bersiaplah untuk mempertanggungjawabkan semuanya Do"

"Sudah sering saya ingatkan, keselamatan anak saya itu yang utama. Mengapa dia bisa sampai masuk ke rumah sakit? Apa yang sudah kau lakukan? Arkkhh!!!", ucap Dhirendra penuh penekanan dan emosi yang sudah tersulut.

"Pa, ini kesalahan El. Paman Edo tidak salah disini pa", sanggah El karena khawatir dengan pengawalnya yang mungkin akan terkena hukuman papanya yang tidak ringan itu.

"Kau tetap akan menerima hukuman dari papa. Tapi untuk Edo, dia juga bersalah disini. Dan papa tidak menerima alasan apapun, karena Edo sudah membuatmu terluka secara tidak langsung", ucap Dhirendra lagi.

"Edo gagal menjagamu. Dia harus terima akibatnya", sambungnya dengan ancaman yang langsung to the point. Tidak suka berbasi-basi, itulah karakternya.

"Papa sampai rumah sakit nanti jam 2 dini hari. Besok siapkan jawaban atas kejadian malam ini. Pastikan kondisimu baik-baik saja El, karena papa tidak mentoleransi apabila terjadi hal-hal yang membahayakanmu"

"Baik pa", jawab El pasrah.

Panggilan pun berakhir. Sedari tadi Dhirendra sebenarnya marah dan sangat marah. Tahu kondisi anaknya tidak baik-baik saja membuat emosinya memuncak. Tapi, ia tidak mau melampiaskan kemarahannya kepada anaknya. Yaa, dia begitu menyayangi anaknya. Dia akan memastikan langsung kondisi anaknya nanti. Semoga tidak terjadi hal-hal yang lebih mengkhawatirkan.

Kejadian ini membuat Calista menangis sedari tadi. Dia berusaha menenangkannya. Dan setelah Calista tenang ia pun pergi keluar untuk melampiaskan amarahnya kepada asisten pribadinya. Yaa, ia orang yang seperti itu. Karena tidak bisa melampiaskan amarah kepada keluarganya, maka asistennya pun harus mau menjadi tempat penampung segala amarahnya.

*Back to rumah sakit

Kegiatan teleponnya disaksikan juga oleh kedua temannya. Ia jujur dibuat tidak percaya bahwa temannya ini bukan orang sembarangan. Yaa, walau belum tahu siapa orang tua dari El, namun cukup meyakinkan mereka bahwa El berasal dari kalangan berada.

Setelahnya El dimasukkan ke ruang rawat inap, kamar VIP.

"Kalian pulang saja, aku sudah tidak apa-apa, dan aku juga sudah ada paman Edo yang akan menjaga", ucap El.

"Okee, gue pulang dulu El. Lo cepet sembuh yaa. Kabarin gue kalau ada apa-apa", ucap Farish

"Ya udah, kita pulang yaa El. Besok kita jenguk lo lagi", ucap Bayu.

"Iyaa hati-hati di jalan", jawab El.

Setelahnya El pun tidur, dan dia sejujurnya cemas memikirkan besok. Tapi rasa kantuk mulai hinggap hingga tak terasa, dengkuran halus pun mulai terdengar.

.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca dan mengikuti kisah El bersama Keluarga Feroz.

.
.

Jangan lupa, vote dan komen yaa

See you

ELVIRO [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang