14 - Kunjungan ke Sekolah

124 15 4
                                    

Pagi ini Calista datang ke sekolah El, sesuai dengan permintaan suaminya. Suasana sekolah heboh karena kedatangan Calista beserta rombongan bodyguardnya. Belum sampai Calista menunjukkan dirinya, seluruh siswa dan pihak sekolah sudah tahu siapa yang ada di dalam mobil. Plat nomer dengan warna emas dan terdapat gambar sayap sebagai ciri khusus untuk Keluarga Feroz Group tentunya.

Ia keluar mobil dengan kacamata hitam yang bertengger apik di kedua matanya.

"Ternyata memang benar, anak dari keluarga Feroz sekolah disini", Bayu yang melihat nyonya besar Feroz itu pun dibuat tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Farish menimpali ucapan sahabat karibnya itu, "Belum tentu, Keluarga Feroz kan donatur terbesar di sini. 70% sahamnya ada disini. Mungkin kesini karena masalah bisnis".

"Tapi bukannya waktu itu ada yang ngaku anak dari Feroz yaa", Bayu lagi-lagi berpikir mungkin saja benar perkataan Tama waktu itu. Semenjak El di rumah sakit, Bayu dan Farish sudah berteman dengan Tama. Tidak sampai benar-benar menjadi sahabat dekat, hanya sebatas teman satu ekskul basket.

"Iyaa bener banget, pasti bener dia anaknya. Wah ganyangka akhirnya kita bisa tahu kehidupan anak dari keluarga konglomerat itu", ucap siswa lain yang ikut menimpali percakapan mereka berdua. Hmm lirikan setajam elang dari Bayu pun langsung mengarah ke siswa itu.

Calista berjalan menuju ruang kepala sekolah, dan menjelaskan maksud kedatangannya. Kepala sekolah hanya memaklumi karena orang kaya mah bebas, walau hanya sekolah selama 3 bulan saja lalu setelahnya memutuskan untuk keluar. Hmm biarkan, orang kaya mah bebas, tidak melanjutkan sekolah bukan berarti tidak punya masa depan bukan? Anak tunggal kaya raya, sudah pasti masa depannya pun bercahaya.

Setelah dari ruang kepala sekolah, Calista tidak sengaja melihat Tama sedang duduk di gazebo sekolah. Yaa, dia cukup mengingat wajah Tama dan mengenalinya.

"Tama, kesini"

Lambaian tangan pun sampai kepada Tama yang memang sedang mencari kesempatan untuk mendatangi Calista.

"Pancingan tanpa umpan. Rejeki nomplok. Hahaha", ucapnya dalam hati seraya berjalan menghampiri Calista dan menyambut lambaian tangannya

Sampai akhirnya Calista yang merasa greget pun menarik pelan dan merangkul tangan Tama karena ia tahu Tama malu. Hihiii

"Kau bersekolah disini?"

"I-iya Nyonya, anak beasiswa", dia sedang mencari simpati Calista saat ini.

"Ohh, kau hebat. Orang tuamu pasti bangga padamu. Bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu? Untuk sekolahmu biar saya yang izinkan"

Calista berencana untuk menjadikan Tama teman bermain El di rumah. Karena sekarang anaknya itu pasti kesepian, tidak bisa bersekolah umum kaya yang lain. Dia ingin mengajak Tama tinggal di rumah. Itu rencananya.

"Apakah tidak masalah nyonya?"

"Jangan khawatir, saya yang mau. Jadi suami saya pasti tidak masalah", Calista meyakinkan Tama, karena ia tahu Tama mungkin takut kalau suaminya tahu apalagi Tama anak seorang maid. Mungkin Tama merasa tidak pantas duduk dan makan bersama majikannya, pikirnya.

Interaksinya disaksikan oleh siswa siswi di sekolahnya. Namun percakapannya tidak bisa didengar oleh meraka. Karena, mereka tidak mungkin sengaja menguping ataupun berada di dekat Calista. Akan jadi tidak sopan kalau begitu.

Calista dan Tama berjalan menyebrangi jalan, karena kafe yang ia tuju berada di depan sekolahnya itu. Kedekatan mereka juga disaksikan oleh anak buah Demon, yang langsung memotret keduanya.

"Hmm, tuan pasti seneng sama hasil kerja kita sekarang"

"Pasti, kita akan mendapat bonus besar"

"Ayo cepat kita balik, lalu laporkan hal ini ke tuan. Aku sudah bisa membayangkan pujian yang akan kita terima"

ELVIRO [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang