10 - Gara-gara Tama

231 20 4
                                    

Di rumah Tama sedang berbunga-bunga walau ibunya sedang sakit. Yaa, dia masih merawat ibunya yang sakit, tapi ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya juga. Pasalnya ia sangat puas mengerjai El, anak yang sempurna tanpa celah itu. Dia benar-benar tidak rela, karena semenjak ibunya bekerja di mansion Feroz, ia sering melihat tawa canda El beserta keluarganya. Ia iri, mengapa hanya El yang bisa merasakannya, mengapa dirinya todak merasakan perasaan bahagia dan hangat bersama keluarganya.

Tadinya ia hanya akan mengaku-ngaku saja sebagai keturunan Feroz, tapi karena ia merasa nyaman sudah bisa sedikit mengusik hidup El, maka ia ingin melakukannya lebih. Yaa, niatnya berubah ia ingin benar-benar merebut posisi El, setidaknya merebut perhatian orang tua El. Yaa, ia akan bahagia setelahnya.

"Apa yang harus gue lakukan yaa. Bukankah gue lebih berhak menggantikan posisi El?", gumamnya sembari mengompres kepala ibunya yang sedang sakit karena memiliki penyakit magh akut.

"Gue kan pintar, bahkan bisa gue juga mendapat beasiswa. Pasti keluarga itu bakal lebih seneng dapet anak kaya gue, timbang kaya El itu yang hanya merepotkan, terlalu manja. Cihh", gumamnya lagi.

"Kenapa? Kau sedang banyak pikiran?", tanya ibu Tama kepada anaknya dengan canggung. Pikirnya ia terlalu merepotkan anaknya. Pasalnya hubungan Tama dan ibunya tidak terlalu hangat. Karena ibunya sangat sibuk bekerja dan Tama sering ditinggal di rumah sendiri, sehingga ada kecanggungan di antara keduanya.

"Tidak bu. Oh ya, aku boleh pergi keluar? Ada urusan sebentar"

"Yaa, pergilah. Ibu bisa sendiri. Hati-hati di jalan"

Tapi bukan El terlalu manja, hanya memang orang tuanya yang memperlakukan El seperti itu, maklum anak satu-satunya, dan memang dia tidak punya saudara juga, jadi ayah ibunya tidak mau membuat anaknya kesepian dengan selalu ada di samping El. Terlebih kondisi kesehatan El yang juga tidak bisaa dikatakan baik. Membuatnya mama papanya lebih protektif dalam menjaga El.

"Timbang bingung mending gue ke mansion aja, siapa tahu ada yang bisa gue lakuin ntar disana. Lihat sikonlah nanti", final Tama.

.

Sementara di rumah sakit, El ngambek tidak mau memakan makannya. Sudah ia cicipi tapi ia ingin memuntahkannya. Dan ia mengatakan ke Calista bahwa ia menginginkan masakan buatan mamanya sop iga sapi.

"Ada apa? Kenapa makanmu masih banyak El?", tanya Dhirendra

"El tidak ingin memakan makanan rumah sakit", bukan El yang menjawab melainkan jawab Calista.

"Mengapa? Apakah tidak enak El, atau kau ingin makan yang lain?", tanya Dhirendra.

"El ingin makan sop iga sapi pa. Tapi harus buatan mama", baru kali ini El yang menjawab.

"Tapi ini sudah waktumu makan siang. Makan yang ada dulu, baru untuk makan malam kau bisa makan masakan mamamu"

"Gamau, El gamau. Bubur itu gaenak, rasanya hambar. El gak suka" ucapnya dengan mulut yang dipoutkan dan tangan yang dilipat kedepan.

"Sudah biar aku pulang dulu saja dan memasakkannya untuk El", ucap Calista pada Dhirendra.

"Tapi El tidak boleh membiarkan perutmu kosong, setidaknya makan beberapa suap bubur itu sambil menunggu masakan mama", sambung Calista ke El.

"Okee mama, tapi mama jangan lama-lama yaa", jawab El.

Tapi mamamu itu juga belum makan, biarkan mama makan dulu El, sembari kau papa suapi. Setelahnya mama bisa pulang", ucap Dhirendra.

Yaa Dhirendra mengatakan utu agar Calista setelah pulang dari sini bisa segera memasakkan makanan pesenan El, agar ia bisa cepat datang ke sini lagi.

"Oh iyaa, maaf mama El bikin mama nahan lapar yaa. Mama boleh makan dulu. Papa juga boleh. Biar El makan bubur sendiri aja, kita makan bersama", ucap El memberi solusi. Yaa, biarpun El anak semata wayang yang dimanjakan, tapi ia sebenarnya anak yang pengertian. Contohnya ini. Hehee

ELVIRO [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang