***
***
Tak pernah terbayangkan oleh Zidan harus merasakan ketakutan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak, pria itu kini tengah di hadapkan oleh kemarahan para orang tua. Di hadapan nya saat ini sudah ada Tania dan Bima dengan wajah nya yang sangat tidak bersahabat. Lalu ada Calista dan Kavi yang menatap nya dengan tatapan kecewa. Sedangkan Pradana dan Yuna berusaha netral dengan memberi semangat kepada Zidan yang kini tengah gemetar.
Dalam hati Zidan mengumpati Narendra yang katanya akan membantu nya untuk berargumentasi dengan para tetua mengenai alasan Zidan yang tidak sempat memberi kabar mengenai tempat dimana Gia istri nya melahirkan kepada semua orang.
Ini lah akibatnya kalau ngomong selalu asbun alias asal bunyi, jadi saat ia dihadapkan dalam kondisi yang serius seperti ini entah mengapa lidah nya selalu terasa kelu. Zidan memang suka mendebat. Tapi bukan perdebatan dalam konteks yang serius. Ia mendebat untuk hal-hal yang receh saja. Ya inti nya dia emang doyan bikin ribut aja sih apalagi kalau sama Ravi.
Tidak, Zidan tidak sebodoh itu kok, sejujurnya Zidan sangat bisa diandalkan dalam berargumentasi untuk hal-hal yang terkait dengan pekerjaan nya. Tapi masalahnya ia paling tidak bisa berbicara serius dengan kedua orang tua nya, karena memang sejak kecil hubungan antara anak dan orang tua itu sangat kurang dalam hal berkomunikasi.
"Kenapa diam terus? Gak bisa jelasin lagi?" Bima menatap putra nya dengan tatapan nyalang, dan hal itu membuat Zidan terperanjat kaget. Mati gue mati....
"Maaf pa..."
"Kamu tau gak kalau kita khawatir sama kamu dan Gia? Kamu gak liat? Itu mama nya Gia sampe lemes banget. Minimal kabarin lah, Dan. Beli hp bagus-bagus juga percuma."
"Iya pa, maaf..." Zidan masih menunduk belum berani menatap para orang tua di hadapan nya.
"Mama kamu sampe pingsan juga tau gak! Kamu bikin semua orang ribet. Bahkan Gavin yang baru pulang jaga malam harus ikut cari kamu juga." Bima berkacak pinggang menatap anaknya penuh emosi.
"Dan, orang tua udah gak diperlukan lagi buat kamu ya? Udah merasa settle sampe gak ngabarin orang tua kalau istri nya mau melahirkan? Mama tu dejavu, mama takut kayak kejadian Naren terjadi lagi, setidaknya kamu kabarin kita. Kalau kamu udah gak mau mama papa datang, kamu bisa kasih tau kami. Kami juga tau diri." Kali ini Tania berkata dengan nada yang tajam, membuat Zidan terasa seperti kembali ke masa-masa ia kecil dimana ia selalu di marahi oleh Tania.
"Maaf ma, gak gitu. Idan minta maaf..." lagi-lagi Zidan hanya bisa meminta maaf, karena setelah tadi ia menjelaskan pun orang tua nya tetap tidak percaya.
"Kamu kapan sih bisa dewasa nya? Kamu udah punya istri dan anak, seharusnya walaupun panik kamu berusaha berpikir logis lah, minimal ngabarin orang tua nya Gia. Kalau kayak gini kan yang di repotin kami semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengabdi Istri (The Series)
HumorBersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun berlalu dan satu persatu mereka semua berumah tangga pun tetap bertumbuh bersama. Seperti janji nya saat masih kecil mereka semua akan membel...