Part 18 : Impian yang pupus

13 7 0
                                    

"Hati-hati. Karena orang yang tidak sepemikiran denganmu bisa mematahkan sayapmu"

Shireen sangat semangat karena kampusnya akan mengadakan festival ekonomi. Ada berbagai macam kegiatan disana termasuk bernyanyi dan Shireen memiliki rencana untuk ikut nyanyi namun karena dia tidak percaya diri, dia mengajak temannya.

"Reva, lo bisa nyanyi?" Tanya Shireen

"Kenapa Ren? Gue bisa" Kata Reva

"Temenin gue yuk, ikut festival, kita duet" Ajak Shireen

"Boleh, kapan mau latihan?" Tanya Reva

"Kalau ada waktu senggang" Kata Shireen

Shireen segera mendaftarkan dirinya dan temannya. Dan masuk ke grup para peserta yang ikut festival itu. Tidak terlalu ramai juga.

Permisi dek

Kalian peserta festival duet ya?

Ini mau pakai instrumen atau diiringi band?

Karena ada band yang mau iringi untuk penyanyi

Sebentar ya kak, saya tanya dengan teman saya

Baik dek

Shireen segera menghubungi Reva. Dan Reva menyetujuinya karena sepertinya seru jika diiringi band. Dan ini juga pertama kalinya bagi Shireen dan Reva.

Kak, kami setuju diiringi band

Oke dek

Shireen menghubungi band yang akan mengiringinya. Dan request lagu serta meminta agar nadanya diturunkan. Dan band itu mengajak Shireen dan Reva latihan di studio.

"Duh Ren gue takut, mana abang-abang semua, pasti semester atas" Kata Reva

"Ya elah slow aja kali, jangan pegang celana gue juga kali kalau lo takut" Kata Shireen

"Oh iya reflek Ren haha" Kata Reva

"Dek, kita mulai latihannya ya" Kata abang-abang di band itu

Mereka pun latihan. Mereka latihan dari jam 7 malam hingga jam 11 malam. Shireen sudah mengantuk dan Reva yang sudah dicari oleh mamanya. Mereka berdua meminta izin untuk pulang duluan, apalagi rumah Shireen yang lumayan jauh dari tempat latihan tadi. Berhari-hari mereka latihan sampai malam dan itu membuat mereka berdua kelelahan dan kurang tidur.

Dan tibalah saatnya festival itu tiba. Shireen dan Reva dapat jadwal bernyanyi di siang hari. Dan Shireen berencana untuk meminta izin oleh dosennya.

"Permisi bu, sebelumnya saya minta maaf Bu, apakah boleh saya izin untuk ikut acara dibawah bu?" Tanya Shireen dengan sopan

"Emang sepenting apa kamu di acara itu?" Tanya dosen itu

"Saya hanya ikut bernyanyi bu, duet dengan Reva. Dan hanya diberi waktu lima menit untuk tampil dan saya akan kembali ke kelas lagi, apakah boleh bu?" Tanya Shireen

"Ya kalau saya sih terserah kamu lah ya. Tapi nilai kamu bakal minus, pilihan ada di kamu. Kamu juga izin buat kabur dari mata kuliah saya kan?!" Kata dosen itu

"Baik bu, tidak apa-apa. Tapi saya sama sekali tidak berniat untuk kabur dari kelas ibu, saya tidak jadi ikut dan saya ikut kelas ibu saja" Kata Shireen

"Memangnya kenapa kamu ikut acara itu?" Tanya dosen itu

"Tidak ada bu. Saya hanya ingin tampil bernyanyi dan katanya bisa dapat sertifikat untuk peserta yang ikut" Jelas Shireen

"Ya sudah. Silahkan kamu turun, kalau itu penting bagi kamu, dari pada kamu terpaksa ikut kelas saya" Kata dosen itu dengan nada tinggi

"Loh bu? Saya tidak bilang saya terpaksa. Saya hanya menjawab pertanyaan ibu, saya juga sudah bilang kalau saya ingin ikut di kelas ibu saja" Kata Shireen

"Tapi wajah kamu terlihat tidak suka dengan saya, memang acara itu sampai kapan? Sore kan? Kan bisa selesai mata kuliah saya, tidak perlu izin" Kata dosen itu

"Maaf Bu, memang acaranya sampai sore. Tapi jadwal kami siang dan itu hanya lima menit, dan tutup acaranya bertepatan dengan selesainya mata kuliah ibu" Jelas Shireen

"Ya sudah, pergi. Silahkan turun" Kata dosen itu

"Tidak bu, saya sudah mengatakan saya ingin ikut pelajaran ibu. Semua yang saya bicarakan itu hanya untuk menjawab pertanyaan ibu, bukan melawan ibu" Kata Shireen

"Yasudah, cepat duduk" Kata dosen itu

Shireen sangat kesal. Kenapa Reva hanya diam? Kenapa dia tidak membantu Shireen berbicara? Padahal dia juga duet dengan Shireen hari ini. Shireen lebih tidak suka lagi dituduh tidak suka dengan dosen itu. Padahal memang wajah Shireen seperti itu. Datar. Shireen tidak membela dirinya, namun ia hanya menjawab pertanyaan dosen itu namun dirinya tetap disalahkan dan dipermalukan di depan kelas.

Shireen kecewa. Harapannya pupus. Berhari-hari ia latihan bernyanyi sampai malam terbuang sia-sia. Dia menghubungi panitia dan meminta maaf karena harus mengundurkan diri. Awalnya panitia ingin menunggu Shireen dan Reva, namun Shireen bilang tidak perlu ditunggu. Karena mata kuliah dosen ini selesai disaat acara penutupan. Dan panitia meminta maaf juga terpaksa tidak menampilkan Shireen dan Reva. Namun Shireen juga mengerti dan malah memang Shireen yang menyuruh panitia untuk blacklist dirinya dan Reva.

Selama pelajaran dia hanya murung dan tatapan yang penuh dengan dendam karena dituduh, disudutkan dan dipermalukan. Dia sama sekali tidak menegur Reva, karena Shireen masih kecewa Reva tidak membantu dirinya untuk berbicara dan seolah-olah hanya Shireen yang nakal. Imanuel yang melihat perubahan Shireen merasa khawatir.

"Lo gapapa?" Tanya Imanuel

"Hm" Jawab Shireen cuek

"Yaudah kita makan ya" Ajak Imanuel

"Ga, gue ga selera" Kata Shireen

"Udah, gausah nolak. Kasian lo nya" Kata Imanuel

Shireen hanya terdiam dan menurut. Pikirannya sangat kacau. Dia sangat muak dengan hari ini. Namun hatinya juga terasa sakit namun air matanya sulit untuk keluar. Sepanjang perjalanan Shireen juga hanya diam dan termenung. Rasa letihnya tidak terbayar dan terbuang sia-sia. Shireen benar-benar merasa down.

Sesampainya di tempat makan pun Shireen tetap tertunduk lesu dan wajah yang tidak bisa dideskripsikan, antara marah, tapi juga sedih karena sayapnya dipatahkan oleh orang lain yang menganggap remeh hal yang akan dilakukan Shireen. Shireen tidak kuat dan akhirnya dia menangis juga diam-diam. Hatinya sangat sakit. Dan pasti tau kan menangis tanpa suara itu sakit banget?. Bahkan berbicara dengan mamanya saja Shireen tidak mau. Mama Shireen mengerti pasti Shireen sedang ada masalah. Dan setelah reda Shireen baru cerita dan mamanya menguatkan dirinya.

Hari demi hari pun berlalu. Shireen sudah melupakan rasa sakit itu. Namun dia tetap jadi kurang suka dengan dosen itu namun Shireen harus menahan egonya dan tetap berusaha ramah dan tersenyum jika melihat dosen itu.

Ini adalah hari dimana Shireen mulai ujian akhir semester. Ujian akhir semester Shireen kebanyakan adalah proyek dan hanya sedikit yang ujian tertulis. Banyak tugas makalah, powerpoint dan proposal. Shireen sedikit stres, karena hanya dia yang pandai membuat makalah. Hanya Shireen yang mengerti aturan-aturan makalah. Belum lagi kadang ada teman Shireen yang selalu minta tolong tentang makalah. Shireen yang tidak enakan mau saja membantunya, namun Shireen juga tegas menolak kalau memang dia sedang benar-benar lelah.

Shireen hanya berkuliah tatap muka sekitar 4 bulan, dan 2 bulannya adalah libur semester. Shireen menunggu libur semester ini karena ia bisa bersantai dan jalan kesana kemari dengan teman-temannya. Hidup Shireen di perkuliahan sangat monoton dan tidak ada yang menarik. Hanya begitu saja sampai Shireen naik semester dua. Kisah hidupnya tidak ada yang berubah dan Shireen juga tidak terlalu banyak cerita saat kuliah. Dan Shireen juga terkadang merasa bosan.

HIDDEN FEELINGS [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang