Mr. Genius Pt. 4

119 6 0
                                    

Plakk..
Pipi Gladys memerah akibat tamparan dari karenina. Gadis mungil yang kemarin malam ada di pesta ulangtahun Farah. Gadis yang Gladys sebut mantan gebetan Haikal.

Siang ini Farah, karenina dan Andhira menyeret Gladys dan Shania ke dalam toilet perempuan di sekolah. Ketiga gadis itu tidak suka melihat Shania dan Gladys yang di kenalkan sebagai pacar Faris dan Haikal.

Farah masih mengharapkan untuk bisa kembali menjadi kekasih Faris, dan karenina masih berharap Haikal mau membuka hati untuknya. Padahal Gladys dan Haikal sudah satu tahun lebih berpacaran. Dan sikap berani Gladys tadi malam membuat keduanya murka.

"Lo tuh ga usah sok cantik, anak manja kaya lo tuh ga pantes dapetin Haikal" ujar Nina menatap remeh Gladys. Tapi Gladys tak gentar sedikitpun. Walau rambut dan baju nya sudah basah karena disiram air bekas pel.

"Gue bukan sok cantik ya, tapi gue emang cantik. Lo tuh yang ga tau diri, masih aja ngarepin cowo orang" teriak Gladys didepan wajah karenina.

Farah memberi kode untuk memisahkan Gladys dan Shania. Lalu karenina menarik rambut Gladys dan mendorongnya hingga tersungkur di lantai. Gladys hendak berdiri dan menolong Shania yang tampak ketakutan, tapi nina lebih dulu menduduki tubuhnya lalu kembali menampar Gladys.

Brakk
Pintu terbuka tepat saat Farah akan menampar Shania. Faris masuk dan menarik tangan Farah yang menggantung di udara hingga gadis itu menabrak dinding.

"Kamu ga apa-apa?" Tanya Faris pada Shania yang ketakutan. Tubuhnya bergetar. Faris menatap Farah penuh kebencian lalu menuntun Shania keluar dari kamar mandi.

Di sisi lain, Haikal mendorong karenina yang masih menahan tubuh Gladys di lantai. Darah segar keluar dari sudut bibir, pipi, siku dan lutut Gladys. Hati Haikal hancur harus melihat kekasihnya seperti ini. Tanpa membuang waktu lagi Haikal menggendong Gladys dan membawanya ke UKS.

Sebelum keluar dari toilet, Faris menatap Farah, karenina dan dhira bergantian.
"Sekali lagi kalian macam-macam sama Shania atau Gladys, kalian berurusan sama gue dan Haikal" Ujar Faris dingin.

Shania menahan tangan Faris yang hendak membawanya ke tempat parkir.
"Aku mau liat Gladys"  Faris mengangguk dan membawa Shania ke UKS.

Haikal tidak melepaskan tangan Gladys selama kekasihnya itu di obati. Haikal tau Gladys memang gadis pemberani, tapi ia tak tahu kalau Gladys benar-benar tak kenal takut.

"Gladys..." Shania memeluk Gladys yang berbaring di tempat tidur. Luka Gladys sudah selesai di obati.

"Maafin gue, dys. Tadi gue ga bisa bantuin lo lawan mereka. Gue malah ketakutan ga jelas, maafin gue" Shania terisak di bahu Gladys.

"Iya Sha, ga apa-apa. Lo ga perlu minta maaf karena lo ga salah. Yang salah itu mereka bertiga. Tapi lo bangga kan punya temen jagoan kaya gue?" Shania mengangguk berkali-kali.

"Gue juga minta maaf, dys. Kalau kemarin malam kalian ga gue ajak ke pesta ultahnya Farah mungkin dia ga akan semarah ini." Ujar Faris turut menyesal.

"Udah kak, ga usah minta maaf. Satu-satunya orang yang harus minta maaf itu mereka berdua. Jadi kalian ga usah ngerasa bersalah ya, kamu juga" jawab Gladys melihat Haikal yang sudah berkaca-kaca. Mana mungkin Haikal kuat melihat Gladys mendapat perlakuan kasar karena dirinya.

"Ris, Kal.."

"Mau ngapain lagi lo?" Shania menahan Faris yang sudah akan maju saat Andhira masuk.

"Gue mau minta maaf sama kalian,  gue tau gue salah, harusnya gue jangan mau di suruh mereka jagain pintu tadi. Gue bilang gini bukan buat cari aman. Kalau kalian mau laporin gue ke pihak sekolah, silahkan."
Shania menatap dhira yang mulai terisak.

"Gue tau kok lo ga salah. Dan gue juga ga niat buat laporin lo. Tapi gue minta lo bantu kita jadi saksi supaya mereka berdua ga bisa ngelak." Ujar Gladys. Dhira pun setuju.

"Oh iya, ini gue beliin baju seragam di koperasi buat kalian" Shania menerima baju tersebut dan berterimakasih. Setelah itu Dhira pergi meninggalkan mereka berempat.

"Lo ga mau ke rumah sakit aja, dys?" - faris

"Ga usah kak, gue ga apa-apa kok" jawab Gladys yakin.

"Aku anterin pulang ya, lo juga mending pulang, Sha" usul Haikal. Shania bisa melihat sejak tadi Haikal tidak melepaskan tangan Gladys dari genggamannya. Shania dan Gladyspun pulang ke rumah setelah ganti baju. Gladys pulang bersama Haikal dan Shania bersama Faris.

Di perjalanan Shania kembali menangis. Ia memeluk Faris erat menangis dipunggung laki-laki itu. Tangan Faris mengusap lembut tangan Shania agar lebih tenang. Shania tidak pernah menyangka akan mengalami perundungan fisik seperti yang ia lihat di drama. Hatinya masih sedih sekaligus marah melihat Gladys dipukuli seperti tadi. Kalau saja ia sedikit berani, mungkin luka Gladys tidak akan separah itu.

Sesampainya di rumah Shania, gadis itu masih sesenggukan. Faris menghapus sisa air mata di pipi Shania. Kalau saja orang yang merundung Shania adalah laki-laki sudah pasti ia akan menghajar orang tersebut habis-habisan. Faris menarik tubuh Shania ke pelukannya. Mengusap punggung Shania lembut.

"Ehm.."
Shania mendorong tubuh Faris saat mendengar seseorang berdehem di belakangnya.

"Siang-siang kok pacaran, depan rumah lagi, masuk gih" ujar Andreas, kakak Shania.

"Siapa yang pacaran sih kak, orang aku lagi nangis. Nih liat" jawab Shania menunjuk matanya yang masih memerah. Andreas panik melihat adik kesayangannya menangis. Ia menoleh pada Faris yang masih berdiri di sana.

"Lo bikin adek gue nangis?" Tanya Andreas sambil menarik tubuh Shania ke belakangnya. Faris gelagapan melihat andreas yang menatap galak padanya. Shania yang mengerti ada kesalahpahaman menepuk punggung kakaknya agak keras.

"Bukan dia yang bikin aku nangis" ketus Shania

"Terus siapa?"
Shania bergeser ke samping Andreas.
"Dia ini yang nolongin aku, namanya kak Faris, pacar aku"

Andreas membelalakan matanya.
"Sejak kapan kamu punya pacar? Kenapa ga pernah di bawa ke rumah? Mau backstreet ya?" Tanya Andreas beruntun.

"Iih kak andre ga usah kepo deh. Udah masuk aja sana, jangan ganggu" Shania mendorong tubuh andreas, tapi kakaknya itu berputar dan menahan tangan Shania.

"Oke, kakak ga akan ganggu kalian pacaran. Tapi kamu harus kasih tau kakak siapa yang udah bikin kamu nangis? Biar kakak kasih pelajaran dia"
Shania tersenyum lalu memeluk andreas dari samping. Ia merasa bahagia karena ada banyak orang di sekitar yang peduli padanya.

"Sementara ini kak andre ga usah ngapa-ngapain ya, masalah ini biar aku sama gladys yang urus. Dibantuin kak faris sama kak haikal juga kok. Nanti kalau emang kita ga bisa urus baru aku minta tolong kak andre" ujar Shania menenangkan kakaknya.

"Ya udah terserah kamu aja. Tapi inget ya, kalau ada apa-apa harus bilang sama kakak. Ingat, selama mamah sama papah di jepang, kamu tanggungjawab kakak jadi kakak harus tahu" Shania mengangguk. Sebelum masuk, andreas melirik faris sekilas.

"Kakak kamu galak juga, Sha. Sampai deg-degan aku" ujar Faris membuat Shania tertawa kecil.

Ke esokan harinya Shania berangkat ke sekolah bersama Faris. Shania sempat terkejut saat melihat Faris menjemputnya memakai mobil.

Sesampainya di sekolah, gladys sudah menunggu bersama haikal dan dhira. Tadi malam dhira mengatakan ia sempat merekam kejadian perundungan kemarin secara diam-diam. Dan mereka bertiga pun pergi ke ruang guru dan melaporkan kejadian tersebut kepada wali kelas. Setelah itu, Pak Rudy selaku wali kelas Shania dan Gladys mengajak ke tiga gadis itu ke ruang kepala sekolah.

Dhira kembali menjelaskan kejadian kemarin dan menunjukan video yang dia ambil. Walaupun tidak jelas tapi suara Farah dan Karenina terdengar jelas. Kepala sekolahpun segera memanggil kedua gadis yang ada di video tersebut.

Awalnya Farah dan karenina mengelak dengan alasan bukti suara saja tidak cukup karena bisa di edit. Kemudian Dhira meminta kepala sekolah untuk memanggil beberapa siswa yang kebetulan ada di tempat kejadian.

Dan untungnya mereka berkata jujur hingga Farah dan karenina tidak bisa mengelak lagi. Pihak sekolah memberikan surat panggilan untuk orangtua mereka.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang