One Side Love Last Part

278 12 4
                                    

Hari keberangkatan Gladys ke Belanda akhirnya tiba. Semua barang milik Gladys dan ibunya sudah dimasukan ke bagasi mobil. Tante cantika juga sudah bersiap untuk mengantar Gladys ke bandara. Begitu juga dengan Haikal dan Hafiza. Walau mengantuk, Hafiza tetap ingin ikut.

Gladys berangkat ke bandara bersama ibunya naik taksi. Haikal dan Hafiza mengikuti dengan menggunakan mobil tante cantika. Sesampainya di bandara, George sudah menunggu. Calon suami ibu Gladys itu sengaja kembali ke indonesia untuk menjemput Gladys dan ibunya. Pesawatnya bahkan baru landing tadi malam. Karena itulah ia menunggu di bandara.

Hafiza tidak bisa berhenti menangis terlebih saat Gladys memeluknya. Haikal sampai harus memegangi Fiza agar adiknya bisa berdiri tegak. Gladys juga menangis saat memeluk tante cantika. Ia pasti akan merindukan tetangga baik hatinya itu.

Tante cantika mengambil alih Hafiza yang masih sesenggukan dari tangan Haikal. Gladys hanya diam tidak berani memeluk Haikal. Tapi Haikal sudah menarik tubuh Gladys ke pelukannya sebelum tangis Gladys kembali pecah. Kalau bisa, Haikal ingin sekali meminta izin pada ibu Gladys agar membiarkan putrinya tetap disini, di sisi Haikal.

Gladys berusaha melepaskan pelukan Haikal tapi Haikal masih saja menahan tubuhnya. Haikal baru melepaskan Gladys saat ibu Gladys dan George datang.

"Mana tiket kamu?" Ibu Gladys menyodorkan telapak tangannya. Gladyspun menyerahkan tiket pesawatnya. Ibu Gladys melihat bergantian pada tiket pesawat Gladys, pada putrinya, pada Haikal dan tante Cantika.

Mata Gladys membelalak saat ibunya merobek tiket pesawat milik Gladys. Haikal, tante Cantika dan Hafiza pun terkejut melihatnya.

"Kamu boleh tetap tinggal di sini. Tapi cuma sampai lulus sekolah. Setelah lulus kamu harus melanjutkan kuliah di Belanda. Tidak ada penolakan lagi" Ujar ibu Gladys memegang kedua bahu putrinya. Ia lalu melihat ke arah tante Cantika.

"Saya titipkan putri saya selama kami berpisah. Kalau sampai hidup Gladys jadi rusak, kamu dan kamu akan jadi orang pertama yang saya salahkan." Lanjut ibu  Gladys menunjuk pada Cantika dan Haikal.

Gladys memeluk ibunya. Ia terlalu bingung harus berkata apa. Apa yang dilakukan ibunya sungguh di luar dugaan. Gladys menangis di pelukan ibunya. Gladys sempat melirik ke arah George yang tersenyum tulus padanya.

Ibu Gladys mendorong tubuh putrinya karena pesawat yang akan ia tumpangi sebentar lagi akan terbang.

"Satu lagi, Gladys sangat menyukai kamar tidurnya karena itu di rancang khusus oleh mendiang ayahnya. Saya juga tidak mau Gladys tinggal di rumah kamu. Jadi kamu yang harus pindah ke rumah kami" Tegas ibu Gladys. Tante Cantika maju ke depan dan memeluk ibu Gladys, mengucapkan terimakasih karena sudah mengizinkan Gladys tetap tinggal.

Saat ibu Gladys berbalik, Haikal berlari dan menghalangi jalan beliau.

"Tante maaf, tadi itu maksudnya tante ngizinin saya pacaran sama Gladys kan?" Tanya Haikal hati-hati. Gladys sampai menahan nafas karena ibunya tidak langsung menjawab.

"Selama kamu bisa membuat Gladys bahagia, kamu saya izinkan berada di sampingnya. Tapi kalau kamu sampai membuat Gladys menderita, saya pastikan kamu tidak akan bisa melihat Gladys lagi untuk selamanya" Haikal tersenyum dan mengangguk. Ini akan jadi perjanjian antara dirinya dengan ibu Gladys.

"Please take care of her" Haikal kembali mengangguk pada George yang menepuk pundaknya.

Ibu Gladys dan George pun berjalan masuk meninggalkan semuanya. Sebelum menghilang dari pandangan, Ibu Gladys sempat melihat ke arah putrinya dan tersenyum.

Perasaan Gladys terasa campur aduk. Di satu sisi ia bahagia karena ibunya mengizinkan untuk tetap tinggal. Gladys masih bisa bertemu dengan tante cantika dan Shania setiap hari. Tapi di sisi lain, ia merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi keinginan ibunya.

Gladys duduk di kursi belakang bersama Haikal. Ia sempat berdebat dengan Hafiza yang bersikeras ingin duduk di depan bersama tante cantika. Bukankah selama ini hafiza selalu ingin duduk di belakang? Kenapa hari ini gadis kecil itu ingin duduk di depan?

"Ada apaan sih di luar?" Gladys terlonjak saat Haikal mendekatkan wajahnya melihat keluar jendela di samping Gladys. Sejak naik ke mobil, Gladys memang terus melihat keluar jendela.

Jantung Gladys berdegup kencang karena Haikal tidak juga memundurkan wajahnya yang berada tepat di hadapan Gladys. Laki-laki itu justru malah menoleh dan memandangi wajah Gladys dengan senyum manis di wajahnya.

Gladys mengedipkan matanya berkali-kali. Kejadian seminggu lalu kembali terbayang di kepala Gladys. Tangan Gladys terangkat dan membalik wajah Haikal agar tidak melihat ke arahnya. Ia takut pingsan kalau terlalu lama di pandangi Haikal.

Haikal tertawa dan memundurkan tubuhnya, kembali ke tempat duduknya semula. Wajah Gladys yang memerah jadi hiburan tersendiri baginya.

Ke esokan harinya tante Cantika pindah ke rumah Gladys seperti yang diperintahkan ibu Gladys. Sekarang Gladys tidak pernah merasa kesepian dirumahnya. Jika tante Cantika ada pekerjaan di luar kota dan tidak bisa pulang, Hafiza atau Shania akan menginap untuk menemani Gladys.

Tante Cantika dan mas ricky sudah pensiun dari tugas mengantar jemput Gladys karena Haikal yang selalu siap sedia mengekori gadis itu kemanapun ia pergi.

Hubungan Gladys dan Shania semakin dekat. Mereka bahkan sering pergi bersama Mischa dan juga Haikal di hari minggu. Walaupun Gladys bersikeras mengatakan bahwa Haikal bukan kekasihnya tapi Shania tetap menyebutnya double date.

Gladys tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depannya. Apakah Haikal akan tetap berada di sisinya atau berakhir dengan gadis lain? Apakah tante cantika akan tetap menemaninya? Apakah Shania akan tetap menjadi sahabatnya? Dan apakah ibunya benar-benar akan membawa Gladys pergi ke Belanda setelah lulus SMA?

Gladys tidak mau memikirkannya. Saat ini ia hanya ingin menikmati apa yang ada di hadapannya. Contohnya wajah tampan Haikal yang sedang menatapnya dengan senyum manis yang selalu jadi favorit Gladys.

"Mau sampai kapan kita kaya gini, dys? Kapan kamu mau kasih aku kesempatan? Aku sangat berharap kamu mau meresmikan hubungan kita. Aku mau bilang ke semua orang kalau kamu itu pacar aku" ujar Haikal untuk yang ke sekian kali.

Di malam minggu yang cerah ini, Haikal dan Gladys duduk di rooftop rumah Gladys. Sebulan lalu tante Cantika merenovasi rooftop rumah Gladys yang awalnya tidak terpakai menjadi sebuah taman dengan ayunan dan satu set kursi santai lengkap dengan mejanya.

Gladys dan Haikal duduk berhadapan di atas ayunan. Haikal terlihat frustasi menghadapi Gladys yang belum juga mau menerimanya. Padahal sudah 1 tahun lebih sejak Haikal mengungkapkan perasaannya. Sekarang Haikal sudah menjadi seorang mahasiswa dan Gladys duduk di bangku kelas 11 semester akhir.

Gladys tersenyum memandang Haikal yang menunduk. Perlahan tangan Gladys mengangkat dagu Haikal dan mengecup bibir Haikal sekilas. "Jangan lupa kalau hari ini jadi hari pertama kita jadian" bisik Gladys di depan wajah Haikal.

Haikal tersenyum senang dan menarik tubuh Gladys hingga hidung mereka saling bersentuhan. "Makasih sayang" ujar Haikal sebelum mencium Gladys. Mengulang kejadian satu tahun lalu di mobil Haikal.

Kali ini Gladys tidak hanya menerima tapi juga membalas ciuman kekasihnya. Membuat hati Haikal bagai terbang ke langit ke tujuh. Sejak ciuman pertama mereka satu tahun lalu, bibir Gladys terasa bagai candu bagi Haikal. Dan penantian Haikal selama setahun ini akhirnya berakhir. Mulai sekarang Haikal bisa mencium gadis itu kapanpun ia mau, bukan?

Gladys meremas bahu Haikal saat kekasihnya itu semakin memperdalam ciuman mereka. Gladys merasa menyesal karena memancingnya tadi, sekarang ia sendiri yang kewalahan. Haikal benar-benar tidak melepaskannya malam ini.




Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang