Marriage Contract

224 11 0
                                    

Gladys dan Faris menikah karena di jodohkan. Keduanya sepakat akan bercerai setelah 9 bulan menikah dan saat ini usia pernikahan mereka sudah memasuki bulan ke 3.

Gladys yang berprofesi sebagai designer memiliki sebuah butik yang ia jalankan bersama sahabatnya, Andhira. Sementara Faris adalah seorang pengusaha perusahaan start up yang bergerak di bidang IT.

Selama 3 bulan menikah, Gladys dan Faris sangat jarang mengobrol. Bahkan untuk bertemu saja bisa dihitung dengan jari. Gladys bekerja setiap hari tanpa libur dari pukul 8 pagi hingga malam atau kadang sampai menginap di butiknya. Dan untuk Faris, ia sebenarnya memiliki waktu kerja normal. Senin sampai jumat, pukul 9 pagi sampai jam 5 sore. Tapi untuk sabtu dan minggu biasanya ia akan menginap di rumah teman atau sepupunya.

Orang yang paling sering rumahnya di jadikan tempat Faris menghabiskan libur akhir pekannya adalah sepupu Faris yang bernama Haikal.
Haikal sudah menikah dengan Shania 2 tahun lalu dan memiliki seorang putri yang sangat menggemaskan bernama Shaqilla aurora.

"Lo ngapa ga betah banget di rumah sih, Ris? Pindah aja deh kata gue mah" Ujar Haikal melempar bantal sofa ke arah Faris yang sedang berbaring di kamar tamu.

"Ya elah, Kal, gue di sini juga ga pernah ganggu perasaan. Lo mau berduaan sama Shania aja gue rela jagain Qilla. Lagian lo kan tahu sendiri yang jadi masalah itu bukan rumahnya tapi orangnya" Jawab Faris menekankan kata 'orangnya'.

"Lo ga mau coba buka hati buat Gladys, Ris? Gladys cantik gitu. Sayang banget kalau di sia-siain" Ujar Shania menimpali.

"Udah deh lo berdua mending pergi jalan-jalan atau apa kek sono, gue biar jagain Qilla di sini" -Faris.

"Baru kali ini ada tuan rumah di usir tamu. Dasar tamu gak tau diri lo" gerutu Haikal lalu keluar dari kamar tamu. Hari ini Haikal pergi bersama Shania dan juga Qilla, meninggalkan Faris sendirian di rumah yang cukup luas itu.

Faris memandangi halaman depan rumah Haikal yang terlihat rimbun dengan beberapa tanaman hasil karya tangan Shania. Faris merenungkan kalimat Shania beberapa saat lalu.

Jika di pikirkan lagi, memang tidak ada alasan khusus untuk Faris dan Gladys menutup hati untuk satu sama lain. Gladys adalah gadis yang cukup menarik. Cantik, pintar dan mandiri. Ia juga pandai memasak.

Dan ia rasa seharusnya tidak sulit bagi Gladys membuka hati untuknya. Sejak masih sekolah dulu Faris terkenal karena ketampanannya. Dan kini ia memiliki sebuah perusahaan yang cukup menjanjikan. Ia juga bukan tipe suami yang rewel.

Apa Faris harus mengikuti perkataan Shania? Mencoba membuka hati untuk Gladys? Tapi bagaimana ia bisa membuka hati jika sikap Gladys saja seperti orang asing terhadapnya. Faris bahkan tidak ingat kapan terakhir kali mereka berbicara.

Ting..
Faris mengambil ponselnya dari atas meja nakas. Haikal mengirimkan sebuah foto. Mata Faris menyipit mencoba memahami maksud foto yang dikirimkan Haikal. Ibu jari dan jari telunjuk kanannya bergerak memperbesar foto kerumunan orang-orang yang tampak berada di mall tersebut.

Faris membulatkan matanya saat menyadari orang yang berada di tengah kerumunan itu adalah Gladys. Istrinya itu terlihat duduk di lantai dengan tatapan kosong. Faris berlari keluar setelah menyambar jas dan kunci mobilnya.

Shania melambaikan tangan memanggil Faris yang baru tiba di taman belakang pusat perbelanjaan dimana Gladys berada. Dahi Faris berkerut bingung melihat penampilan Gladys yang berbeda dari yang biasa ia lihat. Terakhir kali Faris melihat Gladys 2 hari lalu penampilannya masih rapi seperti biasa. Tapi saat ini Gladys terlihat berantakan.

Rambut panjangnya tergerai seperti tidak di sisir. Kemeja yang ia gunakan terlihat sedikit kotor. Dan yang lebih membingungkan, Gladys tidak menggunakan alas kaki.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang