BAB 5 : Jurusan Hukum

2 0 0
                                    

"Jadi, kamu mulai Residen besok?" tanya Doni kepada putra sulungnya. Terpancar tatapan bangga dari kedua orang tua itu. Terutama Melani yang begitu mengelu-elukan putranya.

"Iya, pah. Besok, Kevin bakal jarang pulang." ucap Kevin sedih lalu menatap adiknya yang memakan makanannya dengan lahap tanpa ikut nimbrung dalam pembicaraan.

"Mama sama papa ada hadiah buat kamu," ucap Melani lalu meletakkan sebuah kunci di hadapan Kevin. Menyita perhatian seluruh anggota keluarga termasuk Ody.

"Apa ini mah?" tanya Kevin.

"Hadiah atas kelulusan kamu," ucap Doni lalu saling bertatapan dengan Melani dengan senyum mengembang.

Kevin mengerutkan keningnya bertanya.

"Itu kunci apartemen di Deket Rumah Sakit Citra Medika. Kamu lebih Deket buat istirahat di sana," ucap Melani lalu menggenggam telapak tangan putranya.

"Wow, makasih mah, pah," ucap Kevin lalu bergerak memeluk kedua orang tuanya. Ody menatap ketiganya dengan tatapan datar, kenapa dirinya selalu diasingkan di keluarga ini?

"Dek, sering-sering main ya. Kan Deket sekolah kamu Citra Medika," ucap Kevin merangkul pundak adiknya.

"Nggak ada, adek kamu itu harus belajar, Vin," potong Melani cepat.

"Mah, kan Ody masih kecil," ucap Kevin.

"Justru karena masih kecil harus berusaha dari sekarang," tukas Melani.

"Udah lah mah, Ody juga masih kecil," ucap Doni.

"Papah ini, jangan terlalu manjain Ody. Nanti dia lalai trus nilainya turun," ucap Melani.

"Iya mah, Ody belajar. Mamah mau Ody jadi pengacara, kan?" tanya Ody lalu meletakkan sendoknya. Selera makannya menguap entah kemana.

"Yaudah, Ody mau lanjut belajar dulu," pamit Ody lalu beranjak dari meja makan untuk ke kamarnya.

"Mamah ini keras banget sama Ody," ucap Doni.

"Ini kan demi kebaikan Ody, papah tau kan Ody itu gak kaya Kevin," ucap Melani membandingkan anaknya.

"Kevin udahan, mah," ucap Kevin menyusul adiknya ke lantai atas.

"Tapi gak kaya gitu caranya, dia anak perempuan, Lo," ucap Doni.

"Ah udahlah, Ody itu harus digituin. Kalo gak, mau jadi apa dia kalo males belajar," ucap Melani lalu pergi menghindari pernyataan suaminya.

Sementara Kevin tengah berdiri di depan pintu kamar Ody, gadis itu membuka dan mempersilahkan kakaknya masuk.

"Dek?" panggil Kevin.

"Aku gakpapa, kak," sahut Ody cepat sebelum Kevin mengeluarkan kata-kata.

"Kalo kamu ngerasa beban, cerita sama kakak," Kevin mengelus pundak Ody ketika gadis itu mengangguk menjawabnya. Dia tengah membaca bukunya, dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

"Mau kakak bawain susu?" tanya Kevin.

"Boleh," jawab Ody lalu tersenyum menatap kakaknya.

Tak lama kemudian, Kevin datang dengan segelas susu coklat kesukaan Ody.

"Makasih, kak," ucap Ody lalu meminumnya. Kevin balas dengan mengacungkan jempol sambil tersenyum manis.

"Kakak pergi, ya. Oh iya, besok kamu ada les?" tanya Kevin.

"Ada kak, mamah cuma kasih aku libur hari Minggu," ucap Ody lesu.

"Abis pulang les temenin kakak, yuk," ajak Kevin.

"Ke mall lagi?" tebak Ody.

"Enggak dong," Kevin menunjukkan kunci apartemennya."Temenin kakak pindahan," ucap Kevin sambil nyengir kuda.

"Hmm, ini mah bantuin beberes, ya kan?" tuduh Ody.

"Eng, iya dikit deh," ucap Kevin.

"Yaudah, sana. Ody mau belajar," usir Ody.

"Jangan lupa, besok," ucap Kevin lagi.

"Iya, rese!" umpat Ody.

🏚️🏚️🏚️

Ody berada di Halte depan tempat les menunggu Kevin datang menjemputnya. Gadis itu melihat jam digital berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Od, belum dijemput?" tanya Ayden yang sudah menghentikan motornya di depan Ody. Akhir-akhir ini cowok itu selalu menemani Ody untuk menunggu jemputan.

"Ah, itu udah Dateng jemputanya. Thanks, den," ucap Ody lalu melambaikan tangannya.

Ayden menatap ke arah mobil Pajero sport berwarna. Silver milik Kevin dengan tatapan menelisik, melihat Ody masuk ke dalam dan melambaikan tangan padanya. Cowok itu mengerutkan alisnya lalu berdecih,"Katanya gak mau pacaran," ujar Ayden yang tahu kalau Ody kini pulang bersama cowok tampan. Melihat itu Ayden hanya bisa menggelengkan kepala. Tanpa sadar, cowok itu mengikuti kemana obil yang membawa Ody pergi. Melaju dengan pelan seolah tidak ingin ketahuan.

"Dek, itu pacar kamu?" tanya Kevin yang melihat interaksi Ody dengan Ayden.

"Bukan," jawab Ody ketus.

"Masa sih, awas aja ya kalo beneran pacar," ancam Kevin.

"Bukan Kevin Bagus Permadi," ucap Ody kesal.

"Yaudah si," ujar Kevin mengalah.

"Jadi beneran bukan?" tanya Kevin.

"Diem gak Lo," ketus Ody yang tidak ingin diganggu kakaknya itu.

Kevin hanya terkekeh,"Kok dia ngikutin kita, si?" tanya Kevin yang membuat Ody menengok ke belakang.

"Searah kali," ujar Ody.

"Jadi, cowok tadi siapa?" tanya Kevin lagi. Dia sangat senang menggoda adiknya. Melihat pipi adiknya yang menahan malu karena terus-terusan di goda adalah kegiatan favorit pria pemilik lesung pipi itu.

"Apa si, orang temen sebangku," ucap Ody kesal.

"Temen sebangku, temen les, temen belajar?" ejek Kevin lagi.

"Iya temen," jawab Ody.

"Serius bukan pacar?" tanya Kevin lagi.

"Lo kan tau, adek Lo ini gak boleh pacaran," kesal Ody.

"Trus ngapain tadi di halte berdua," kali ini Kevin benar-benar menyebalkan. Seperti emak-emak yang menginterogasi anak gadisnya yang ketangkap basah pacaran.

"Ayden cuma nemenin Ody nunggu jemputan, kok," jawab Ody menjelaskan.

"Oh, namanya Ayden," ucap Kevin.

"Iya, Napa?" tanya Ody.

"Suka sama kamu kali, dek," ucap Kevin.

"Apaan si, kak. Udah ah males ngomong sama Kevin,"

"Kak," koreksi Kevin.

"Kevin," sahut Ody.

"Kakak,"

"Kevin,"

"Yaudah Kevin, tapi tambahin ganteng," ucap Kevin lalu melirik adiknya yang sudah menghunuskan tatapan tajamnya.

"Ampun, ampun ... Serem banget mata Lo, dek," ucap Kevin yang bergidik ngeri begitu melihat ekspresi adiknya yang sangat galak.























TBC.

"Holaa reader yang baik hati," ucap Hani.

"Vote ya, say, tambahin komen deh!" lanjut Hani dengan mengedipkan matanya.

YOU ARE MY HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang