BAB 21 : Pergi

5 0 0
                                    

Neni, Sarah, dan Ody bergegas menuju rumah sakit tempat Kevin di rawat. Setelah dua hari menginap di Bandung, ketiganya tidak bisa tenang dan memutuskan untuk ke Jakarta pada pagi buta.

Sarah tidak dibiarkan menyopiri, Neni menyuruh Pak Budi, sopirnya untuk membawa mobil Sarah dan tetangganya Pak Irman untuk membawa mobilnya agar ketika dia kembali ke bandung tidak merepotkan Sarah.

Ketiganya berjalan menyusuri koridor, Neni sudah geram karena tingkah Doni yang menyakiti cucunya. Wanita itu harus memberi anaknya pelajaran.

"Ibu?" panggil Doni.

"Nenek?" ucap Kevin lirih. Cowok itu sudah sadar dan membuat Ody lega.

Ody bersembunyi di balik tubuh Sarah. Dia tidak ingin kejadian kemarin menimpanya lagi.

"Kamu udah siuman, sayang?" Neni mengelus Surai cucu laki-lakinya.

"Ibu ngapain di sini?" tanya Doni.

"Tentu saja menengok cucu ibu!" ucap Neni ketus.

"Apa ana haram itu yang membawa ibu kemari?"

Plak!

Neni sudah tidak sanggup menahan diri. Doni sudah sangat keterlaluan.

"Kau, apa mulutmu tidak bisa mengeluarkan kata-kata baik? Meskipun dia bukan anakmu, dia adalah manusia. Apa pantas orang dewasa sepertimu menghakimi seorang gadis yang tidak berdosa dengan kata-kata menyakitkan itu?"

"Dana yang berdosa!" jawab Doni.

"Lalu kenapa kamu limpahkan ke anak-anak?"

"Sudahlah, jika kalian tidak menginginkan Ody biar mamah yang mengurusnya!" Neni berjalan keluar menggandeng tangan Ody.

"Mamah?" panggil Melani.

"Kau juga! Kau ini ibu kandungnya, kenapa menyiksa gadis tidak berdosa seperti ini!" Neni benar-benar kesal. Di usianya yang menginjak 65 tahun dia masih harus mengajari anak dan menantunya yang sudah menjadi orang tua dan harusnya bisa bersikap dewasa.

"Dokter Sarah, terimakasih atas bantuannya. Saya tidak tahu harus membalas kebaikan dokter bagaimana,"

"Tidak apa-apa, Bu. Saya juga senang bisa membantu Ody," Neni mengangguk dan memeluk Sarah. Dokter itu pamit pergi meninggalkan keduanya.

"Ody, tinggal sama nenek, ya?"

Ody mengangguk, gadis itu menengok ke arah belakang. Mencari orang keberadaan orang tuanya. Meski sakit di tubuh dan hatinya terus mereka beri, gadis itu menyayangi mereka. Juga kakaknya—Kevin.

"Nenek ke toilet sebentar,"

"Iya, nek." Ody menunggu di kursi tunggu. Gadis itu hendak menyerahkan ponsel Kevin, tapi takut.

Dengan terpaksa Ody melangkah menuju kamar Kevin.

"Kamu mau ngapain!" sentak Melani.

"M-mah, ini ponsel kakak," Melani merebut ponsel Kevin.

"Pergi kamu, dan jangan pernah muncul di hadapan mamah. Kamu hampir saja membuat nyawa anak kesayangan mamah melayang!" tuduh Melani tak berdasar. Ody membisu. Selalu dirinya yang disalahkan.

"Ody," panggil Neni. Ody menghampiri neneknya.

"Sudah tinggalkan saja mereka," ucap Neni menggandeng cucunya untuk ikut.

🏚️🏚️🏚️

Ody tengah berbaring di atas ranjangnya. Gadis itu menatap ponselnya, ada banyak pesan masuk dari sahabatnya yang menanyakan keberadaannya. Sementara satu kontak yang meneleponnya berkali-kali juga mengirimnya pesan membuat gadis itu membuka room-chat.

50 panggilan tak terjawab
Ayden Ganteng

Sayang?

Ody, Lo dimana?

Lo gak papa, kan?

Ody

Maudy

Lo kenapa?

Anak-anak nyiapin party kecil-kecilan buat ngerayain kelulusan.

Wisuda nanti pake baju couple yok

Ody?

Ody?

Ody membalas pesan Ayden. Gadis itu membalasnya singkat.

Aku baik-baik aja, Ayden.

Tok!

Tok!

Tok!

"Ody, sayang?" panggil Neni. Ody duduk di ranjangnya. Tersenyum menyambut neneknya itu.

"Nenek bawa brosur universitas, kamu mau kuliah dimana?" tanya Neni.

Ody menatap beberapa map universitas ternama. Tapi gadis itu tidak menemukan satu pun universitas di jakarta.

"Kenapa gak ada jakarta?" tanya Ody.

"Ayo, pergi sama nenek. Nenek mau kamu membuka lembaran baru. Jangan di jakarta."

"Nenek mau nyembunyiin Ody?" tanya Ody terkekeh.

"Tentu saja."

"Apa boleh ke sini?" tanya Ody menunjukkan map Sydney University.

"Tentu, uang nenek masih banyak," ucap Neni. Ya. Wanita tua itu adalah pemilik utama Permadi Law firm. Menyekolahkan cucunya diluar negeri tidak menjadi masalah untuknya.

"Tapi—kak Kevin?" tanya Ody.

"Nenek punya tugas untuk dia di sini,"

"Nenek ikut?"

Wanita itu mengangguk,"Memastikan kamu nyaman di sana, nenek bisa kembali ke sini setelah kamu merasa kamu bisa sendirian."

Ody memeluk neneknya, gadis itu tidak tahu bagaimana kehidupannya jika masih ada dalam pengawasan Melani. Dia amat bersyukur karena neneknya berada di sisinya. Di pihaknya.

















TBC.

YOU ARE MY HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang