The Path to a New Life

640 34 11
                                    

"Mereka hanya ada satu di seluruh dimensi, ruang, dan waktu yang tidak terbatas. Masing-masing dari mereka adalah pilar-pilar keseimbangan semesta. Dan masing-masing dari kesembilannya adalah keturunanmu."

Hatake Kakashi tanpa sengaja meneguk salivanya. Sungguh, setelah perang selama kurang lebih dua hari ini, dia tidak memiliki tenaga lagi untuk melayani ramalan konyol, sekalipun itu keluar dari bibir Rikudou Sennin.

Otsutsuki Hagoromo mengerti kebingungan sosok pemuda bersurai perak yang berdiri di hadapannya dengan lunglai. Kakek tua itu menahan diri agar tidak menghela napas.

"Anak, Kakashi. Buatlah sembilan anak. Dengan begitu alam semesta tidak harus menghadapi bencana yang lebih besar dari kiamat."

Kalau boleh dibilang, yang barusan adalah hal yang paling luar biasa-konyol-sekali sepanjang hidup putra Hatake Sakumo.

Waktu bergulir hingga pada latar pria itu sedang berada di Rumah Sakit Konoha. Tubuhnya benar-benar hancur, chakranya berantakan setelah Perang Dunia Shinobi Keempat dimenangkan oleh mereka beberapa hari yang lalu.

"Kau memforsir dirimu terlalu keras, Kakashi-san," ujar Shizune. Kapten Divisi Dukungan Logistik dan Medis saat perang lalu itu baru saja selesai memeriksa keseluruhan kondisi sang Copy Ninja (mantan).

"Kalau tidak begitu, sejak 10 Oktober kita tidak akan pernah berada di sini, Shizune." Kakashi memberinya senyum kecil dari balik maskernya. Pria itu menjadi lebih lembut setelah mendapat perawatan khusus dari murid Godaime Hokage sejak awal kedatangannya di rumah sakit.

Shizune menahan napasnya untuk tidak menyangkal murid Yondaime Hokage itu. "Baiklah, baiklah. Terima kasih atas kerja kerasmu."

Detik berikutnya hanya ada keheningan di antara mereka. Yah, sebetulnya tidak benar-benar hening. Ruangan itu memiliki tiga ranjang lain yang isinya dipenuhi pasien perang: Hatake Kakashi, Uchiha Sasuke, dan Uzumaki Naruto.

Shizune merampungkan seluruh pemeriksaan fisik Kakashi. Dia masih memiliki banyak pekerjaan untuk ditangani. Rasa-rasanya, wanita itu sudah banyak sekali kehilangan jam tidurnya untuk menyelamatkan banyak nyawa rekan-rekan seperjuangannya.

Iryou-nin bersurai hitam pendek itu memutuskan untuk membiarkan Kakashi beristirahat dan pergi.

Kakashi berada di rumah sakit lebih dari satu minggu. Dia benar-benar pria yang payah. Begitu akhirnya lepas dari belenggu infus dan suntikan, pekerjaan lain tetap menantinya berpekan-pekan kemudian. Pria itu digadang-gadang akan menjadi Hokage berikutnya-sudah menjadi rahasia umum untuk berita itu.

Kakashi masih merahasiakan ucapan Rikudou Sennin. Dia juga meminta Naruto, Sasuke, dan Sakura untuk merahasiakannya sementara waktu. Konoha harus fokus pada pembangunan dulu, alih-alih memikirkan hal-hal seperti penerus.

Hari itu, Kakashi bangun lebih pagi dari biasanya. Itu semua akibat seorang anggota ANBU mengusiknya-Kakashi sedikit bersyukur karena orang itu datang sebelum dirinya memasuki dunia mimpi yang menyeramkan. Pria bersurai perak itu dipanggil ke Gedung Hokage, entah untuk urusan apa.

Setelah bersiap dan meninggalkan sarapannya, Kakashi pergi dari kediaman sementaranya. Onyxnya mengamati tiap jengkal pembangunan kampung halamannya yang masih terus berproses. Memang belum sempurna, tetapi setiap harinya sudah menjadi lebih baik. Yamato memiliki peran besar dalam hal ini. Barangkali di masa depan, Yamato mendapat sebutan sebagai Bapak Pembangunan Konoha atas kontribusinya yang luar biasa.

Langkah pria itu terhenti di depan Gedung Hokage yang belum rampung 100%. Matahari belum menunjukkan seluruh sinarnya, sebab itu suasananya masih sepi, tanpa shinobi maupun pekerja lainnya.

Dia menyusuri lorong yang dibuat se-familiar mungkin dengan yang seharusnya. Bersama ketukan tiga kali pada pintu ruangan Hokage, seseorang di dalamnya mengizinkannya masuk.

Di hadapannya, Godaime Hokage tampak tenggelam dalam tumpukan dokumen, sementara asistennya yang setia, Shizune, berada di sampingnya bersama babi kecil yang tertidur. Fokusnya terpaku pada sosok Shizune yang masih terlihat cerah di pagi buta ini. Padahal, Kakashi yakin bahwa wanita itu berada di sana semalaman.

Asisten Hokage dan Kepala Departemen Medis Konoha. Bagaimana Shizune masih bisa hidup tanpa sedikitpun lingkaran hitam di sekitar matanya?

"Kakashi," panggil Tsunade. Suara wanita tua itu menyadarkannya dari apa yang sedang dia perhatikan. Kakashi beralih menuju sang Hokage-yang menurut firasatnya, akan mengatakan sesuatu yang menyebalkan.

"Ha'i, Tsunade-sama,"

"Kau tahu, 'kan, apa yang sedang ramai diperbincangan akhir-akhir ini?"

Kakashi sedikit menelengkan kepalanya. Bukannya tidak tahu, dia hanya berpura-pura tidak tahu.

Tsunade menghela napas. Akting Kakashi jelek sekali. "Isu pengangkatan Hokage baru. Rokudaime Hokage. Kau, Kakashi," jelasnya. Tsunade menunjuk pria itu tanpa ragu.

"Tsunade-sama, sungguh, saya tidak cocok untuk yang seperti itu. Bagaimana jika Anda tetap menjabat hingga Naruto siap untuk gelar Hokage?" Kakashi memberinya wajah memelas. Dia sudah berkali-kali menolak, tetapi selalu diabaikan. Tidak ada hal yang genting untuk akhirnya membuatnya menerima gelar Hokage, jadi dia merasa tidak pantas.

Alis pirang Tsunade menukik tajam ke dalam. Dia tak suka jika orang-orangnya membantahnya seperti itu. "Tidak ada alasan!" Omelnya di pagi hari. "Pagi ini kau tetap harus menghadiri rapat bersama Dewan Tetua Konoha dan kepala klan! Kau sudah berjanji akan ikut!"

Eugh, perut Kakashi bergejolak. Mungkin karena dia belum makan sejak semalam sehingga pagi ini perutnya sedikit sakit.

Rapat bersama Dewan Tetua Konoha dan seluruh kepala klan berlangsung pada pukul 9 pagi. Kakashi memilih untuk tetap berada di sekitar Gedung Hokage daripada harus bolak-balik. Dia bersantai pada sebuah kursi panjang. Akan tetapi, santai-santainya harus berakhir ketika sepasang iris kelamnya menangkap sosok yang hampir setiap hari selalu ia temui akhir-akhir ini-berjalan keluar dari Gedung Hokage.

Secepat jutsu Chidori-nya yang sudah tidak bisa dia gunakan lagi, Kakashi menghampiri wanita itu.

"Kakashi-san?!" Shizune sedikit terkejut ketika menyadari kehadiran Kakashi yang tiba-tiba menghampirinya. "Kau masih di sini?" tanyanya retoris.

"Kau mau ke mana?"

"Pulang sebentar. Untuk mandi dan sarapan."

"Aku belum sarapan,"

Shizune melirik pria di sisinya. Wanita itu bingung harus merespons apa.

"Ichiraku sudah buka. Mau ke sana bersamaku?"

Shizune tidak ingat seberapa jauh kedekatannya dengan Kakashi. Seingatnya, dulu dia membenci pria itu karena meninggalkannya saat mengantre Ichiraku Ramen yang baru buka, di samping sifat arogannya yang menyebalkan. Akan tetapi, tidak ada alasan untuk menolak ajakannya, sekalipun dia tahu bahwa ramen bukanlah makanan yang begitu tepat sebagai menu sarapan.

"Baiklah, ayo kita ke sana," putusnya. Sesekali tidak makan nasi merah tidak ada salahnya.

Selanjutnya, adegan beralih pada dua orang dewasa yang berjalan bersisian di atas jalanan Konoha yang baru selesai diperbaiki. Keduanya melangkah tanpa terburu-buru, sembari menikmati suasana pagi yang tidak lagi mengenal khawatir, bersama topik santai yang mengalir tanpa henti.

Mungkin Ichiraku Ramen hanyalah alasan. Mungkin Ichiraku Ramen adalah tempat terbaik bagi semua orang untuk mengukir kenangan. Mungkin, Hatake Kakashi benar-benar berubah di masa depan bersama sembilan keajaiban.

Children of the Sixth HokageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang